Safa, gadis dari kalangan atas terpaksa menawarkan diri untuk menjadi istri dari Lingga, seorang CEO terkemuka demi menyelamatkan Perusahaan orang tua angkatnya.
"Ayo kita menikah. Aku akan melahirkan anak untukmu, asal kamu mau menolong Papaku"
"Kau yakin mau menikah dengan ku?"
"Aku yakin!"
Safa menjawabnya dengan tegas. Tanpa memikirkan suatu saat nanti hatinya bisa goyah dan mencintai Lingga.
Tapi sayangnya hati Lingga telah mati, dia hanya mencintai Asyifa tunangannya yang telah meninggal dunia. Lingga menikah hanya karena paksaan orang tua serta untuk melahirkan penerus keluarganya.
"Dia sangat mencintai anaknya, tapi tidak dengan wanita yang melahirkan anaknya" ~ Safa ~
Bagaimana nasib Safa saat Lingga pulang membawa wanita yang wajahnya begitu mirip dengan Asyifa? Apa yang akan Safa lakukan disaat dia sendiri sedang berjuang antara hidup dan mati?
Akankan Safa bertahan atau merelakan suaminya bahagia dengan wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Indra
Safa mengulurkan kertas berukuran kecil yang mencetak sebuah gambar di sana.
Lingga menerimanya dengan kening berkerut. Pria itu menatap gambar ditangannya dalam diam.
"Kata dokter, sudah tujuh minggu"
Entah salah lihat atau memang matanya agak bermasalah, Safa melihat setitik senyum di wajah Lingga saat ini, namun senyum itu benar-benar sangat tipis.
"Kapan jadwal periksa lagi?" Lingga menatap Safa.
"Satu bulan lagi"
"Beri tahu kalau waktunya tiba. Mulai sekarang jangan melakukan pekerjaan apapun dan jangan pergi kemanapun tanpa ijinku. Jaga anakku dengan baik, jangan sampai terjadi apa-apa padanya!"
Mungkin kalau orang yang tidak tau, mereka akan senang melihat perhatian Lingga pada Safa. Tapi kenyataannya, perhatian itu hanya ditunjukkan untuk anak di dalam kandungan Safa. Terbukti dari ucapan Lingga yang menyebut kata "anakku" terdengar sekali jika dia menekankan siapa pemilik janin itu.
"Meski dia anak mu, tapi aku juga Ibunya, aku pasti akan menjaganya dengan baik"
Lingga hanya mengangguk kemudian meninggalkan Safa sendirian di sana. Lingga juga masih membawa hasil USG yang Safa berikan tadi.
"Setidaknya dia menyayangimu" Safa mengusap perutnya yang masih rata. Dia tak menyangka jika akan hamil secepat ini. Setelah ini dia akan melewati hari-harinya sebagai Ibu hamil kemudian melahirkan dan merawat anaknya.
Padahal semua itu tidak masuk ke dalam list hidupnya untuk lima tahun ke depan. Sebelumnya Safa ingin melanjutkan Strata dua di luar negeri, kemudian pulang untuk membantu Papanya di kantor. Tapi ternyata jalan hidupnya seperti ini, benar-benar tak terduga.
Hari mulai berganti, kabar kehamilan Safa pun disambut dengan gembira oleh keluarga Kusuma Jati dan juga Papanya sendiri. Kedua mertuanya itu sangatlah antusias menyambut cucu yang sebentar lagi akan hadir di keluarga mereka. Cucu yang benar-benar di harapkan.
Safa merasa sedikit tenang, meski dia tak diinginkan, namun anak yang akan ia lahirkan begitu disayangi oleh keluarga Lingga, begitu pun Lingga sendiri.
Semenjak Lingga tau kehamilan Safa beberapa hari yang lalu, Lingga mendatangkan seorang koki setiap harinya yang khusus memasak makanan sehat dan bergizi untuk Safa.
Safa sendiri juga tak diperbolehkan melakukan apapun selain istirahat di kamar dan olahraga ringan untuk menjaga kandungannya agar tetap sehat.
Sebenarnya kalau masalah hidupnya, jelas terjamin semuanya. Lingga juga memberinya uang bulanan yang tidak sedikit. Namun kurangnya hanya satu, Safa tidak akan mendapatkan hati Lingga.
Saat mengetahui kehamilannya saja, Lingga tak seperti suami pada umumnya yang berteriak senang kemudian memeluk istrinya. Sampai sekarang, Lingga bahkan belum pernah menyapa anak dalam kandungan Safa. Tapi kembali lagi, Safa harus ingat siapa dia dan apa tujuan mereka menikah.
Safa benar-benar tak keberatan sama sekali, dia sudah mulai terbiasa dengan semuanya. Dia yang harusnya sadar dan menyingkirkan pikiran-pikirannya yang mulai ingin diperhatikan oleh Lingga.
"Kamu melamun?"
Lamunan Safa butar karena Novita menyentuh bahu Safa.
"Eh, e-enggak kok Ma" Safa benar-benar tidak mendengarkan apa yang Novita katakan sejak tadi.
"Apa yang kamu pikirkan? Apa soal Lingga?"
"Tidak Ma. Safa hanya senang karena bisa membuat Papa dan Mama bahagia"
Novita tersenyum begitu tipis, dia tau kalau menantunya itu sedang berdusta.
"Kamu pasti memikirkan Lingga kan?" Tebak Novita dengan benar tentunya.
"Apa dia tidak memperlakukan kamu dengan baik? Dia masih seperti itu?" Tanya Indra yang juga ikut menemui menantunya.
"Tidak Pa, Mas Lingga memperlakukan ku dengannya baik"
"Kamu tidak udah menutupinya Safa. Mama tau kalau kalian pisah kamar, kami tau semuanya" Novita merasa prihatin dengan menantunya itu.
"Ma, kami menikah bukan atas dasar cinta. Jadi, Mas Lingga pasti butuh waktu. Tapi Mama tenang saja, kami baik-baik saja kok Ma" Safa berusaha meyakinkan kedua mertuanya meski yang ia ucapkan sangatlah bertolak belakang. Tapi mana mungkin dia mengatakan yang sebenarnya layaknya orang mengadu. Semua yang ia dapat saat ini adalah karena keputusannya sendiri.
"Kalau dia tidak bisa menerimamu, kenapa dia bisa membuat mu hamil? Dia cuma mau enaknya saja!" Kesal Novita.
"Ma, itu sudah menjadi kewajiban Safa untuk melayani Mas Lingga. Jadi itu tidak masalah sama sekali meski Mas Lingga tidak bisa menerima Safa"
"Hmm" Suara seseorang membuatmu ketiga orang itu menoleh ke arah pintu.
"Kamu sudah pulang?" Novita menatap putranya yang ternyata sudah berdiri di ambang pintu.
"Iya" Lingga berjalan melewati mereka bertiga, seperti yak ada niatan sama sekali untuk bergabung di sana.
"Papa mau bicara sama kamu!" Indra menghentikan langkah Lingga.
"Kita ke ruang kerja mu!" Indra berjalan lebih dulu menuju ruang kerja putranya.
Melihat kedua pria itu menjauh, Safa justru merasa takut. Dari nada bicara Indra, sepertinya apa yang akan dibicarakan dengan Lingga adalah hal yang serius"
"Ada apa pa?" Tanya Lingga setelah mereka berada di ruang kerja.
"Kenapa kamu masih tidak bisa menerima Safa sebagai istrimu?" Indra memunggungi putranya dengan kedua tangan ia gendong di pinggang belakang.
"Sebenarnya apa mau Papa. Sebelumnya Papa dan Mama mau cucu kan? Sekarang aku sudah mengabulkannya, sebentar lagi Papa punya cucu, lalu Papa mau menuntut apa lagi? Bukanya Papa tau kalau sejak awal aku tidak akan pernah menerima wanita manapun?"
"Mau sampai kapan kamu seperti ini Lingga? Dia sudah meninggal lima tahun lalu. Sudah waktunya membuka hatimu, tata kembali hidupmu! Sekarang kamu sudah menikah, dihadapan kamu ada wanita yang menjadi istrimu, bahkan dia sudah mengandung anakmu! Cobalah mencintai dia, buka hatimu untuknya!" Sebenarnya Indra prihatin dengan putranya yang terus terpuruk pada masa lalu.
"Dia sedang mengandung anakmu, dia butuh pehatian lebih darimu. Perlakukan dia dengan baik, belajarlah menerimanya pelan-pelan. Dia wanita yang baik, dia cantik dan tidak pernah banyak tingkah. Papa yakin cinta akan datang dengan sendirinya kalau kamu mau mencoba menerimanya!"
Dari dulu Indra selalu mencoba mengerti keadaan putranya yang masih mencintai tunangannya yang telah meninggal dunia. Tapi saat ini, ada menantunya, wanita yang mengandung keturunan Kusuma Jati, Indra tak mau diam saja.
Terlebih dia ingin putranya segera bangkit. Dia ingin putranya lepas dari bayang-bayang masa lalunya.
Orang yang Indra ajak bicara hanya diam saja. Tak memberikan reaksi sama sekali. Entah apa yang ada didalam pikirannya saat ini.
Lingga begitu dingin, tak berekspresi sampai orang lain pun tak bisa membaca pikirannya sama sekali.
"Papa harap kamu bisa mencerna apa yang Papa katakan. Kasihan anak mu, dia hadir karena pilihan mu sendiri, jadi jangan buat dia sedih kerena kamu mengabaikan Ibunya" Indra menepuk bahu kokoh putranya itu sebelum berjalan keluar meninggalkan Lingga di sana sendiri.
Pria tampan itu masih berdiri tak beranjak sedikitpun Entah apa yang dia pikirkan saat ini. Mungkinkan doa akan berubah setelah mendapat wejangan dari Papanya, atau hatinya tidak akan tersentuh sama sekali karena hatinya sudah lama mati.
*
*
hei lingga harusnya gk perlu kamu minta maaf sm safa tp kruwes itu mulut calon ibu mertua tercintamu itu saat dia ngomong gk pake hato dn otak 😏😡
lagia anaknya juga udh mati masa iya lingga suruh setia terus sampe ikutan mati,baru tunanagan juga kan,kecuali udh nikah dn punya anak wajar kalo lingga setia sampe ikut mati mah 🤦♀️🤣
dasar lingga gak punya hati diacara resmi klrga kecul ny, mshsaja memakaiccincin errubangan ny dengan Syifa