Siapa sangka niatnya merantau ke kota besar akan membuatnya bertemu dengan tunangan saudara kembarnya sendiri.
Dalam pandangan Adam, Emilia yang berdiri mematung seolah sedang merentangkan tangan memintanya untuk segera memeluknya.
"Aku datang untukmu, Adam."
Begitulah pendengaran Adam di saat Emilia berkata, "Tuan, apa Tuan baik-baik saja?".
Adam segera berdiri lalu mendekat ke arah Emilia. Bukan hanya berdiri bahkan ia sekarang malah memeluk Emilia dengan erat seolah melepas rasa rindu yang sangat menyiksanya.
Lalu bagaimana reaksi tunangan kembaran nya itu saat tau yang ia peluk adalah Emilia?
Bagaimana pula reaksi Emilia diperlakukan seperti itu oleh pria asing yang baru ia temui?
Ikuti terus kisah nya dalam novel "My Name is Emilia".
***
Hai semua 🤗
ini karya pertamaku di NT, dukung aku dengan baca terus kisah nya ya.
Thank you 🤗
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Bertemu Adam
Hari itu adalah hari pertama Adam menginjakkan kakinya di perusahaan miliknya setelah tiga bulan lebih ia berdiam diri di rumah. Semua karyawan yang bertemu dengan nya tampak sangat senang dan tersenyum penuh hormat padanya.
Adam adalah sosok atasan yang baik dan tegas. Meskipun terlihat dingin dan angkuh tapi semua karyawan diperlakukan dengan baik. Bahkan ia tidak pernah pelit memberikan bonus untuk para karyawan nya yang telah bekerja keras dalam membantu mengembangkan perusahaan.
“Selamat datang kembali, Tuan. Ini ada beberapa berkas yang perlu ditandatangani.” Ucap sekretaris Adam yang bernama Clara seraya memberikan beberapa berkas padanya.
Adam menerima berkas-berkas tersebut lalu memperhatikan secara acak satu per satu.
“Terimakasih. Kau boleh pergi.”
“Baik Tuan.”
Baru saja Clara berbalik lalu terdengar suara Adam memanggilnya lagi. Clara pun berbalik lagi menghadap Adam.
“Tunggu sebentar.”
“Ya Tuan. Ada yang bisa saya bantu?”
“Bagaimana perkembangan perekrutan karyawan baru? Saya dengar beberapa divisi membutuhkan tambahan karyawan bukan?”
“Betul, Tuan. Perusahaan sudah menerima banyak lamaran pekerjaan yang masuk. Minggu depan baru akan dimulai sesi interview, Tuan. Kecuali.....kecuali bagian purchasing Tuan.” Jawab Clara yang tampak ragu di mata Adam.
“Why?” tanya Adam dengan mengernyitkan dari nya.
“Hmm...itu Tuan. Untuk bagian itu sudah ada karyawan yang diterima. Dan hari ini dia sudah mulai bekerja.”
“Benarkah? Siapa yang menerima nya?” Adam mulai merasa ada yang aneh.
“Tuan Ian. Tuan Ian yang mewawancarainya dan menerima nya bekerja disini mulai hari ini, Tuan.”
“Ian? Panggil dia sekarang. Suruh ke sini sekarang juga. Sekalian panggilkan juga karyawan baru itu kesini. Saya mau lihat apa yang membuat Ian menerima nya dengan cepat.”
“Baik Tuan.”
Clara jadi merasa bersalah melihat raut wajah Adam yang sepertinya tidak setuju dengan keputusan Ian yang sepihak.
Aduh, apa aku salah ngomong ya. Bisa disemprot Ian nih bisa-bisa. Batin Clara.
Kenapa aneh sekali. Tidak biasanya Ian begini. Biasanya dia selalu mengikuti prosedur yang ada. Tapi sekarang kenapa main terima saja? Apa karyawan baru itu saudaranya? Adam bertanya-tanya dalam hati.
Clara segera keluar dari ruangan Adam ke tempat Ian. Tapi yang dicari tidak ada. Lalu ia memutuskan untuk menelepon ke bagian purchasing dan meminta Emilia datang menemui Adam.
Hari itu penampilan Emilia sudah jauh lebih rapi. Ia memakai kemeja putih dengan lengan hingga sesiku, rok hitam yang panjang nya pas di bawah lutut, kali ini ia tak memakai topi. Rambut panjang nya diikat satu agak tinggi ke belakang dengan poni yang disisir miring ke samping.
Setelah menenangkan diri dengan menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan, Emilia mulai mengetuk pintu ruangan Adam. Terdengar suara yang menyuruh nya masuk dari dalam. Dengan perlahan Emilia masuk lalu menutup pintu kembali.
Saat berjalan mendekati meja Adam, detak jantung nya seakan seirama dengan setiap ketukan heels nya. Dari samping saja sudah terlihat wajah tampan dengan rahang tegas yang dihiasi rambut tipis. Kalau begini rasanya jantungnya mau copot saja.
“Selamat pagi, Tuan. Kata Sekretaris Clara, saya diminta menemui Tuan.” Sapa Emilia yang sekarang sudah berdiri tepat di depan meja kerja Adam.
Yang disapa tampak diam sejenak sambil terus menandatangani beberapa dokumen. Lalu ia menutup dokumen yang barusan selesai ditandatangani dan meletakkan pena tepat di samping nya. Barulah ia menggerakkan kepala nya untuk melihat karyawan baru yang ada di hadapannya.
Saat kedua pasang mata itu saling bertemu, ada yang berdesir di hati Adam. Wajah itu. Setelah berbulan-bulan berpisah, benarkah ia bertemu lagi sekarang? Wajah yang sangat ia rindukan. Wajah yang selalu menghiasi hari-hari nya dulu.
Dalam pandangan Adam, Emilia yang berdiri mematung seolah sedang merentangkan tangan memintanya untuk segera memeluknya. “Aku datang untukmu, Adam.” Begitulah pendengaran Adam di saat Emilia berkata, “Tuan, apa Tuan baik-baik saja?”
Adam segera berdiri lalu mendekat ke arah Emilia. Bukan hanya berdiri bahkan ia sekarang malah memeluk Emilia dengan erat seolah melepas rasa rindu yang sangat menyiksanya. Sesekali ia mengecup puncak kepala Emilia.
“Aku tau kau tidak akan meninggalkanku, Emelda.” Ucap Adam yang masih memeluk Emilia dengan erat.
Deg.
Ada yang salah. Ya, ini pasti salah, batin Emilia. Adam menganggap nya sebagai Emelda yang telah meninggal. Dengan sekuat tenaga Emilia berusaha melerai pelukan Adam. Lalu ia mendongak menatap wajah Adam yang begitu dekat jaraknya dari wajahnya.
Adam melihat ada raut wajah yang sulit diartikan dari wanita itu. Tatapannya seperti tatapan orang yang kebingungan.
“Maaf, tapi saya bukan....”
“Sssstttt....”
Belum selesai Emilia bicara, Adam sudah meletakkan satu jarinya di bibir Emilia. Seolah meminta Emilia untuk tak menjelaskan apapun saat itu.
Tak berhenti sampai disitu, Adam mulai merangkum wajah mungil Emilia dengan tangannya lalu mengecup bibir nya. Satu detik, dua detik, tiga detik, ya bukan cuma kecupan biasa. Ia benar-benar sedang menyalurkan rasa rindu yang tlah lama ditahannya.
Mata Emilia membesar. Tubuhnya seolah kaku tak bisa bergerak. Jantungnya terasa berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia merasa sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Itu adalah sebuah ciuman. Hidungnya dapat menghirup dengan jelas aroma mint yang menyegarkan dari nafas Adam bercampur aroma maskulin dari parfum mewahnya.
Dan apalagi ini, dia merasa ada sesuatu yang basah. Pipinya terasa basah padahal ia tidak sedang menangis. Rupanya itu berasal dari air mata Adam yang ikut jatuh membasahi pipinya. Saking rindunya, Adam mencium nya sambil meneteskan air mata.
Beberapa saat setelah kesadaran nya kembali, Emilia kembali mendorong Adam dengan sekuat tenaga. Percobaan pertama gagal. Adam terlalu kuat dan badannya terlalu besar untuk dia dorong. Kedua ia mencoba memukul-mukul lengan Adam dengan kedua tangannya dan itu berhasil.
Adam melepas ciumannya. Ia melihat wajah Emilia yang terlihat kesal. Wanita itu terlihat terengah-engah mengambil nafas.
“Tuan, apa yang Anda lakukan? Apa Tuan sudah tidak waras sembarangan mencium karyawan Tuan?” bentak Emilia dengan kesal. Ya, dia kesal karna ciuman pertamanya diambil begitu saja oleh orang yang tak ia kenal.
“Tuan? Karyawan? Apa maksudmu Emelda? Aku Adam, tunanganmu. Kenapa kau marah karna aku mencium mu?” tanya Adam keheranan.
“Karena saya bukan Emelda. Saya Emilia.”
“Apa?”
***
Akhirnya Adam bertemu Emilia juga.
Lalu bagaimana reaksi Adam saat tau kalau itu adalah Emilia dan bukan Emelda tunangannya?
Tunggu kisah selanjutnya ya 🤗
Jangan lupa like per episode ya, vote dan jadikan favorit 😁
Thank you.
nana naannananaa