Spin off DELMAR
Gadis baik-baik, bertemu dengan badboy sekolah. Sepuluh kali putus, sepuluh kali juga balikan. Seperti itulah hubungan cinta antara Naomi dan Aiden. Perbedaan diantara mereka sangar besar, akankah cinta mampu mempersatukan mereka?
"Naomi hanya milik Aiden. Tidak ada yang boleh miliki Naomi selain Aiden. Janji," Aiden mengangkat kelingkingnya.
"Janji." Tanpa fikir panjang, Naomi menautkan kelingkingnya pada kelingking Aiden.
Janji gila itu, membuat Naomi selalu gagal move on.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PUTUS
Naomi meninggalkan kelas Aiden, berjalan dengan langkah gontai menuju kelasnya. Kepalanya pusing, bukan hanya karena masalah ini, tapi juga karena semalam tak bisa tidur. Mungkin hanya sekitar 2 jam saja dia terlelap tadi malam.
"Gimana, Nom?" tanya Cella yang sangat penasaran seperti apa penjelasan Aiden. Tadi pagi, Naomi sempat cerita soal ini pada Cella. Hanya Cella temannya, jadi hanya pada gadis itulah dia bisa membagi masalahnya.
Naomi menggeleng. "Ai gak masuk," lirihnya seperti orang tanpa tenaga. Bagaimana dia bisa berfikiran positif, menganggap jika video itu cuma editan, jika sekarang saja, cowok itu tak masuk sekolah. Sampai tengah malam di club, mabuk, seneng-seneng sama cewek, sudah pasti paginya tak bisa sekolah.
Naomi merebahkan kepala di atas meja, air matanya meleleh. Dia baru tahu, jika patah hati, rasanya sesakit ini. Hatinya terasa nyeri setiap teringat video tersebut. Pantas saja sampai ada lagu lebih baik sakit gigi daripada sakit hati, kerena memang sesakit itu patah hati.
"Gue udah ngasih tahu lo dari awal, seperti apa Kak Aiden, apa kerjaan orang tuanya. Semisal bokap kita punya warteg, udah pasti kita seringnya ke warteg, entah bantuin, atau cuma mau makan. Terus kalau bokap kita usahanya club, diskotik, bisa lo bayanginkan, kemana seringnya pergi?"
Naomi hanya diam. Sejauh ini, Aiden memperlakukan dia sangat baik, jauh dari kesan jika cowok itu adalah seorang badboy, meski diluaran sana, semua orang mengatakan demikian. Dia juga tak peduli dengan kerjaan orang tua cowok itu, yang penting baginya, Aiden baik, hanya itu.
Beberapa menit sebelum pulang sekolah, Naomi tersenyum getir saat mendapatkan pesan dari Aiden. Akhirnya aktif juga ponsel cowok itu. Aiden mengirim pesan, jika dia ada di depan sekolah, menjemputnya.
Dengan jaket kulit warna hitam dan kaca mata senada, Aiden duduk di atas jok motor yang dia parkir lumayan jauh dari gerbang sekolah. Malu kalau ketahuan guru ada di sekitar sekolah padahal hari ini dia bolos. Tadi saat mengaktifkan HP, kaget sekali ada banyak panggilan masuk dan chat dari Naomi. Takut cewek itu marah, makanya dia nekat ke sekolah meski hari ini bolos.
Melihat Naomi mendekat, cepat-cepat Aiden berdiri, menyiapkan helm.
"Aku gak butuh ini," Naomi menepis tangan Aiden yang hendak memakaikan dia helm.
"Sorry, semalam ponsel a_"
"Aku gak perlu penjelasan tentang itu, tapi ini." Naomi menunjukkan video yang ada di ponselnya. Video Aiden yang tampak mabuk dan sedang ciuman dengan seorang gadis. "Bisa jelaskan tentang ini?" tanyanya dengan suara bergetar, menahan tangis.
"Shitt!" Aiden reflek mengumpat. Dia bersumpah, bakal ngasih pelajaran siapapun yang sudah memberikan video tersebut pada Naomi.
"Jelasin. Seenggaknya biar aku gak ragu lagi mau putus sama kamu."
"Putus!" Aiden langsung melotot. "Enggak, enggak, apaan sih." Dia mengembalikan ponsel. "Aku jelasin, tapi gak disini." Kembali mengambil helm lalu menyerahkan pada Naomi. Ini masih di kawasan sekolah, dimana hampir semua siswa mengenal mereka. Jangan sampai masalahnya dengan Naomi diketahui orang lain.
Aiden membawa Naomi ke sebuah taman, mengajak cewek yang sedang marah itu duduk di sebuah kursi panjang yang teduh karena berada di bawah pohon besar.
"Aku gak kenal sama cewek itu," terang Aiden.
Naomi tersenyum getir. "Gak kenal, tapi udah semesra itu," sindirnya.
"Sumpah, Yang, aku gak kenal." Aiden menggenggam tangan Naomi, tapi buru-buru ditarik oleh cewek itu. "Ok, aku akui, orang divideo itu memang aku."
Dada Naomi seperti ditusuk dengan belati mendengar pengakuan tersebut. Air matanya seketika mengalir.
"Please, jangan nangis. Aku gak bisa lihat kamu nangis." Aiden hendak menyeka air mata Naomi, tapi ditepis oleh cewek itu.
"Kamu yang bikin aku nangis."
"Maaf," Aiden menunduk dalam. "Semalam aku mabuk, Yang. Disaat kesadaranku hampir hilang, cewek itu malah datang, godain aku."
Naomi tertawa sambil menangis, lalu dia berdiri. "Selamat, karena kamu akhirnya tergoda. Kita putus!" tekannya lalu berlari meninggalkan Aiden.
"Nom, please dengerin aku." Aiden mengejar Naomi, menarik lengan cewek itu saat jarak mereka sudah dekat. "Please, maafin aku. Aku gak mau putus," dia menggeleng cepat. "Aku sayang kamu, Nom. Aku cinta sama kamu. Banget, banget, pakai banget."
"Bulshitt!" bentak Naomi dengan nafas memburu.
"Kalau kamu cinta sama aku, kamu gak mungkin ngelakuin hal kayak semalam. Lepas!" dia berusaha menarik tangannya.
"Enggak, aku gak bakalan ngelepasin kamu. Pokonya aku gak mau putus."
"Terserah!" Naomi terus menarik tangannya, tapi susah karena cekalan Aiden terlalu kuat. "Lepasin!" tekan Naomi sambil melotot tajam.
"Enggak."
"Sakit tauk!" pekik Naomi yang tangannya sampai panas karena cekalan Aiden dan dia yang terus meronta.
Mendengar Naomi kesakitan karenanya, terpaksa Aiden melepaskan Naomi. Tapi bukan berarti, dia setuju untuk putus.
Sepanjang malam, Naomi rasanya mau gila karena Aiden terus ngechat dan telepon. Meski tak ada satupun chat yang dia balas, pun dengan telepon yang tidak diangkat, Aiden tidak menyerah, terus melakukan itu sampai akhirnya, Naomi memblokir nomor telepon cowok itu.
...----------------...
tapi Gpp deh.
terimakasih atas cerita nya Thor, sukses selalu di karya2 berikutnyaa
jadi nom nom