Cerita cinta Aira yang berujung balas dendam, menjadi saksi bisu untuk dirinya. Kematian sang ibunda, bukanlah hal yang mudah dilalui gadis desa itu.
Ia disered paksa diperjual belikan oleh sang ayah, untuk menikah dengan seorang CEO bernama Edric. Lelaki lumpuh yang hanya mengandalkan kursi roda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Trauma
Tok ... Tok ....
Ketukan pintu dari kamar terdengar oleh Edric, sang pemilik bola mata biru, menyuruh untuk membuka pintu kamarnya langsung. " masuk."
Saat pintu dibuka, sosok Aira datang, kedua bola mata gadis berambut panjang dengan Ikal ujungnya membulatkan kedua mata, ia kaget dengan apa yang terjadi di kamar Edric.
Sosok lelaki yang menahan rasa kesal, tiba-tiba saja berubah memperlihatkan wajah ramahnya, Edric tak mau memperlihatkan kekesalan di depan calon istrinya. Ia burusaha menjadi sosok lelaki yang disukai Aira.
kedua ujung bibir menampilkan sebuah senyuman di depan Aira, Edric menyambut kedatangan Aira dengan begitu baik.
"Sebenarnya apa yang terjadi? "
Edric yang duduk di atas kursi roda, perlahan menghampiri Aira yang berdiri mematung. Terlihat sekali ia kebingungan dengan kamar Edric yang sangat berantakan. Jika ia berkata jujur, pastilah amat memalukkan.
"Aira, ada apa? "
Melihat pistol yang berada pada tangan Aira tentu saja membuat ia ingat dengan pembunuhan ibunya," pistol."
"Kenapa, Aira? "
"Jangan mendekat! "
Gadis berbulu mata lentik itu ternyata ketakutan akan pistol yang dipegang oleh Edric. Membuat dirinya sedikit merasakan rasa trauma akibat pembunuhan ibunya.
"Pistol itu yang membunuh ibuku. " Tak tahan dengan rahasia yang ia simpan, pada akhinya. Aira mengungkapkan semuanya,"Aira, apa maksud kamu. "
Edric tak mengerti dengan teriakan Aira yang terus berteriak setelah melihat sebuah pistol, ia melangkah mundur pergi meninggalkan Edric begitu saja.
"Aira, kamu kenapa? "
Edric berteriak memanggil Aira yang berlari keluar dari kamarnya.
Menatap kearah pistol, dan mendengar apa yang dikatakan Aira, seakan yakin jika kedatangan Aira adal hal yang tak terduga. Menghelap napas, Edric berusaha bersikap tenang. Walau perasaanya tak karuan, karena melihat Aira yang histeris.
******
Aira yang berlari tak sengaja menabrak Dwinda, terlihat kemarahan dari raut wajah wanita muda yang menjadi ibu tiri Edric. Wanita bergelar dokter itu memarahi Aira dengan berkata. " jalan tuh, pakai mata. "
Ellad yang melihat kemarahan sang istri, mencoba menghampiri Dwinda.
"Ada apa? "
Dwinda terlihat tidak mood, ia memperlihatkan kemarahannya setelah dirinya tak bisa menggoda sang anak tiri.
"Moms, lagi jalan. Dia malah nabrak moms. "
Ellad berusaha menenangkan sang istri dan berkata. " Kamu tenang dulu. Aira mungkin tak sengaja. "
Tangan dan kaki Aira bergetar setelah melihat pistol, ia menundukkan pandangan dan berkata, " maafkan saya. "
Ellad yang memang tak suka memperpanjang masalah, malah menyuruh Aira untuk pergi dari hadapan Dwinda.
" Heh, tuh bocah mau kemana? " Teriak Dwinda. Tentu saja membuat sang suami semakin curiga.
"Kamu ini kenapa, setelah memeriksa Edric dari tadi kamu marah marah terus. Apa Edric melawan lagi ia tak mau di terapi dan di suntik. "
Menghelap napas, pada akhirnya Ellad bertanya kembali pada sang istri. Karena selama menikah dengan Dwinda wanita yang bergelar dokter itu, Ellad mempercayai Dwinda untuk mengurus pengobatan anaknya, biar Dwinda yang menangani kesembuhan Edric. Agar hubungan anak dan ibu terikat dalam diri mereka.
Tapi semakin lama dan semakin kesini, Edric tak ada perubahan sama sekali. Ia malah sesekali terdengar marah marah di depan Dwinda. Padahal Dwinda adalah dokter plus ibu yang menangani kelupuhan Edric, agar anak semata wayangnya bisa cepat sembuh dan Edric bisa berjalan lagi seperti semula.
"Aku hanya kecapean saja. Ingin beristirahat sekarang, Papih. "
Jawaban yang terlontar dari mulut Dwinda pasti tak jauh berbeda, dia selalu beralasan seperti itu, setiap kali Ellad bertanya.
"Ya sudah, silahkan mamah istirahat, " ucap Ellad kepada sang istri.
Dwinda mengganggukkan kepala setelah diberi izin oleh sang suami. Ia pergi dengan tersenyum kecil, Ellad begitu bodoh, ia tak tahu apa yang selama ini direncanakan Dwinda di rumahnya.
Ellad menatap jendela, ada sebuah kejagalan yang tak pernah ia tahu di rumahnya, kejanggalan itu datang setelah hadirnya gadis desa yang perlahan mengubah sipat asli Dwinda.
Ditengah lamunan sang CEO pemilik tahta, Edric keluar dari kamarnya. Terlihat wajah gelisah anak semata wayangnya itu, membuat Ellad menghentikan kursi roda anaknya," Dad, jangan tahan aku. "
"Dadi, ingin bebicara denganmu? "
"Nanti saja ya, Dad. Aku ingin berbicara dulu dengan Aira!"
Ellad mengalah, kedua tangannya melepaskan kursi roda yang ia pegang dan tahan, melepaskan sang anak untuk bertemu dengan calon istrinya.
Padahal banyak sekali, pertanyaan yang ingin Ia tanyakan kepada Edric, dirinya tak mau, terlalu larut dalam kecurigaan akan perubahan sifat Dewinda.
Edric mulai menjalankan kursi rodanya dengan cepat, ia ingin sekali cepat sampai menemui Aira. hatinya diliputi dengan rasa penasaran tentang perubahan Aira setelah melihat pistol yang ia pegang.
Setelah sampai di pintu kamar Aira, Edric perlahan mengetuk pintu kamar itu, berusaha memanggil-manggil calon istrinya, dengan perlahan," Aira. "
Aira yang menutup telinga dengan kedua tangannya, hanya menangis terisak-isak, setiap kali ia melihat pistol. Rasa traumanya selalu muncul, akan kematian sang ibu yang berada di depan matanya, bukanlah hal yang mudah untuk ia lupakan. Tentu saja butuh waktu yang begitu lama, menyesuaikan diri melupakan rasa sakit atas kematian ibunya.
Aira tentu saja tidak menyalahkan sebelah pihak, dia juga menyalahkan semua keluarga Edric, jika keluarga kaya raya ini tidak mencari seorang gadis dan memberikan segumpal uang begitupun meminjamkan uang kepada ayah tirinya. kemungkinan besar Aira dan ibunya tidak akan bernasib mengenaskan seperti ini, mereka akan selalu hidup sederhana di desa yang selalu menjadi keindahan untuk mereka berdua, tempat yang ternyaman yang mereka tempati.
Berusaha menekan tangannya, untuk tidak mendengarkan teriakan Edric seorang CEO yang lumpuh itu, walau tampang Edric begitu sempurna, tetap saja Aira akan membuat CEO lumpuh menyesal.
" Aira, buka. "
Aira mencoba menenangkan diri, agar tidak terpancing dengan emosi, berusaha memenangkan balas dendam yang sudah ia buat setelah kematian ibunya.
perlahan gadis pemilik rambut ikal ujungnya itu, mengusap kasar air mata yang terus berjatuhan. Iya bangkit dari tempat duduk, untuk segera menghampiri sang CEO yang terus memanggil-manggil namanya.
Membuka perlahan pintu kamar, terlihat raut wajah kekuatiran pada sosok lelaki yang hanya bisa duduk di atas kursi roda, seperti biasa gadis desa itu menampilkan senyuman di depan calon suaminya.
Namun tidak dengan Edric, lelaki keturunan Amerika dengan hidung mancungnya memperlihatkan kekhawatiran di depan calon istri, tangan kekarnya mulai memegang kedua tangan mungil dan mulus Aira, menanyakan tentang kejadian yang berada di kamar Edric, " Kenapa kamu mesti lari setelah melihat pistol yang berada di tanganku?"
" Maafkan saya, setelah melihat pistol itu saya menjadi trauma, karena pistol itu Ibu saya terbunuh. Maka dari itu saya lari dan merasa ketakutan. "
Edric menarik tangan Aira, hingga ia memeluk dan menenangkan rasa trauma itu.
kemesraan pada kedua insan itu membuat rasa cemburu semakin memuncak pada hati Dwinda, nanti malam wanita yang menjadi istri Ella itu seperti ingin merencanakan sesuatu.
Apa rencana yang akan Dwinda perbuat nanti malam?
crrita carlos ma welly terus