NovelToon NovelToon
[1] 5th Avenue Brotherhood

[1] 5th Avenue Brotherhood

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

5 anggota geng pembuli baru saja lulus SMP dan kini mereka berulah lagi di SMK!

Novel ini merupakan serial pertama dari "5th Avenue Brotherhood". 5th Avenue Brotherhood atau yang sering dikenal dengan FAB adalah geng motor yang terdiri dari 5 orang remaja dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Jesika. Seorang gadis yang merupakan anak kandung dari kepala sekolah dan adik dari pendiri FAB itu sendiri. Sayangnya, Jesika tidak suka berteman sehingga tidak ada yang mengetahui latar belakang gadis ini, sampai-sampai para member FAB menjadikannya target bulian di sekolah.

Gimana keseruan ceritanya? Silakan baca sampai bab terakhir 🙆🏻‍♀️ update setiap hari Minggu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29 Makasih Ayah

"Ini Sufi," jawab Cia.

"Ibu! Ini siapa?!" teriak Sufi yang ingin turun dari gendongan susternya.

Ibu? (Batin Wandra).

"Sufi masuk kamar dulu ya?" ucap Cia.

"Nggak mau! Ini om siapa?" tanya Sufi lagi.

"Sejak kapan lo hamil?!" bentak Wandra pada Cia dan membuat Sufi terkejut. "Emang nggak tau diri ya lo? Nyokap gue bantuin lo biar nggak dipukulin lagi dari bokap lo! Lo juga diizinin buat tinggal di sini! Lo dikasih makan, dikasih jajan, dikasih fasilitas, tapi lo malah punya anak! SEJAK KAPAN LO NIKAH?! MANA SUAMI LO?!" teriak Wandra.

"Hummm hhaaaaaaghhh!" jerit Sufi menangis kencang. "Ibuuu!"

"Kenapa lo nggak bilang ke keluarga gue?! Ini cara lo berterima kasih?!" bentak Wandra lagi.

"Lo salah paham, Wan—"

"Sekarang, kemasin barang-barang lo! Bawa anak haram ini KELUAR DARI RUMAH GUE!" teriak Wandra membuat Sufi menangis lebih kencang.

"Tapi, Bu Devia ...." Cia menahan susternya untuk menjelaskan.

"Bantu saya beresin barang-barang, Sus," ucap Cia menggendong Sufi dan berlalu ke kamar.

***

Wandra membanting pintu kamarnya dengan napas yang menggebu-gebu. Ia menghancurkan seprei yang sudah tertata rapi. "Aaaarrghhhhh!!" teriaknya penuh amarah.

"Gue orang yang paling deket sama lo, Ci! Gue yang tau masalah keluarga lo! Gue ngehajar orang yang udah bikin lo pingsan! GUE YANG UDAH NUNGGUIN LO DI RUMAH SAKIT! GUE JAGAIN LO! GUE RAWAT LO! KELUARGA GUE YANG BIKIN LO BISA HIDUP LEBIH LAYAK!" jerit Wandra dalam hati.

"Bakalan gue bunuh orang yang udah ngehamilin lo!" bisik Wandra sambil memejamkan matanya.

Sebelum Cia meninggalkan rumah tersebut, Wandra menarik tangannya ke luar kamar dan mengunci kamar yang Cia tumpangi tersebut agar Suster dan Sufi tidak melihat dan mendengar apa yang terjadi di antara mereka.

"Siapa yang hamilin lo?" tanya Wandra.

Cia hanya berdiam diri, sebab tidak mungkin ia menceritakan soal Jesika.

"SIAPA YANG NGEHAMILIN LO?!" teriak Wandra di depan wajah gadis itu.

Cia masih bergeming tak memberikan jawaban.

Tiba-tiba Wandra memeluknya dan Cia berusaha menolak tubuh pria itu agar menjauh darinya.

"Wan! Wan! Lo mau ngapain?! Lo jangan gila, Wan!" omel Cia.

"Gue balik ke Indo buat jemput lo ke UK! Gue bakalan kuliah di sana dan nggak tau kapan lagi bisa ketemu lo!" bentak Wandra.

"Ya terus, kenapa lo meluk gue segala? Lepasin!" tegas Cia.

Wandra tak bisa menyembunyikan perasaannya lagi. Bercampur dengan emosi, ia mendekatkan wajahnya ke arah Cia, namun gadis itu lebih dulu menutup mulutnya. Sehingga bibir Wandra mendarat di pangkal jari yang menjadi batas antara bibir mereka.

"Buka!" tegas Wandra.

Cia menggeleng.

"BUKA!!" teriak Wandra.

Cia menggeleng lebih kuat.

"Aaarghhh!! Wandraaaaa! Lo kenapa sih?! Turunin!" Wandra menggendong Cia menuju kolam renang di belakang rumah.

Meski Cia memberontak, Wandr tetap membawanya dan melempar gadis itu ke dalam sana. Untungnya kolam tersebut tidak terlalu dalam. Cia hendak berjalan ke tepian, namun Wandra ikut melompat ke tengah kolam. Lagi-lagi tangan Cia ditariknya secara paksa untuk berhambur ke pelukan.

"Wan! Lo mau apa sih?! Iyaaa! Gue minta maaf! Wandraaaaa!" jerit Cia sebab Wandra memeluknya lebih erat.

Tangan Cia terkunci oleh pelukan, ia tak bisa melindungi wajahnya lagi. Dengan sangat mudah Wandra melumat bibir itu dengan kesal.

***

Hari semakin larut sementara Cia belum menemukan kontrakan atau pun penginapan untuk bermalam hari ini.

"Apa saya telpon Ibu Devia aja ya, Dek?" tanya suster.

"Jangan, Sus. Biarin aja. Lagian saya emang nggak ada hak di rumah itu," jawab Cia.

"Terus ini gimana, Dek? Kesian Sufi, dingin kayaknya dia."

***

Di tempat lain, Rian berdiri dari duduknya di ruang tamu rumah dinas. "Baik, saya akan terus mendukung dan memastikan suara untuk Bapak di periode kali ini," ucapnya sambil menjabat tangan Ridwan.

"Ha ha, terima kasih banyak, Rian. Kalau saya dapat kursi di periode ini, saya akan jamin pekerjaan dan tempat untuk kamu, ha ha," balas Ridwan.

Sepulang dari sana, Rian singgah di minimarket untuk membeli makanan. Tanpa sengaja ia menjatuhkan beberapa kaleng minuman yang tertata rapih di dalam rak.

Seorang anak laki-laki berlari menghampirinya dan membantu untuk mengemasi minuman yang sempat bergelinding di lantai.

"Untung nggak ada yang pecah," ucap Sufi sambil tersenyum menampakkan giginya.

Rian membalas senyuman tersebut. "Makasih ya?" ucapnya dengan lembut.

"Pinter amat anak orang," bisik Rian dengan bangga.

"Om, tolong! Eeegghh!" Sufi berjinjit berusaha menggapai minuman susu kotak yang terlalu tinggi untuknya.

Rian mengambilkannya. "Nama kamu siapa?"

"Sufi Al-Ghifari anaknya Mama Jesika yang paling cantik sedunia dan Ibu Cia malaikat dari surga!" ucap Sufi sambil memasang pose keren.

"Kok ada dua?" ejek Rian.

"Mama Jes udah meninggal pas aku masih kecil, jadi aku tinggal sama Ibu sekarang," jawab Sufi yang langsung meminum susu kotaknya.

"Sufiii! Kok langsung diminum? Kan itu belum dibayar, Sayang!" omel Cia.

Sufi menepuk jidat."Lupa, Bu," jawabnya.

Cia menoleh pada Rian dan tertegun sejenak. Ia tampak mengenali sosok Rian, namun ia lupa pernah melihatnya di mana.

"Ini Mama Jesika atau Ibu Cia?" tanya Rian pada Sufi.

"Ini Ibu! Kan Mama udah meninggal," jawab Sufi.

Pertemuan singkat itu tidak membuat mereka terkoneksi satu sama lain sebab tidak saling mengenal.

Cia menjumpai satu kontrakan sederhana yang dirasa cukup untuk dirinya, Sufi dan suster. Sesampainya di sana, Cia langsung membayar untuk kontrak 1 tahun. Sialnya, setelah ia membayar, Devia memintanya untuk kembali ke rumah.

"Nggak apa-apa, Ma. Aku udah ngontrak juga kok di sini," ucap Cia.

"Tapi kamu kam belum kerja, Ci!"

"Ini sambil nyari kerjaan kok."

"Ya udah, Mama transfer buat keperluan Sufi sama gaji Sus ya?"

"Iya, Ma. Makasih," ucap Cia.

[Deviana Ventou mengirimkan uang sebesar Rp50.000.000,-]

Notifikasi itu membuat Cia menelan salivanya berkali-kali.

"Banyak banget!" bisiknya.

***

Keesokan harinya, Cia kembali ke minimarket untuk membeli sarapan. Lagi-lagi ia bertemu dengan Rian.

"Sufi!" panggil pria itu.

"Om jangan jatohin minumannya lagi!" ejek Sufi membuat Rian tertawa sebab digoda oleh anak kecil.

"Sufi, nggak sopan ngomong kayak gitu," ucap Cia.

"Nggak apa-apa, santai aja," balas Rian.

"Maaf, Om," ucap Sufi.

"Nggak apa-apa. Kamu mau beli susu kotak lagi?"

"Nggak! Aku mau beli buah." Sufi berlari mengejar rak buah.

"Sus, jagain ya? Saya mau mau ke rak lain," ucap Cia.

"Dari kemaren Om liat kamu sama Ibu Cia mulu, Papa kamu ke mana?" tanya Rian.

Sufi terdiam sejenak. "Sufi nggak punya Papa."

"Aduh, maaf maaf! Om cuma nanya aja kok, nggak maksud ngejekin!"

"Om aja yang jadi Ayah Sufi ya? Oke Ayah?!" goda Sufi sambil memeluk kakinya.

"Loh loooh! Nanti diliat Ibu kamu!"

***

"Mama nggak mau tau, pokoknya kamu cari Cia sekarang! Kamu bawa dia kembali ke rumah!" tegas Devia dan mengakhiri panggilannya dengan Wandra.

Wandra mengacak rambut dengan kesal. "Apa jangan-jangan itu anaknya Randa? Kan Cia pernah pacaran sama Randa!"

Wandra bergegas mengeluarkan motornya dari garasi dan mencari keberadaan Cia.

Tepat sekali, Cia ditemuinya tak jauh dari markas FAB. di sana Cia baru saja keluar dari minimarket bersama Sufi dan Susternya. Tak lupa Rian di belakang mereka.

"Makasih Ayah!" ejek Sufi yang terdengar oleh Wandra.

Ayah? Anak itu manggil Bang Rian, Ayah? Beraeti Cia nikah sama Bang Rian?! (batin Wandra)

1
Iam-aam
Haris pawang ngadem
Iam-aam
tolol lo yg tolol bjir
Iam-aam
Berapa bang* kasar bjir le
Ciret
next kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!