Demi membiayai operasi ayahnya yang terkena serangan stroke, Cleantha terpaksa meminjam uang pada rentenir. Ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan untuk membayar hutangnya itu. Namun kenyataan berkata lain. Cleantha gagal mendapatkan pekerjaan dan malah bertemu dengan seorang lelaki misterius dalam sebuah kecelakaan. Lelaki itu memaksanya untuk menjadi isteri kedua sebagai ganti rugi atas kerusakan mobilnya.
Karena ketakutan, Cleantha menolak permintaan lelaki itu dan melarikan diri. Tapi takdir membawanya kembali bertemu dengan lelaki itu, melalui sebuah ajang kompetisi wanita untuk memenangkan hadiah seratus juta.
Cleantha yang keluar sebagai pemenang, dipaksa menjadi isteri kedua Raja Adhiyaksa di atas sebuah perjanjian. Akankah Cleantha mampu menjalani hidup sebagai isteri bayaran, yang hanya dijadikan alat pembalasan dendam oleh Raja atas pengkhianatan isteri pertamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Terpilihnya Aku (Part 1)
Meja panjang disediakan untuk acara makan malam hari itu. Berbagai hidangan yang menggugah selera telah disiapkan oleh para pelayan di atas meja.
Hanya derap sepatu para peserta yang bergema memenuhi ruangan. Sedangkan bibir mereka terkatup rapat. Tidak ada yang berani berbicara selama Bu Siska ada di ruangan tersebut.
Detik berikutnya terdengar suara roda yang berputar di atas lantai kayu. Sontak para peserta menoleh ke arah pintu.
Mereka semua tersihir oleh tampilan visual yang memukau dari nyonya pemilik vila itu. Wanita itu tak lain adalah Zevira, permaisuri dari Raja Adhiyaksa.
"Selamat malam semuanya," sapa Zevira memasuki ruang makan.
Pelayan setianya, Bi Dewi, mendorong kursi roda Zevira hingga posisinya tepat berada di bagian tengah meja makan.
"Malam, Nyonya," jawab para peserta nampak segan.
Bi Dewi segera mengambilkan peralatan makan khusus untuk Zevira. Sementara para gadis itu hanya duduk tak bergeming.
Meskipun perut mereka meronta-ronta minta diisi, tapi mereka tidak berani menyentuh makanan sebelum sang nyonya rumah mempersilakan.
"Silakan dimakan. Mungkin kalian jarang menikmati hidangan semacam ini di rumah kalian. Tapi khusus malam ini, aku ingin menjamu kalian semua dengan sajian kelas atas. Habiskan saja selagi masih ada kesempatan. Jangan malu-malu."
Setelah Zevira berkata demikian, para peserta mulai mengambil sendok dan garpu mereka. Berbeda dengan Miranda yang tetap diam saja. Ia malah menyenggol kaki kanan Cleantha di bawah meja.
Cleantha melirik sekilas. Ia melihat temannya itu memberi kode dengan mengerucutkan bibir bawahnya ke arah Zevira. Cleantha menebak jika Miranda tersinggung atas ucapan Zevira yang terkesan merendahkan.
Atmosfer kaku dan canggung begitu terasa selama makan malam berlangsung.
Hidangan yang semestinya lezat berubah menjadi hambar akibat suasana yang tidak menyenangkan. Cleantha pun lebih banyak meneguk segelas air daripada mengambil makanan di atas meja.
Sekitar satu jam kemudian, barulah ketidaknyamanan itu berakhir.
"Apakah kalian sudah selesai menikmati makan malam?" tanya Zevira memandangi para gadis satu per satu.
"Sudah, Nyonya," jawab para gadis serempak.
"Bu Siska, apakah aku sudah bisa memberikan pengumuman kepada mereka?" tanya Zevira kepada wanita yang duduk di sebelahnya itu.
"Tentu saja, Nyonya Zevira."
Zevira menghadap kepada para peserta sambil melayangkan tatapan tajam.
"Kalian pasti sudah tidak sabar menunggu siapa saja yang lolos ke babak terakhir. Karena itu, aku akan mengumumkannya sekarang."
"Peserta yang terpilih berdasarkan keputusanku adalah....pertama Jessica Riana, kedua Ayumi Larasati, dan yang ketiga...Cleantha Hastomo," lanjut Zevira dengan suara lantang.
"Clea, kamu terpilih. Selamat ya," bisik Miranda turut senang.
Cleantha hanya tercengang mendengar namanya disebut oleh Zevira Adhiyaksa.
Sebelum pergi, Zevira menyuruh Bu Siska mengambil alih kendali atas para peserta kompetisi.
"Bu Siska, atur para gadis yang tidak terpilih agar segera meninggalkan vila besok pagi."
"Baik, Nyonya."
"Bi Dewi, antarkan aku ke kamar. Tugasku disini sudah selesai," ucap Zevira kepada pelayannya.
Bu Siska menunggu hingga Zevira meninggalkan ruangan itu, lalu berdiri dari kursinya.
"Nona Nona, kalian sudah mendengar hasil keputusan dari Nyonya Zevira. Bagi yang tidak terpilih, malam ini diperbolehkan menginap. Tapi besok pagi kalian harus meninggalkan vila. Para pelayan akan membantu kalian."
Bu Siska berjalan mendekat sambil menurunkan sedikit nada suaranya.
"Bagi tiga peserta yang dipilih Nyonya Zevira, kalian harus bersiap-siap mengikuti babak akhir dari kompetisi ini. Kalian akan bertemu langsung dengan pemilik Adhiyaksa Group, Tuan Raja. Jadi persiapkan diri kalian dengan baik," ucap Bu Siska penuh makna.
Mendengar nama Raja disebut-sebut, mendadak rasa takut menguasai Cleantha.
"Kenapa firasatku tidak enak seperti ini? Apa karena aku terlalu berlebihan membayangkan sosok Tuan Raja? Tidak, aku tidak boleh berprasangka buruk terhadap orang yang belum aku kenal,
pikir Cleantha menenangkan dirinya.
...****************...
Raja mengancingkan satu per satu kancing kemejanya.
Dari pantulan cermin, ia mengamati luka yang menghiasi dahinya. Ada memar di dahi sebelah kanan dan luka bekas tergores yang telah mengering di bagian kiri.
"Ini semua gara-gara gadis yang tidak bertanggungjawab itu," desis Raja geram.
Raja mengambil perban dan obat luka dari atas nakas untuk menutupi luka-lukanya. Hari ini dia mesti tampil sempurna.
Agar berhasil menjalankan misi balas dendamnya, Raja bertekad melakukan akting semaksimal mungkin di hadapan Zevira.
Awalnya, terbersit rasa iba kepada wanita yang pernah mengisi hatinya itu. Namun sesudah Dion melaporkan bukti baru tentang perselingkuhan Zevira, hati Raja kembali membatu.
Bukti yang diberikan Dion telah membuka mata Raja bahwa Zevira adalah seorang wanita pengkhianat. Istrinya itu pernah menghabiskan malam di kamar hotel bersama Fendi. Masih ditambah serangkaian kencan tersembunyi mereka di belakangnya.
Mengingatnya saja membuat darah Raja naik ke atas ubun-ubun. Apalagi kalau harus menyaksikan perselingkuhan itu secara langsung.
Raja mematut dirinya sekali lagi di depan cermin. Semua luka akibat kecelakaan telah tertutupi, kecuali luka menganga di dalam sanubarinya.
Sebelum meninggalkan kamarnya, Raja melirik jam tangannya.
"Sudah saatnya aku berangkat,"
gumam Raja.
Raja berusaha mempercepat langkahnya. Namun rasa nyeri pada betisnya, menghalangi dirinya untuk bergerak lebih cepat.
"Tuan," sapa Dion yang sudah menunggu di ambang pintu.
"Dion, sejak kapan kamu datang?" tanya Raja terkejut.
"Saya datang sepuluh menit yang lalu, Tuan. Saya ingin memberikan info kepada Tuan mengenai tiga gadis yang dipilih Nyonya Zevira."
Dion berhenti sejenak. Ia memperhatikan cara berjalan Raja yang sedikit pincang.
"Tuan, sebaiknya Anda jangan terlalu banyak berjalan. Saya khawatir kaki Anda akan ngilu seperti kemarin. Atau Tuan mau saya ambilkan tongkat penyangga?"
"Tidak perlu, Dion. Aku bukan orang cacat. Lagipula ini hanya nyeri sedikit. Sebentar juga hilang. Cepat kirimkan data dan foto peserta yang dipilih Zevira ke ponselku."
"Baik, Tuan."
Jari jemari Dion bergerak lincah menekan tombol send di ponselnya.
Dalam waktu sekejap saja, foto beserta data diri ketiga gadis yang lolos, telah terkirim ke ponsel Raja.
Seraya mengamati foto Jessica, gadis pertama yang dipilih Zevira, Raja mengorek keterangan dari asistennya.
"Menurutmu apa ketiga gadis yang dipilih Zevira ini sesuai kriteriaku?"
"Saya sudah melakukan wawancara secara langsung dengan mereka. Saya rasa Nyonya memilih ketiga gadis ini karena kepolosan mereka. Mereka adalah gadis naif yang tidak punya pengalaman dengan pria. Mungkin Nyonya memiliki maksud tertentu di balik keputusannya," tutur Dion menyatakan opininya.
"Kamu cerdas, Dion. Aku tahu Zevira sengaja memilihkan calon isteri untukku, yang tidak sebanding dengannya. Sayang sekali strateginya keliru. Aku memang mencari gadis yang di bawah standar, agar aku lebih mudah mengendalikannya. Dia harus bisa memenuhi tujuanku."
Perhatian Raja kembali terpusat pada layar ponselnya.
Manik matanya tiba-tiba terbelalak lebar, saat ia memandang foto gadis ketiga yang dipilih Zevira.
Wajah gadis itu sangat familiar, bahkan gambaran parasnya tersimpan lekat di memori bawah sadar Raja.
"Gadis ini...." geram Raja seolah melihat musuh bebuyutannya.
Raja buru-buru beralih ke lampiran dokumen yang ada di bawah foto gadis itu.
"Cleantha Hastomo. Jadi itu nama aslinya. Ternyata dia juga berbohong padaku soal namanya," desis Raja dengan wajah memerah.
Dion tampak keheranan melihat reaksi bosnya.
"Tuan, ada apa?"
Raja mengarahkan layar ponselnya sejajar dengan mata Dion.
"Apa wajah gadis bernama Cleantha ini benar-benar sama seperti fotonya?"
"Iya, Tuan. Foto Nona Cleantha sama persis dengan wajah aslinya. Memangnya kenapa, Tuan?"
"Dia adalah gadis yang aku cari. Gadis yang lari dari tanggungjawabnya dan berani membohongiku. Tidak kusangka, dia sendiri yang menyerahkan diri padaku.
Seringai menyeramkan terbentuk di bibir Raja.
"Dion, aku tidak perlu menemui dua gadis yang lain. Karena aku sudah menemukan siapa yang pantas menjadi isteri keduaku."