NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9: diagnosis

Jam dinding besar di ruang tengah berdentang dua belas kali. Tengah malam.

Atlas belum tidur. Dia berdiri di beranda depan mansion barunya, menatap gerbang besi yang tertutup rapat. Di belakangnya, lampu-lampu taman menyala otomatis, memberikan nuansa magis pada rumah putih megah itu.

Namun, keheningan itu pecah oleh sorot lampu mobil.

Bukan satu, tapi lima mobil sedan hitam Mercedes-Benz S-Class beriringan masuk melalui gerbang yang terbuka otomatis (berkat akses sistem). Mereka bergerak senyap, parkir dengan presisi militer di halaman depan.

Pintu mobil terdepan terbuka. Seorang pria tua berusia sekitar 60-an tahun keluar. Rambutnya putih perak disisir rapi ke belakang, posturnya tegak sempurna, mengenakan setelan jas tailcoat hitam ala pelayan Inggris klasik. Wajahnya ramah, namun matanya memancarkan ketajaman seorang veteran perang.

Dia berjalan mendekati Atlas, lalu membungkuk hormat dengan tangan kanan di dada.

"Selamat malam, Tuan Atlas Wijaya," suaranya tenang dan berwibawa. "Saya Sebastian, Kepala Pelayan (Head Butler) yang ditugaskan untuk melayani Keluarga Wijaya."

Di belakang Sebastian, dua puluh orang berseragam turun dari mobil.

5 Pelayan wanita (Maid) berseragam hitam-putih.

3 Koki dengan seragam putih bersih.

2 Tukang kebun.

10 Pria berbadan tegap dengan jas hitam dan earpiece (Pengawal/Bodyguard).

"Mereka adalah tim terbaik yang dikurasi oleh Sistem," lanjut Sebastian. "Loyalitas mereka mutlak. Mereka lebih memilih mati daripada melihat Tuan atau Nona terluka."

Atlas mengangguk puas. "Kamu tahu tugas utamamu, Sebastian?"

"Tentu, Tuan. Kenyamanan dan keselamatan Nona Orion adalah prioritas di atas nyawa kami sendiri."

"Bagus. Sekarang, panggil dokter yang kamu bawa. Adikku butuh pemeriksaan menyeluruh."

Kamar Tidur Orion - Pukul 00.30 WIB

Orion sudah tertidur lelap di kasur king size barunya yang empuk. Dia terlihat sangat kecil di tengah selimut tebal itu.

Seorang wanita muda berkacamata dengan jas putih dokter masuk perlahan, didampingi Atlas dan Sebastian. Dia adalah Dr. Susan, dokter pribadi yang direkrut Sebastian. Spesialis Kardiologi dan Penyakit Dalam lulusan Jerman.

Dr. Susan mengeluarkan alat-alat medis canggih yang hening, memeriksa detak jantung, tekanan darah, dan saturasi oksigen Orion tanpa membangunkannya.

Setelah 15 menit pemeriksaan intensif, Dr. Susan memberi isyarat pada Atlas untuk bicara di luar kamar agar Orion tidak terganggu.

Di lorong yang remang, wajah Dr. Susan terlihat serius.

"Bagaimana?" tanya Atlas, nadanya cemas. Uang triliunan tidak ada artinya kalau adiknya tidak sembuh.

"Tuan Atlas," Dr. Susan membuka tablet medisnya. "Seperti yang Tuan duga, kondisi Nona Orion cukup rapuh. Diagnosa utamanya adalah Defek Septum Atrium (ASD) atau kebocoran sekat jantung."

Atlas mengepalkan tangannya. Dia tahu adiknya sakit jantung, tapi mendengar diagnosa medisnya selalu menyakitkan.

"Darah bersih dan kotor di jantungnya bercampur," jelas Dr. Susan. "Ini menyebabkan paru-parunya bekerja dua kali lebih keras, itulah sebabnya dia mudah sesak napas, cepat lelah, dan bibirnya sering membiru (sianosis). Ditambah lagi..."

Dr. Susan menghela napas.

"...malnutrisi parah selama bertahun-tahun membuat sistem imunnya nyaris nol. Dia mengalami anemia kronis dan defisiensi vitamin akut. Jika dia terkena flu biasa saja, itu bisa berkembang menjadi pneumonia yang fatal dalam 24 jam."

Hening sejenak. Atlas merasa gagal sebagai kakak. Selama ini dia hanya bisa memberi makan nasi bungkus dan mie instan, padahal tubuh adiknya butuh gizi premium.

"Apa bisa disembuhkan?" tanya Atlas tajam.

"Bisa," jawab Dr. Susan tegas. "Dengan fasilitas di rumah ini, udara bersih Menteng, dan menu makanan yang diatur Chef kami, kita bisa memperbaiki gizinya dalam 3 bulan. Setelah fisiknya kuat, saya sarankan operasi penutupan kebocoran jantung di Zurich, Swiss. Tingkat keberhasilannya 98%."

"Lakukan," perintah Atlas. "Apapun obatnya, berapapun harganya, beli. Kalau perlu beli pabrik obatnya."

"Siap, Tuan."

Keesokan Paginya - Ruang Makan

Sinar matahari pagi menyinari ruang makan yang panjangnya bisa memuat 20 orang. Namun pagi ini, hanya Atlas dan Orion yang duduk di sana.

Orion menatap takjub meja makan yang penuh hidangan. Bukan makanan berat, tapi menu sehat yang terlihat cantik: Oatmeal dengan buah berry segar, jus sayuran hijau (yang rasanya ternyata enak), sup krim jagung, dan sepotong salmon panggang kecil.

Sebastian berdiri siaga di sudut ruangan, mengawasi setiap gerak-gerik pelayan yang menuangkan air putih untuk Orion.

"Kak..." bisik Orion. "Ini bapak yang pakai jas buntut siapa? Kok dia ngelihatin aku terus?"

"Dia Sebastian. Dia yang bakal ngurus rumah ini," jawab Atlas sambil mengiris salmon. "Mulai sekarang kamu nggak perlu nyuci baju atau nyapu lagi. Tugas kamu cuma satu: Makan yang banyak, minum obat, terus main di taman."

Orion cemberut lucu. "Aku jadi kayak anak bayi."

"Emang kamu bayi besar Kakak," goda Atlas.

Tiba-tiba, Sebastian melangkah maju sambil membawa sebuah telepon nirkabel di atas nampan perak.

"Maaf mengganggu sarapan Anda, Tuan," ucap Sebastian sopan. "Ada telepon dari Manajemen Pusat Royal Hotel Group. Mereka panik karena pagi ini mendapat notifikasi bahwa kepemilikan saham mayoritas (51%) telah berpindah tangan ke atas nama Anda."

Atlas menyeka mulutnya dengan serbet. Dia lupa kalau dia sekarang adalah pemilik hotel tempat dia menginap kemarin. Hotel tempat manajer dan resepsionis sombong itu bekerja.

Atlas mengambil telepon itu.

"Halo?"

Suara di seberang sana terdengar panik dan terengah-engah. "H-halo? Apakah benar ini dengan Bapak Atlas Wijaya? S-saya Direktur Operasional Royal Hotel... Kami baru saja menerima data dari bursa efek..."

"Ya, ini saya," jawab Atlas santai. "Siapkan ruang rapat direksi jam 10 pagi ini. Saya akan datang berkunjung."

"B-baik Pak! Tentu Pak! Kami akan siapkan penyambutan—"

Atlas menutup telepon sepihak.

Dia menatap Orion yang sedang lahap memakan stroberi.

"Dek," panggil Atlas.

"Ya, Kak?"

"Hari ini Kakak mau 'bersih-bersih' hotel sebentar. Kamu di rumah dulu ya sama Dokter Susan dan Sebastian. Nanti sore kita jalan-jalan lagi."

Atlas berdiri. Aura The King's Presence-nya menguar kuat. Hari ini dia bukan lagi tamu hotel. Dia adalah pemiliknya. Dan dia punya beberapa karyawan sombong yang perlu diberi pelajaran tentang tata krama.

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!