Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Pria Misterius
"Tunggu...kenapa kau terburu-buru?"
Terdengar sebuah suara halus dari sebelah tangga yang menuju lantai dua. Mendengar dari suaranya, Lin Tian dapat menduga jika itu adalah suara seorang perempuan.
Tak berselang lama, terlihat sang pemilik suara yang turun dari tangga. Dia adalah seorang wanita yang melihat dari wajahnya kira-kira berumur tiga puluh tahunan, akan tetapi kecantikannya masih terpampang jelas bak bidadari.
"Nyonya!" ucap pelayan wanita genit yang tadi melayani Lin Tian.
Berbeda dengan pelayan itu yang menggunakan pakaian serba tipis. orang yang baru datang ini memakai jubah panjang sekaligus tebal, sehingga lekuk tubuhnya sama sekali tidak terlihat dari luar.
"Kau sepertinya orang baru di sini, benar?" orang itu bertanya ketika dia sudah sampai di hadapan Lin Tian.
"Benar" balas Lin Tian datar.
"Hihihi...kenapa kau buru-buru pergi? Kau pasti lelah, bagaimana jika sekalian menginap di sini untuk satu dua malam?" Kembali orang itu berkata. Ucapannya manis akan tetapi Lin Tian tidak merasa jika orang itu sedang menggodanya.
Sungguh sangat jauh berbeda dengan para pelayan wanita yang ada di sini. Sedaritadi, menurut pandangan Lin Tian, dia menyimpulkan jika semua pelayan wanita disana itu sama halnya dengan para pelacur yang gila laki-laki.
Akan tetapi wanita yang sedang berbicara dengannya ini, dari pakaiannya saja sudah terlihat jika dia jauh lebih sopan dari pelayan-pelayan itu, bahkan tidak ada satupun kulit di tubuhnya yang terlihat oleh Lin Tian, kecuali kulit di punggung tangan dan wajah.
"Tidak, terima kasih, jujur saja aku sangat tidak nyaman berada di tempat kotor ini."
Ucapan Lin Tian ini membuat raut wajah orang itu berubah. Dari yang sebelumnya tersenyum manis berubah menjadi senyum pahit. Akan tetapi hal itu terjadi dalam sekejap saja, kemudian dia kembali memasang senyum manis dan berkata.
"Haha...maaf jika tempat ini membuatmu tak nyaman. Apa mungkin di lantai tiga terlalu berisik?"
Lin Tian hanya mendengus dan tidak menjawab pertanyaan itu. Dia sudah muak dengan semua ini. Pemuda ini lalu membalikkan tubuh dan berjalan pergi dari sana tanpa menengok kebelakang lagi.
"Tuan tunggu!!" wanita itu berkata hendak mengejar Lin Tian.
Tetapi karena Lin Tian sedang dalam suasana hati yang buruk, dia tidak membalikkan tubuh menanggapi ucapan itu, malahan dia mengirim serangan tenaga dalam melalui hentakan kakinya.
Hal ini sontak membuat perempuan itu terkejut. Walaupun tidak kuat, akan tetapi serangan itu mampu membuatnya sedikit terdorong kebelakang.
Tahulah ia jika Lin Tian sudah benar-benar tidak bisa diajak bicara. Sehingga wanita itu hanya diam dan memandang kearah perginya Lin Tian dengan tatapan sendu.
"Nyonya, anda kenapa?" tanya salah satu pelayan ketika melihat raut wajah wanita itu yang tiba-tiba berubah.
Mendengar teguran ini, wanita itu tersadar dari lamunannya dan kembali memasang senyum manis.
"Aku tak apa-apa" jawabnya singkat.
"Nyonya bagaimana ini, banyak meja dan kursi kita yang rusak." kembali pelayan itu berkata sembari melihat sekelilingnya yang sudah berantakan.
Meja dan kursi di ruang makan itu terlihat berantakan karena hancur tertimpa tubuh orang-orang yang tadi dihajar Lin Tian.
Saat ini belum ada yang bisa bangkit dikarenakan tubuh mereka masih terasa sakit-sakitan. Ternyata pukulan dan tendangan Lin Tian tidaklah main-main, jika yang diserang bukanlah orang-orang ini, mungkin mereka sudah mati.
Akan tetapi aksi Lin Tian kali ini sungguh luar biasa. Pasalnya semua pengunjung yang ada disana itu rata-rata telah memiliki nama yang cukup terkenal di kalangan pendekar golongan hitam, dan mereka semua telah dihabisi oleh seorang pemuda yang masih kurang pengalaman seperti Lin Tian. Hal ini tentu saja sangat merendahkan harga diri mereka.
"Sialan!! Sialan!! Sialannnn!!! Mana bocah itu!?" umpatan ini keluar dari mulut Macan Setan yang sudah bangun dari dalam timbunan meja dan kursi.
"Dia sudah pergi." Wanita itu berucap tenang menjawab Macan Iblis.
"Siaaalaaannn!!! Tunggu saja kau bocah, ketika pertemuan kita selanjutnya, akan kuremukkan tulang-tulangmu dan akan kurebus darahmu!!" Setelah berkata demikian, pria brewok itu lalu pergi dengan menghentak-hentakkan kakinya dan nafas memburu karena amarah.
...****************...
"Dasar tempat menjijikkan" gumam Lin Tian ketika dirinya sudah jauh dari rumah makan itu.
Saat ini dia ingin mencari penginapan untuk bermalam selama beberapa hari. Karena menurut perkiraan Lin Tian, dia akan berada di Kota Sungai Putih ini selama lebih dari semalam dan mungkin bisa sampai satu minggu.
Setelah seperempat jam lamanya Lin Tian berjalan-jalan tanpa arah tujuan. Ia akhirnga tiba di depan sebuah bangunan yang terlihat cukup sederhana.
Di depan pintu masuk terdapat sebuah papan kayu bertuliskan "Penginapan".
Lin Tian kemudian kembali memandangi tempat tersebut. Bagunan itu berwarna dominan coklat tua dengan lantai kayu yang sudah banyak terlihat celah di sana-sini.
Pilar penyangga dari bangunan itu adalah sebuah balok kayu besar yang terlihat masih kasar. Sepertinya orang yang membangun tempat ini lupa untuk menghaluskan kayu itu terlebih dahulu.
Akan tetapi semua ini tidak masalah bagi Lin Tian. Ditambah dengan tempat itu yang sepi dan sederhana, sangat cocok bagi Lin Tian yang serba hemat.
Tanpa menunggu lama lagi, Lin Tian melangkahkan kakinya kedalam rumah penginapan tersebut.
Di meja kasir terlihat seorang pria paruh baya berumur lima puluhan tahun duduk mengantuk di sebuah kursi. Pria ini langsung terbangun ketika menyadari Lin Tian telah memasuki penginapannya.
"Selamat datang Tuan." Sapanya.
Lin Tian kemudian menghampiri pria tersebut dan mengatakan jika dirinya ingin menginap di sini selama tiga hari kedepan.
"Baiklah Tuan, ini kuncinya. Kamar anda ada di sebelah ujung belakang penginapan ini."
"Terima kasih."
Setelah itu Lin Tian langsung menuju ke ruang paling ujung seperti yang di katakan penjaga penginapan.
"Krrieeett..."
Terdengar sebuah suara ketika pintu itu terbuka. Agaknya sudah terlalu lama ruangan ini selalu dalam keadaan terkunci sehingga membuat engsel pintu itu sampai berkarat dan mengeluarkan bunyi.
Kamar itu sangat sederhana, hanya ada satu buah kasur dan meja beserta kursi. Juga terdapat jendela kecil di sebelah kasur.
Pemuda itu kemudian melepas topengnya dan duduk di atas kasur.
"Kraakk..."
Kembali terdengar sebuah suara. Kali ini seperti suara kayu yang patah.
"Hah....parah sekali." Lin Tian hanya mampu menghela nafas melihat ini semua.
Akhirnya dia beristirahat dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya supaya kasur itu tidak roboh.
...****************...
Malam telah tiba. Saat ini tiba waktunya bagi Lin Tian untuk menjalankan rencananya.
Dia sudah bersiap dengan jubah putih dan topeng seramnya, juga tak lupa Pedang Dewi Salju di punggungnya.
Setelah itu, sedetik kemudian pemuda ini lenyap dari dalam kamar seperti tak pernah berada di ruangan itu sebelumnya.
"Swuuushhh..."
Terlihat berkelebatan bayangan putih yang melompati rumah-rumah warga. Lin Tian saat ini sedang dalam perjalanannya menuju ke rumah sang pemimpin keluarga Hu yang letaknya diujung Utara kota.
Tetapi tiba-tiba dia menghentikan lompatannya ketika melihat siluet seseorang.
Orang itu adalah seseorang yang rambutnya gundul dan memakai jubah biksu. Dia berdiri termenung di perempatan jalan sambil terus memandang ke rumah makan tempat Lin Tian membuat keributan di sana.
Lebih tepatnya, biksu itu sedang memandangi kearah lanta tiga bangunan itu dengan pandangan yang sulit diartikan.
Yang membuat Lin Tian menghentikan perjalanannya adalah biksu itu sudah sedari tadi berada di sana, bahkan saat siang tadi, ketika Lin Tian sedang mencari rumah penginapan baru, pria gundul itu sudah berdiri termenung di sana.
Hal ini tentu saja membuat Lin Tian merasa heran apalagi yang sedang dipandangi lelaki itu adalah lantai tiga. Sebuah lantai di bangunan itu yang menjadi tempat pelacuran, dan saat ini yang sedang memandangi tempat pelacuran itu adalah seorang biksu!!
"Ini gawat!! walaupun aku bukan orang suci, tetapi setidaknya aku harus berbuat sesuatu pada orang itu." Gumam Lin Tian.
"Dia ini biksu, tidak bisa kubiarkan orang taat beragama sepertinya memasuki tempat kotor itu!" kemudian pemuda ini langsung melompat dan menghampiri orang itu.
"Maaf Tuan, kulihat sedari tadi siang anda sudah berada di sini. Sebenarnya apa yang anda lihat?" Tanya Lin Tian sopan ketika sudah berada tepat di depan orang itu.
"Sudah berubah....sudah berubah...."
"Hah?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
BERSAMBUNG