Isabelle Madelein, seorang model yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 27 tahun mengalami kecelakaan saat akan pulang. Ia dinyatakan meninggal oleh kepolisian tidak lama setelah kejadian.
Tiba-tiba Isabelle terbangun dan merasakan tubuhnya sakit semua. Tapi yang mengejutkan adalah ia terbangun bukan ditubuhnya. Melainkan tubuh orang lain.
Seorang wanita cantik tapi lemah yang mempunyai dua orang anak. Ia bernama Adelle Josephine.
Adelle hidup tersisih dalam keluarga suaminya. Ia diperlakukan semena-mena bahkan suaminya sendiri tidak terlalu memperdulikannya.
Suami Adelle lebih memperhatikan Kakak Ipar dan anak-anaknya dari pada istri dan anak-anaknya sendiri.
Isabelle bertekad akan merubah jalan hidup Adelle dan kedua anaknya.
Ia juga akan mencari tau tentang kecelakaan yang menimpanya. Apa ada seseorang yang dengan sengaja ingin melenyapkannya.
Bisakah Isabelle menjalankan rencananya ?
Othor minta tolong support nya banyak-banyak ya teman-teman 🫶
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara Buah Ceri
"Aku tidur nyenyak. Kakak memeluk sepanjang malam". Kata Darrel pelan. Mata bulatnya menyihir hati Adelle.
Tatapan itu bohong. Anaknya yang berusia enam tahun sudah berbohong padanya. Bibir kecil itu tidak menyurutkan senyumnya.
Padahal tadi malam, bibir itulah yang merintih kelaparan. Jahat sekali rasanya ia tidak bisa menjaga titipan Tuhan dengan baik.
"Mommy". Panggil Eloise yang sudah bangun juga. Sama seperti Darrel tadi, Eloise mengucapkan selamat pagi dan mencium pipi Adelle.
"Pergilah ke kamar mandi. Setelah itu kita makan. Bergantian ya". Perintah Adelle.
Keduanya hanya mengangguk. Eloise menyuruh Darrel masuk dulu dan ia menunggu di depan kamar mandi.
Kamar mandi itu berada di dalam. Jadi memudahkan anak-anak jika pergi malam hari.
Sebenarnya ini adalah kamar Eloise. Dan kamar Darrel berada disebelahnya. Tapi Darrel lebih suka tidur bersama Eloise.
Saat kedua anaknya sibuk di kamar mandi, Adelle membuka lemari. Ingin melihat bagaimana pakaian yang selama ini digunakan oleh cucuk bangsawan itu.
Apakah lebih bagus atau sama saja dengan miliknya. Dan tidak disangka, ternyata baju kedua anaknya juga tidak ada yang bagus. Meskipun beberapa masih layak di pakai.
Lalu matanya tertuju pada sepatu yang hampir sobek bagian depannya. Empat pasang sepatu dan sama semua keadaannya.
"Siapa sebenarnya suami mu, Adelle".
Lalu bayangan seperti film muncul lagi, memperlihatkan seorang pria tampan yang lebih memperhatikan wanita lain dan dua anak kecil.
"Mommy, apa benar kita akan makan ?" Tanya si kecil Darrel dengan wajah yang segar. Senyuman masih belum surut dari wajahnya. Ia berharap, senyuman itu selalu menghiasi wajah kedua anaknya.
Akhirnya ia mengingat sesuatu. Memang benar ia pernah bertemu dengan Adelle sebelumnya.
Saat itu, si kecil Darrel yang hampir tertabrak karena mengejar balon yang terbang. Dan Isabelle berhasil menangkapnya. Isabelle mengira bahwa mereka adalah pengemis. Jadi ia memberi uang pada Adelle.
"Iya benar. Tidak salah lagi. Mereka adalah anak-anak yang aku lihat hari itu". Adelle sudah yakin.
"Ayo duduk. Kita makan buah ceri. Sebelumnya kalian minum dulu". Kata Adelle mengambil mangkuk ceri yang sangat besar. Di dalamnya banyak sekali buah ceri yang merah merona. Pasti lezat.
"Mommy, kenapa Mommy mengambil ceri di halaman ?" Tanya Eloise ketakutan. Ia mulai gemetar dan matanya berembun. Dan Darrel hanya mengangguk membenarkan pertanyaan Kakaknya.
"Memang nya kenapa ?" Adelle merasa bingung dengan respon keduanya. Ini jauh dari perkiraan. Apa mereka tidak suka ceri ? Tapi mereka sudah kelaparan, dan bukan saatnya pilih-pilih makanan, kan ?
"Kalian tidak suka ?" Adelle merendahkan tubuhnya. Sejajar dengan tinggi Darrel.
Keduanya segera memeluk Adelle dengan erat. Lalu sebuah ingatan melintas lagi.
Adelle pernah dipukuli oleh mertua wanitanya tapat di depan mata anak-anaknya hanya karena memetik beberapa ceri untuk diberikan pada Eloise dan Darrel.
Mertuanya melarang Adelle, Eloise dan Darrel memakan buah itu. Itu adalah tanaman ceri terbaik dan harganya mahal. Walaupun di tanam dihalaman rumah nya, tapi jika waktunya panen akan ada yang mengambil nya.
Dan sejak saat itu, Eloise dan Darrel menahan rasa laparnya jika Mommy nya tidak menyediakan makanan. Mereka tidak mau Mommy dipukuli lagi jika mengambil buah di halaman depan.
Lebih baik mereka menahan lapar. Dan minum air sebanyak-banyaknya dari pada melihat Mommy nya dipukuli seperti dulu.
Adelle menangis. Bahkan sebelum kedua anaknya bicara ia sudah mengerti. Jadi ini yang membuat Eloise bergetar ketakutan.
Adelle mengurai pelukannya. Kemudian menatap mata kedua anaknya bergantian.
"Dengar Mommy. Mulai sekarang kita tidak akan kelaparan lagi. Mommy berjanji akan memberikan apa yang kalian mau. Tapi kalian harus ingat berjanji satu hal pada Mommy".
"Apa itu Mommy ?" Tanya Darrel. Dalam hatinya ingin melakukan apapun kata Mommy nya. Sebab Mommy sudah berjanji dan ia yakin Mommy nya akan menepati.
"Mulai sekarang jangan pernah takut pada apapun lagi. Selagi kalian tidak bersalah, jangan takut melawan. Kalian harus membalas apa yang orang lain lakukan pada kalian. Jika kebaikan kalian harus membalasnya dengan kebaikan juga, tapi jika kejahatan..." Ucapan Adelle terputus. Ia bingung juga, apa iya mengajari anak kecil membalas kejahatan orang lain.
"Kalau ada yang memukul atau menghina kalian, balas saja tidak apa-apa". Kata Adelle meyakinkan.
Eloise dan Darrel terbengong. Menatap Adelle dengan bingung. Kenapa ucapan Mommy nya hari ini berbeda.
Sebab biasanya Adelle mengatakan jangan mencari masalah dengan orang lain, jika ada yang berbuat jahat lebih baik pergi saja.
"Bagaimana ? Kalian bisa ?" Tanya Adelle lagi. Ia tau apa yang membuat keduanya terdiam.
"Iya Mommy, kami berjanji". Kata Eloise dan Darrel bersamaan. Mereka saling menautkan jari kelingking.
"Ayo kita makan buah ceri nya". Adelle mengambil mangkuk nya dan meletakkan diatas lantai. Akhirnya mereka berdua menikmati buah ceri dengan tenang tanpa rasa takut dimarahi sebab mereka percaya apa kata Mommy nya.
Adelle hanya mengambil satu dan kemudian melihat kedua anaknya yang makan dengan lahap. Sesekali minum dari botol yang ia isi tadi. Hatinya teriris melihat itu.
Tubuh mereka berdua juga kurus. Tidak ada bedanya dengan Adelle.
"Kalian lanjutkan makan. Setelah itu mandi. Mommy mau ke kamar dulu". Adelle meninggalkan mereka dan masuk ke kamar.
Tadi saat mengacak-acak lemari, ada satu lemari yang terkunci. Ia penasaran apa isinya.
Ia berusaha membobol kuncinya. Ia yakin ada sesuatu yang berharga yang bernilai uang di dalam lemari ini.
Akhirnya lemari itu bisa dibuka namun dengan pintunya yang rusak. Tidak masalah menurutnya.
Dan benar saja. Itu adalah baju-baju pria yang tersusun rapi. Harusnya Adelle tau dimana kuncinya, tapi ia lupa. Biarlah.
Selain baju-baju ada juga beberapa jam tangan mewah di dalam kotak.
"Suka mengoleksi jam tangan tapi memberi makan anak dan istri tidak mampu".
Adelle memutuskan mengambil salah satu jam tangan itu. Ia memilih yang menurutnya paling mahal. Tidak sulit baginya, sebab dulu nya ia adalah pecinta barang-barang mewah. Matanya jeli melihat mana yang paling mahal.
"Jika ini dijual aku bisa pegang uang". Katanya dengan senyum sinis. Yang sangat tidak cocok di wajah Adelle yang selama ini terkesan sabar.
Adelle memutuskan mandi. Setelah ini ia ingin mengajak anak-anaknya keluar.
Moodnya jadi buruk lagi saat melihat sprei buluk itu. Jadi ia menuju kamar mandi dengan sedikit menutup mata.
Keluar dari kamar mandi ia mengerucutkan bibirnya. Tidak ada sampo ataupun sabun mandi. Jadi dia hanya menyiram tubuh nya dengan air saja.
"Aku tidak tahan seperti ini". Teriak nya.
"Aku bahkan enggan mencium bau badanku sendiri ".
"Setelah ini aku akan membakar semua ini".
"Pantas saja kau menderita dan menyerah, Adelle. Kau menikah sudah hampir sepuluh tahun. Sedangkan aku belum sehari saja rasanya tidak sanggup".
nextttt thor
jgn mau di rendahkan
semoga adelle segera ceraikan suaminya
biarkan dimitri dan jalang itu mampuss bersama