Pernikahan yang sudah didepan mata harus batal sepihak karena calon suaminya ternyata sudah menghamili wanita lain, yang merupakan adiknya sendiri, Fauzana harus hidup dalam kesedihan setelah pengkhianatan Erik.
Berharap dukungan keluarga, Fauzana seolah tidak dipedulikan, semua hanya memperdulikan adiknya yang sudah merusak pesta pernikahannya, Apakah yang akan Fauzana lakukan setelah kejadian ini?
Akankah dia bisa kuat menerima takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Lima
Ana menggandeng tangan bocah cilik itu menuju ke ruang kerja atasannya. Saat sampai di depan ruang itu, Ana mengetuknya. Hingga terdengar suara sahutan barulah gadis itu masuk. Di dalam ruangan tampak Kevin sedang sibuk dengan laptopnya.
Gadis itu tersenyum dengan Kevin dan Rakha. Dia lalu mendekati meja kerja atasannya itu.
"Pak, Chelsea minta di antarkan ke ruang ini."
"Ya, Ana. Sekali lagi aku minta maaf karena telah merepotkan kamu," ucap Rakha.
"Tak perlu minta maaf, Pak. Chelsea tak ada mengganggu saya," balas Ana.
Rakha berdiri dari duduknya dan mendekati Chelsea lalu menggendong. Ana tersenyum melihat itu. Dipikirnya sang bocah pasti sudah mau di tinggalkan. Dia lalu pamit.
"Pak, kalau begitu saya pamit dulu," ucap Ana.
"Ya, Ana." Rakha hanya menjawab dengan singkat.
Ana lalu berbalik dan berjalan menuju pintu keluar, tapi menjelang sampai ambang pintu terdengar teriakan Chelsea. Dia menangis minta ikut. Gadis itu lalu menghentikan langkahnya.
"Mami ... ikut," teriak Chelsea.
Chelsea lalu memukul Rakha minta turun dari gendongan papinya. Dia terus meronta walau papinya telah memeluk erat.
"Aku mau ikut mami, turunkan papi," ucap Chelsea.
Ana lalu membalikkan tubuhnya dan kembali mendekati Chelsea. Dia tak sampai hati melihat bocah itu menangis. Ana mengambil alih gadis cilik itu dari gendongan Rakha. Barulah dia diam.
"Aku mau ikut mami," ucap Chelsea dengan terisak.
"Chelsea, Tante Ana bukan mami kamu. Jangan buat repot dengan tingkahmu itu!" seru Rakha, sepertinya kesabaran pria itu mulai menipis.
Mendengar ucapan Rakha, bocah itu makin terisak nangisnya. Dia memeluk erat leher Ana. Tak mau lepas.
Rakha lalu mendekati Ana dan ingin menggendong putrinya itu. Namun, Chelsea tak mau. Dia makin mempererat pelukannya. Hal itu membuat Rakha makin emosi. Dia jadi teringat perselingkuhan istrinya.
Sewaktu Kartika ketahuan selingkuh, dia sempat meragukan sang putri. Beruntung bukti tes DNA dan penyelidikan dari bawahannya mengatakan jika istrinya berselingkuh setelah melahirkan sang putri, di saat Rakha sering keluar kota.
"Pak Rakha, bukan dengan keras begitu memberikan pengertian pada anak kecil. Mereka tak akan mengerti justru makin menangis jadinya karena dimarahi," ucap Kevin.
"Pak, apa yang Kevin ucapkan itu benar. Memberikan pengertian dengan anak kecil itu harus dengan lembut dan pendekatan. Biar nanti saya bujuk dulu. Kasihan lihatnya menangis begini," ucap Ana.
Ana lalu mengusap punggung bocah itu dan membujuknya agar diam.
"Aku tak mau dia makin keras kepala. Itu akan merepotkan kamu," ucap Rakha.
"Aku coba bujuk dulu, Pak. Tapi jangan di marahi. Kasihan," balas Ana.
Gadis itu lalu mengajak Chelsea duduk dan mencoba menenangkan dan menghentikan tangisnya. Tanpa mereka sadari, Ibu Sandi mengintip semua yang Rakha dan Ana lakukan.
"Sayang, kamu sekarang harus berhenti menangis. Kalau masih nangis, mami pergi nih," bujuk Ana.
"Kalau aku diam, tak menangis lagi, Mami tak akan pergi?" tanya Chelsea untuk meyakinkan wanita itu.
"Iya, Sayang."
Chelsea lalu menghentikan tangisnya. Dia menghapus air mata dengan tangannya.
"Mami, aku lapar," ucap Chelsea pelan. Takut di dengar Rakha. Dia masih takut papinya itu marah.
"Kita ke kantin. Tapi setelah makan, Chelsea pulang ke rumah dengan Oma. Besok Mami akan bertemu kamu lagi," ucap Ana mencoba membujuk.
"Teman aku serumah dengan maminya. Kenapa mami nggak serumah denganku?" tanya Chelsea.
Ana terdiam tak tahu mau menjawab apa. Kevin dan Rakha yang bisa mendengar pertanyaan bocah menjadi saling pandang. Di saat semua masih kesulitan mencari jawaban, masuklah Ibu Sandi. Dia berjalan mendekati cucunya yang masih berada dalam gendongan Ana.
"Sayang, Mami Ana itu untuk sementara tak bisa serumah dengan Chelsea karena harus sekolah. Setelah nanti tak sekolah, pasti akan tinggal dengan kita," jawab Ibu Sandi.
"Tapi aku sekolah bisa pulang, kenapa mami tak pulang?" tanya Chelsea lagi.
"Karena Mami Ana itu sekolah di pondok. Yang harus tidur di asmara. Nanti Oma lihatkan bagaimana sekolahnya," jawab Bu Sandi lagi.
Chelsea diam, sepertinya mencoba memahami ucapan Oma nya. Wanita paruh baya itu duduk di samping Ana. Dia tersenyum ramah dengan gadis itu.
"Terima kasih karena sabar menghadapi Chelsea. Dia sangat merindukan kasih sayang seorang ibu. Mungkin ketika melihat kamu dan merasa kamu adalah wanita yang dia cari, langsung saja dia memanggil mami. Ibu harap kamu bisa memaklumi sikapnya," ucap Bu Sandi.
"Iya, Bu. Saya mengerti karena saya juga sudah tak memiliki ibu. Di usia aku saat ini saja sering menangis jika ingat Ibuku," jawab Ana.
"Maaf, Ana. Ibu jadi membuat kamu sedih," balas Bu Sandi.
"Tak apa, Bu. Ibu saya juga sudah lama meninggal. Sejak usia saya sepuluh tahun," ujar Ana.
Mendengar ucapan Ana, Bu Sandi meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya. Mengusap dengan lembut.
"Jika kamu merindukan ibumu, datang saja ke rumah. Anggap saja sebagai pengganti ibumu yang telah tiada," ucap Bu Sandi.
Ana jadi terharu mendengar ucapan wanita itu. Hingga tanpa sadar air mata keluar dari sudut matanya. Chelsea yang melihat itu jadi ikut sedih. Tangan mungilnya terulur dan mengusap air mata gadis itu.
"Mami kenapa menangis?" tanya Chelsea kuatir.
"Mami itu menangis karena kamu tak mengizinkan dia sekolah. Seharusnya Chelsea tak boleh ikut mami terus, biar Mami Ana bisa sekolah dan cepat selesai," ucap Bu Sandi.
"Begitu ya, Oma?" tanya Chelsea.
"Iya, Sayang. Besok kamu bertemu mami setelah pulang sekolah," jawab Bu Sandi.
"Kalau begitu, baiklah, Oma. Besok aku mau sekolah. Aku mau bilang sama teman-teman jika aku punya mami juga. Pulang sekolah aku bisa bertemu Mami," ujar Chelsea.
Ana tersenyum mendengar obrolan Chelsea dan Omanya. Wanita itu begitu sabar menghadapi cucunya.
"Sekarang kita pesan makanan dulu. Katanya kamu lapar," ucap Bu Sandi. Chelsea mengangguk setuju.
Wanita itu meminta tolong Kevin untuk membeli makanan dan dia juga meminta Ana untuk tetap di ruangan sambil menunggu makanan datang.
Saat Ana dan Bu Sandi mengobrol, terdengar suara gawai gadis itu berdering. Dia lalu meminta izin untuk mengangkatnya.
"Apa, ayah masuk rumah sakit dan dalam keadaan kritis?" tanya Ana.
Ternyata itu telepon dari salah seorang tetangganya di kampung, mengabari Ana jika ayahnya sedang kritis di rumah sakit.
Ana tampak bersedih mendengarnya. Dia jadi bimbang, apakah akan langsung pulang atau tidak?
***
Selamat Pagi. Sambil menunggu novel ini update bisa mampir ke novel teman mama di bawah ini. Terima kasih.