Rahasia Menantu Culun

Pagi hari

Syasi mengerjapkan mata perlahan, lalu dia memandang sekilas wajah teduh Rifki yang tertidur pulas di sampingnya.

Dengan indra penglihatan yang masih merasakan kantuk yang teramat sangat, kemudian Syasi memaksakan tubuhnya untuk berdiri. Lalu dia menyambar ponsel Rifki yang berada di atas Nakas. Kemudian dia membawanya masuk ke dalam kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Syasi mulai memeriksa ponsel suaminya, karena dia merasa curiga dengan sikap yang tidak biasa yang ditunjukkan oleh Rifki padanya kemaren malam.

Dengan memasukkan kata sandi tanggal lahir Rifki, akhirnya ponsel mahal itupun terbuka.

Syasi mulai memeriksa satu persatu pesan yang masuk di dalam ponsel suaminya. Namun, dia tidak menemukan hal aneh apapun.

"Aneh," batin Syasi sambil keluar dari dalam kamar mandi, kemudian dia kembali meletakkan ponsel suaminya di atas Nakas.

Akan tetapi, baru saja Syasi meletakkan ponsel itu di atas Nakas dan hendak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tiba-tiba ponsel itu berdering. Syasi pun mengeryit dan bertanya dalam hati.

"Siapa gerangan yang menelpon pagi-pagi buta begini? apa mungkin ada hal mendesak terjadi di kantor, sehingga Tomy tak bisa menunggu sampai fajar menyingsing," Syasi mengira kalau yang menelpon itu adalah Tomy.

Kemudian Syasi kembali membalikkan badan, dan meraih ponsel yang berada di atas Nakas.

Namun, baru saja dia hendak mengambil ponsel itu, tiba-tiba Rifki bangun dari tidur nyenyak nya.

"Apa yang kamu lakukan dengan ponselku," suara bariton khas bangun tidur mengagetkan Syasi.

Syasi terhenyak mendengar suara itu, lalu dia kembali meletakkan ponsel suaminya di atas Nakas.

"Tidak ada, hanya saja ponselmu berdering sejak tadi, jadi aku berniat untuk mengangkatnya dan siapa tau ada informasi penting dari perusahaan, iya 'kan," jawab Syasi berbohong.

Rifki yang mendengar penjelasan Syasi yang cukup masuk akal, kemudian dia dengan secepat kilat menyambar ponselnya. Lalu dia beranjak dari tempat tidur menuju ruang kerjanya.

Di dalam ruang kerja

Dalam keadaan mengantuk, Rifki pun memeriksa layar ponsel, yang ternyata itu adalah panggilan dari orang suruhannya. Matanya langsung melotot seketika, lalu dia mengusap dada hingga beberapa kali, karena merasa sangat bersyukur dia bangun di waktu yang tepat.

"Untung saja," batin Rifki. Lalu dia menggeser tombol hijau itu ke atas. Dan tanpa basa-basi, kemudian Rifki menanyakan tujuan orang suruhannya menelpon dirinya.

"Hallo, ada informasi penting apa yang kamu dapatkan, hingga kau meneleponku pagi-pagi buta begini?" ujar Rifki.

Preman itupun langsung menceritakan kalau sebenarnya istri Rifki yang penampilannya dulu culun dan dekil sudah berubah menjadi cantik. Dan mereka juga sudah mencocokkan foto yang dulu dan yang sekarang. Dan hasilnya Seratus persen sama persis.

Bahkan mereka juga sudah mendapatkan informasi dari salon kecantikan yang merubah penampilan Citra. Dan sekarang owner salon itupun berada di hadapan mereka.

Rifki belum percaya seratus persen dengan ucapan orang suruhannya, kemudian dia meminta untuk berbicara langsung dengan pemilik salon kecantikan itu.

"Baiklah," ucap preman itu, lalu dia memberikan ponselnya pada pemilik salon kecantikan tersebut.

Namun, sebelum preman itu memberikan ponselnya pada pemilik salon, dia sempat mengancam agar pemilik salon itu memberitahukan hal yang sebenarnya. Jika tidak, nyawa adalah taruhannya.

"Baik Tuan," jawab pemilik salon itu patuh sambil menganggukkan kepala.

"Bagus," ujar preman itu. Kemudian dia menyerahkan ponselnya pada pemilik salon.

"Hallo, Tuan. Aku adalah pemilik salon kecantikan yang merubah penampilan Citra dari yang culun menjadi perempuan yang sangat cantik nan anggun," ujar pemilik salon tanpa ada yang di tutup-tutupi.

Sedangkan Rifki yang mendengar penjelasan pemilik salon, lalu dia meminta bukti bahwa apa yang dikatakan oleh pemilik salon itu benar atau tidak.

"Apa kau punya bukti?" tanya Rifki akhirnya.

"Ada Tuan," jawab wanita itu.

Kemudian dia meminta nomor ponsel Rifki, agar dia bisa mengirimkan bukti-buktinya.

Rifki pun memberikan nomor ponselnya, dan tidak lama kemudian terdengarlah suara notifikasi di ponsel Rifki.

Rifki pun memeriksa satu persatu foto yang dikirimkan oleh owner salon kecantikan itu padanya.

Lalu dia membandingkan foto persi culun Citra dengan penampilan yang sekarang. Dan tanpa sadar ia memuji kecantikan Citra yang sekarang.

"Baiklah, sekarang aku sudah percaya pada kalian," ujar Rifki lalu dia mengakhiri panggilan telponnya.

****

Dalam kesendiriannya Rifki pun mulai memperhatikan satu persatu foto yang dikirimkan oleh owner salon kecantikan itu padanya.

Hingga tanpa sadar, dirinya terus saja memuji-muji kecantikan Citra. Dan sepertinya dia sangat menyesal karena baru menyadari kecantikan yang tersembunyi di balik penampilan culun Citra.

"Kenapa baru sekarang aku menyadari kalau istriku Citra sangatlah cantik? kenapa tidak dari dulu?" Rifki terus bertanya dalam hati.

Hingga sekelebat bayangan pun terlintas di dalam pikirannya, bagaimana selama ini dia memperlakukan Citra dengan sangat buruk.

Namun, Rifki sangat salut dengan keteguhan hati Citra, walaupun dia memperlakukan wanita itu dengan sangat buruk, Citra tak pernah mengeluh sama sekali.

"Wanita yang sangat tangguh," batin Rifki.

Lalu dia kembali termenung dan menyesali semua perbuatan yang dia lakukan selama ini terhadap Citra.

Sedangkan di luar pintu ruang kerja Rifki, Syasi mulai merasa cemas karena sejak tadi Rifki tak kunjung ada tanda-tanda Rifki keluar dari dalam ruang kerjanya, padahal sekarang jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Dengan memberanikan diri, kemudian Syasi mengetuk pintu ruang kerja suaminya.

Tok...Tok... Tok.

Rifki yang merasa terganggu dengan suara ketokan pintu, lalu dia berdiri dari tempat duduknya, kemudian ia berjalan perlahan menuju pintu.

Begitu pintu dibuka, tampaklah Syasi berdiri di depan pintu.

Kemudian Rifki menatap istrinya itu dengan sedikit marah.

"Apa yang kamu lakukan Syasi? kenapa kau berani mengganggu ku? bukankah sudah aku peringatkan sebelumnya, Jika aku berada di ruang kerja tidak ada seorangpun yang boleh..?" ucapnya terhenti. Karena Syasi tiba-tiba meneteskan air mata.

Rifki yang melihat Syasi meneteskan air mata, kemudian dia menarik nafas dalam. Lalu dia memeluk istrinya.

"Ada apa? kenapa kau menangis?" tanya Rifki melembutkan suaranya. Lalu dia mengusap lembut rambut Syasi.

Syasi yang sebelumnya meneteskan air mata buaya, kemudian dia tersenyum dalam hati.

"Akhirnya... trik yang aku gunakan berhasil juga," batin Syasi merasa senang. Lalu dia kembali mengeluarkan air mata buayanya.

Melihat tidak ada respon sama sekali dari Syasi, kemudian Rifki kembali bertanya, kenapa Syasi sampai meneteskan air mata.

"Ayolah sayang... cepat katakan, apa yang membuatmu bersedih?" desak Rifki kembali saat melihat Syasi yang masih menangis dengan sesunggukan.

Syasi pun mulai melihat ke arah suaminya, kemudian dia merengek pada Rifki, bahwa dirinya ingin pergi ke Mall, tapi harus bersama dengan Rifki.

Rifki pun menggelengkan kepala, dengan sikap kekanak-kanakan Syasi.

Namun, walaupun demikian dia tetap tidak bisa menolak keinginan istrinya itu.

"Baiklah," ucap Rifki akhirnya.