NovelToon NovelToon
Ambil Saja Suamiku, Kak

Ambil Saja Suamiku, Kak

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Penyesalan Suami / Dokter
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Riana pikir kakaknya Liliana tidak akan pernah menyukai suaminya, Septian. Namun, kecurigaan demi kecurigaan membawanya pada fakta bahwa sang kakak mencintai Septian.

Tak ingin berebut cinta karena Septian sendiri sudah lama memendam Rasa pada Liliana dengan cara menikahinya. Riana akhirnya merelakan 5 tahun pernikahan dan pergi menjadi relawan di sorong.

"Kenapa aku harus berebut cinta yang tak mungkin menjadi milikku? Bagaimanapun aku bukan burung dalam sangkar, aku berhak bahagia." —Riana

Bagaimana kisah selanjutnya, akankah Riana menemukan cinta sejati diatas luka pernikahan yang ingin ia kubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Hal tak terduga saat Liliana melirik ke arah Riana, ia melihat dokumen yang tergenggam di tangan sang adik. Tulisan di bagian atasnya terbaca jelas, Surat Perjanjian Perceraian. Napasnya tercekat. Pandangannya segera beralih ke arah Septian.

Ia tahu betul, seberapa besar adik iparnya itu mencintai Riana, meski rasa cinta itu kini tertutup oleh ego dan kemarahan. Jika Riana menyerahkan dokumen itu sekarang juga, ia yakin Septian tidak akan pernah menyetujuinya dalam keadaan waras.

Liliana buru-buru mendorong kursinya ke belakang dan berdiri, mencoba menengahi.

“Tian, kamu lagi marah. Biar aku yang bicara sama Riana, ya?” ucapnya lembut, mencoba menenangkan suasana yang sudah hampir meledak.

Namun Riana sudah di ambang batas. Suaranya bergetar, tapi ia berbicara dengan nadanya tegas. “Apa yang mau Kakak bicarakan? Semua sudah jelas. Lebih baik kita selesaikan sekarang juga.”

Liliana menghela napas, memilih tidak menanggapi ucapan itu. Ia segera menghampiri Riana dan menggenggam tangannya, lalu menariknya masuk ke dalam kamar.

Begitu pintu tertutup, suasana mendadak senyap. Hanya terdengar detak jam di dinding dan napas Riana yang berat menahan emosi.

“Riana, kamu yakin dengan keputusanmu ini?” tanya Liliana pelan, suaranya nyaris seperti bisikan.

Riana tidak langsung menjawab. Ia melangkah pelan mendekati ranjang kecil di sudut kamar, tempat putri kecil kakaknya sedang terlelap dengan damai. Pandangannya melembut, lalu ia berlutut di tepi ranjang itu dan membelai rambut keponakannya dengan penuh kasih.

“Dulu… saat aku masih kecil, Kakak adalah pelindung terbaikku,” ucapnya lirih. “Aku tahu Kakak juga menderita setelah Ayah dan Bunda pergi. Kita cuma punya satu sama lain. Aku percaya, waktu itu, kita akan saling menjaga sampai kapan pun.”

Liliana menunduk, ada sesuatu yang menekan dadanya saat mendengar penuturan adiknya yang tiba-tiba seperti ini, ada perasaan yang entah kenapa menjadi rasa bersalah dan penuh tanya, apa adiknya sudah menyadari semua perilakunya?

Namun sebelum Liliana sempat bicara, Riana melanjutkan, suaranya bergetar menahan tangis.

“Tapi aku salah, Kak. Kamu bukan lagi Kakak yang dulu aku kenal. Kamu berubah! Kamu membiarkan orang lain menyakitiku, bahkan Kakak sendiri adalah pelaku yang bermain dengan saat baik.”

Air mata Riana akhirnya jatuh, menetes di atas selimut anak kecil yang tertidur pulas itu. “Setiap malam aku berdoa supaya Kakak sadar… supaya keluargaku kembali seperti dulu. Tapi mungkin Tuhan ingin aku berhenti berharap. Mungkin ini cara-Nya menyelamatkanku.”

Liliana menatap adiknya itu dengan mata berkaca-kaca. Bibirnya terbuka, tapi tak ada kata yang bisa keluar.

Riana berdiri, menghapus air matanya dengan punggung tangan. “Kak… aku akan pergi. Bukan karena aku benci, tapi karena aku ingin tetap kita menjadi saudara. Di dunia ini hanya Kakak yang aku miliki, meskipun Kakak menjadi musuh dalam selimut."

“Riana, aku—”

“Kakak nggak perlu jelaskan. Aku sudah tahu semua, Kak,” sela Riana cepat, suaranya bergetar namun tegas. Ia sudah tidak ingin terus berpura-pura.

Liliana mendengus, wajahnya berubah kaku. “Jadi selama ini kamu cuma pura-pura nggak tahu? Sekarang kamu mau bikin aku kelihatan seperti penjahat?”

Riana tak menjawab. Tatapannya kosong tapi tajam.

Liliana tersenyum miring. “Riana, aku nggak nyangka kamu sejauh ini menyimpan semuanya. Kalau tahu begini, aku nggak akan susah-susah berpura-pura menutupi semua.”

Riana menatap lurus, napasnya pelan namun begitu dalam. “Jadi sekarang Kakak mengakuinya? Kalau Kakak menyukai suamiku?”

Liliana tidak menghindar. Ia justru menatap balik dengan senyum getir. “Kamu bukan orang bodoh, Riana. Selama ini kamu sudah lihat, kan? Sejujurnya, aku juga nggak mau kita bermusuhan. Tapi… selama ini kita bisa hidup rukun, kenapa kamu nggak bisa berbagi suamimu denganku?”

Riana menatapnya tak percaya, tubuhnya gemetar. “Berbagi suami…? Kakak dengar diri Kakak sendiri? Kakak gak merasa ini lucu?”

Liliana menarik napas panjang, suaranya berubah tenang namun dingin. “Kamu tahu sendiri, aku butuh seseorang untuk menghidupi Lira. Aku lelah hidup seperti ini, Riana. Lagipula, kamu sudah ditalak, dan kamu sendiri yang ingin bercerai, kan? Jadi… kenapa tidak?”

Riana terdiam, dadanya terasa sesak. Ia menatap kakaknya lama, seolah mencoba mencari sedikit rasa manusiawi di balik kata-kata itu, tapi yang ia temukan hanyalah dingin dan penuh ambisi.

“Kak… aku nggak tahu harus sedih atau jijik dengan apa yang Kakak katakan,” ucap Riana lirih, suaranya hampir tak terdengar lancar. “Selama ini aku bertahan karena aku pikir kita masih saling menganggap persaudaraan ini. Tapi ternyata, Kakak yang paling dulu menusuk aku.”

Liliana menunduk, tapi bukan karena menyesal, tapi lebih karena tak mau melihat mata adiknya yang penuh luka.

Riana memalingkan wajahnya, menatap lagi ke arah Lira, “Kakak tenang saja, semua yang kakak inginkan akan segera terwujud."

"Apa maksudmu?"

"Ambil saja suamiku, kak! Karena aku bukan wanita yang dicintainya, jadi aku tidak akan berebut untuk sesuatu yang tidak akan pernah jadi milikku." Air mata jatuh tanpa bisa Riana tahan lagi. Langkahnya gontai meninggalkan kamar, meninggalkan segalanya yang dulu ia sebut keluarga.

Liliana terdiam, hanya bisa menatap punggung Riana yang perlahan berjalan menuju pintu. Ada sesuatu yang ingin ia tahan, tapi egonya lebih kuat dari hatinya. Riana pergi meninggalkan sejuta pertanyaan di benak Liliana.

"Siapa yang dicintai Septian?"

1
Nur Hafidah
emang jodoh riana alif bukan septian sipecundang
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: tambah kak, si plin plan, maruk, pengen dua2nya
total 1 replies
arniya
Septian semoga km nanti menyesal....
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: masih plin plan gak jelas dia
total 1 replies
Ariany Sudjana
lupakan laki-laki mokondo itu Riana, kamu harus bangkit dan kejar kebahagiaanmu bersama dr Alif
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: pokoknya Riana harus bahagia ya
total 1 replies
Ma Em
Septian dari awal emang tdk perhatian pada Riana ya sdh Riana lupakan Septian , Riana lebih baik cari kebahagiaanmu sendiri tdk usah diingat lagi mending bersama dr Alif pasti Riana akan bahagia dan akan diratukan sama dr Alif , biarkan Septian dgn Liliana pasti sama Liliana juga tdk akan beda emang sdh karakter teledor dan masa bodo pasti tdk akan bisa berubah
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: berasa banget karakter septian ini ya kak
total 1 replies
Ariany Sudjana
sekarang aja baru menyesal, kemana saja selama ini bos? ya terima saja, kan selama ini memang lebih perhatian sama Liliana, sampai istri sendiri di sia-siakan
Ma Em
Septian kamu emang sdh kehilangan Riana karena dia sdh pergi keluar dari rumahmu dan tdk akan kembali lagi , biarkan Riana bahagia dgn orang lain Septian kamu berbahagialah dgn perempuan pilihanmu si Liliana yg selalu kamu bela dan kamu utamakan daripada Riana , lebih baik Riana dgn dr Alif saja semoga Riana berjodoh dgn dr Alif .
hafiz
lebih baik dgn Alif saja , dripada dengn suami tp lebih mementingkan KK ipar
Ma Em
Jangan angkat Riana sekarang kamu sdh keluar dari rumah Septian jgn pedulikan lagi apa yg terjadi mau Liliana atau Septian sdh tdk usah Riana hiraukan lagi biar saja Liliana bersama Septian , Riana jangan mundur lagi .
Ma Em
Liliana mati saja setelah mati lalu kamu bisa jadi hantu tinggal dirumah Septian , bagus Riana tinggalkan saja lelaki yg plin plan tdk punya pendirian , semoga Riana selalu bahagia setelah berpisah dgn Septian dan makin sukses .
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: 🤣🤣🤣 iya jdi hantu buat septian ya kak
total 1 replies
Ariany Sudjana
terima saja Septian, kamu sudah ditinggal Riana. bukannya kamu sudah ucapkan talak ke Riana? ya sekarang bebas dong, tinggal menikah sama Liliana, jadi ga perlu ada drama lagi
arniya
geregetan Septian....
Ma Em
Semoga Septian dan Liliana hdp nya tdk pernah bahagia karena dia sdh merebut kebahagiaan Riana , dan sebaliknya Riana semoga hidupnya dipenuhi dgn cinta dan kebahagiaan .
Ariany Sudjana
ini lagi pelakor, bermulut manis, pura-pura ga tahu kalau Septian suka sama dia, padahal dalam hati suka cita, sudah tidak ada penghalang dalam hubungan dengan Septian
Ariany Sudjana
dasar Septian mokondo, ga paham yah atau amnesia yah, sudah jatuhkan talak, tapi masih minta Riana kembali jadi istri yang patuh? dasar bodoh, apa dia ga tahu, dia sudah dorong Riana sampai kepala bocor, dan harus masuk RS? untung dr Alif datang, kalau ga, mungkin Riana sudah menghadap Tuhan
Ariany Sudjana
akhiri semua drama yang kamu buat Liliana, kan ini yang kamu mau, jadi istrinya Septian dan menyingkirkan adikmu sendiri
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: bangga dia bisa menang
total 1 replies
arniya
Riana semoga dapat yang lebih baik dari Septian
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: katanya mau sama dr alif 🤭
total 1 replies
arniya
lempar batu sembunyi tangan,
arniya
Septian mata nya ketutup apa sih , sampai gk bisa liat yang tulus sm yang cuma pura pura dan ad udang di balik batu.
Bun cie
ayo riana mumpung ada ibu mertuamu kemukakan ttg perceraianmu..pasti di loloskan disupport ibu septi
Bun cie
keputusan yg tepat riana..berpisah ..tinggalkan org2 toksik sekalipu suami dan kakakmu..kamu g sendiri ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!