Takdirnya telah dicuri. Chen Kai, dulu jenius nomor satu di klannya, kini hidup sebagai "sampah" yang terlupakan setelah Akar Spiritualnya lumpuh secara misterius. Tiga tahun penuh penghinaan telah dijalaninya, didorong hanya oleh keinginan menyelamatkan adiknya yang sakit parah. Dalam keputusasaan, dia mempertaruhkan nyawanya, namun berakhir dilempar ke jurang oleh sepupunya sendiri.
Di ambang kematian, takdir mempermainkannya. Chen Kai menemukan sebuah mutiara hitam misterius yang menyatu dengannya, membangkitkan jiwa kuno Kaisar Yao, seorang ahli alkimia legendaris. Dari Kaisar Yao, Chen Kai mengetahui kebenaran yang kejam: bakatnya tidak lumpuh, melainkan dicuri oleh seorang tetua kuat yang berkonspirasi.
Dengan bimbingan sang Kaisar, Chen Kai memulai jalan kultivasi yang menantang surga. Tujuannya: mengambil kembali apa yang menjadi miliknya, melindungi satu-satunya keluarga yang tersisa, dan membuat mereka yang telah mengkhianatinya merasakan keputusasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perburuan
Hutan di sekitar Lembah Serigala Angin terasa lebih padat dan lebih menindas. Pepohonan raksasa menjulang tinggi, kanopinya begitu tebal hingga hampir menghalangi semua sinar matahari, membuat lantai hutan diselimuti bayang-bayang abadi. Udara terasa berat dengan bau lumut yang membusuk dan... bau samar binatang buas. Lolongan pelan serigala terdengar di kejauhan, membuat bulu kuduk berdiri.
Chen Kai bergerak seperti hantu di antara bayang-bayang. Dia tidak berlari lagi. Dia melangkah perlahan, napasnya terkendali sempurna, nyaris tak terdengar. Setiap langkah ditempatkan dengan presisi, tidak mematahkan satu ranting pun. 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi' beredar pelan di dalam dirinya, mempertajam indranya hingga tingkat yang menakutkan.
"Mereka sekitar lima ratus meter di belakang," bisiknya dalam hati. "Ya. Si bodoh di tingkat kelima itu berisik sekali, mengeluh tentang kelembapan," balas Kaisar Yao. "Pencium jejak di tingkat ketiga itu lebih pendiam, tapi dia juga gugup. Dia bisa mencium bahaya di udara, tidak seperti dua rekannya yang sombong."
Chen Kai berhenti di tepi sebuah ceruk kecil yang ditumbuhi semak-semak lebat. Di bawahnya ada aliran air kecil berlumpur. Ini adalah tempat yang sempurna. Cukup dekat dengan Lembah Serigala sehingga bau darah bisa tertutup oleh bau serigala, tapi cukup jauh sehingga mereka tidak akan menarik perhatian sekawanan besar.
Dia menarik 'Pedang Awan Mengalir' dari punggungnya. Bilah perak itu tampak dingin di cahaya yang temaram. Dia mengoleskan sedikit lumpur ke bilahnya, menghilangkan pantulan cahayanya.
"Kau akan membunuh mereka," kata Kaisar Yao. Itu bukan pertanyaan. "Mereka datang untuk membunuhku," jawab Chen Kai. "Ini adalah aturan pegunungan."
Dia mengambil posisi di balik semak-semak, berjongkok rendah. Dia menutup matanya, menyatukan dirinya dengan kegelapan, dan menunggu. Napasnya melambat menjadi hampir tidak ada.
Sepuluh menit kemudian, ketiga pengejarnya tiba.
"Sialan, tempat apa ini?" Chen Hu menggerutu, menyeka keringat di dahinya. "Gelap dan bau. Jejaknya mengarah ke sini?"
Murid pelatnas yang kurus dan licik, Chen Pao, mengangguk gugup. "Ya, Kakak Hu. Jejaknya masih baru. Dia pasti ada di sekitar sini." Chen Pao memegang belati kecil, matanya melesat ke kiri dan ke kanan. Dia berada di Kondensasi Qi tingkat ketiga, dan instingnya berteriak ada yang tidak beres.
"Hmph!" Chen Long, yang memimpin, menendang kerikil. "Dia pikir dia bisa bersembunyi? Sampah tetaplah sampah. Di tingkat keempat, dia mungkin sudah kehabisan Qi sekarang. Chen Pao, temukan dia!"
"Ta-tapi Kakak Long, ini terlalu dekat dengan Lembah Serigala..."
PLAK!
Chen Long menampar wajah Chen Pao dengan keras. "Kau mempertanyakan perintahku? Aku di tingkat kelima! Kau di tingkat ketiga! Sekarang cari dia, atau aku akan melemparmu ke serigala-serigala itu!"
Chen Pao memegangi pipinya yang memerah, matanya dipenuhi ketakutan dan kebencian. "Ba-baik, Kakak Long."
Dia mulai memeriksa tanah di dekat aliran air, bergerak menjauh dari kedua rekannya yang sombong. Dia melihat jejak sepatu bot yang sengaja dibuat di lumpur, mengarah ke balik rumpun bambu yang lebat.
"Dia di sana!" bisik Chen Pao, menunjuk.
Chen Long dan Chen Hu menyeringai. "Bagus," kata Chen Long. "Hu, kau serang dari kiri. Aku dari kanan. Kita akan menjepitnya."
"Bagaimana denganku, Kakak Long?" tanya Chen Pao. "Kau? Kau awasi dari sini kalau-kalau dia mencoba lari," perintah Chen Long.
Saat Chen Long dan Chen Hu berpisah untuk mengapit rumpun bambu, Chen Pao ditinggalkan sendirian di dekat aliran air. Dia menghela napas lega, tidak mau terlibat dalam pertarungan.
Itu adalah kesalahan fatalnya.
Dari balik semak-semak di belakangnya—tempat yang tidak dia periksa—sesosok bayangan melesat.
Chen Pao merasakan hawa dingin di tengkuknya. Dia baru saja akan berbalik ketika sebuah tangan besar dan kuat membekap mulutnya dari belakang, menghentikan teriakannya. Tangan itu sekasar kulit pohon, diperkuat oleh 'Teknik Pemurnian Tubuh Sembilan Naga'.
Sebelum Chen Pao bisa melawan, dia merasakan sakit yang tajam dan dingin di punggungnya.
SHHHNK!
'Pedang Awan Mengalir', yang dipegang dengan genggaman terbalik oleh Chen Kai, telah menembus punggungnya, menembus jantungnya dari belakang. Tidak ada teknik mewah. Hanya tusukan lurus, cepat, dan mematikan, diresapi dengan 'Niat Pedang' yang dingin.
Mata Chen Pao melebar karena kaget dan sakit. Qi di tubuhnya langsung buyar.
Chen Kai memeganginya erat-erat, tidak membiarkannya jatuh dan menimbulkan suara. Dia menahan Chen Pao tegak selama beberapa detik sampai tubuh itu berhenti kejang, lalu dengan pelan merebahkannya di balik semak-semak. Dia menarik pedangnya dengan gerakan cepat.
Pembunuhan pertamanya. Cepat, senyap, dan tanpa keraguan.
"Satu tumbang," bisik Kaisar Yao, nadanya terdengar puas.
Chen Kai membersihkan darah di pedangnya menggunakan jubah Chen Pao. Jejak kaki di dekat rumpun bambu itu adalah umpan yang dia buat.
"Dia tidak ada di sini!" Suara marah Chen Long terdengar dari balik rumpun bambu. "Dia menipu kita!" teriak Chen Hu. "Chen Pao! Di mana sampah itu?!"
Tidak ada jawaban.
"Chen Pao?!" Chen Long berteriak lagi, nadanya sedikit cemas.
Keduanya berlari kembali ke tempat terbuka. Mereka hanya melihat aliran air yang tenang.
"Bocah sialan itu! Di mana dia?!" Chen Hu mengumpat, menarik pedang besinya.
"Dia di sini," sebuah suara tenang terdengar dari atas mereka.
Chen Long dan Chen Hu mendongak. Berdiri di dahan pohon tebal sekitar sepuluh meter di atas mereka adalah Chen Kai. Jubah birunya berkibar sedikit, dan pedang di tangannya meneteskan darah segar.
"Darah...?" Chen Long melihat ke arah Chen Pao seharusnya berada. "Kau... kau membunuhnya?"
"Dia yang pertama," kata Chen Kai. "Kalian berdua berikutnya."
"MEMBUNUHNYA!" Chen Hu meraung marah. "Kau berani membunuh anggota klan?! Kau akan mati!"
"Aturan klan tidak berlaku di sini," kata Chen Kai sambil melompat turun, mendarat dengan ringan seperti daun. "Hanya ada pemburu dan yang diburu. Dan hari ini, kalian yang diburu."
"Sombong!" Chen Long, meski terkejut dengan keberanian Chen Kai, memulihkan ketenangannya. "Kau hanya di tingkat keempat! Kami berdua di tingkat kelima! Kau pikir kau bisa melawan kami berdua?"
"Aku tidak perlu melawan kalian berdua," kata Chen Kai.
Dia tidak menyerang. Sebaliknya, dia berbalik dan berlari ke dalam hutan, ke arah ceruk yang lebih dalam.
"Dia lari!" teriak Chen Hu. "Kejar dia! Jangan biarkan dia kabur!" raung Chen Long.
Keduanya mengejar Chen Kai, kemarahan membakar pikiran mereka. Mereka berlari menembus semak-semak, mengikuti sosok biru di depan mereka.
Chen Kai memancing mereka ke medan pertempuran yang telah dia pilih: area yang dipenuhi pohon-pohon besar dan batu-batu raksasa, menciptakan banyak titik buta.
Tiba-tiba, Chen Kai berbalik dan menebaskan pedangnya.
Chen Hu, yang berada di depan, terkejut dan mengangkat pedangnya untuk menangkis.
KLANG!
Percikan api meletus. Kekuatan dari bentrokan itu membuat lengan Chen Kai mati rasa. Dia berada di tingkat keempat, melawan tingkat kelima. Perbedaan Qi-nya terlalu besar. Dia terlempar ke belakang, menabrak pohon.
"Hahaha! Lemah!" Chen Hu tertawa. "Mati kau!"
Chen Hu menebaskan pedangnya ke leher Chen Kai. Chen Kai berguling ke samping, tebasan itu menghantam pohon tempat dia bersandar, meninggalkan bekas tebasan yang dalam.
Sementara itu, Chen Long menyerang dari sisi lain, pedangnya mengarah ke jantung Chen Kai.
Chen Kai berada dalam posisi terjepit.
"Gunakan Pil Peremaja Darah!" perintah Kaisar Yao.
Tanpa ragu, sambil berguling, Chen Kai mengeluarkan botol porselen yang diberikan Tetua Liu, memasukkan satu pil ke mulutnya, dan mengunyahnya.
Gelombang energi hangat segera menyebar ke seluruh tubuhnya, memulihkan staminanya yang terkuras dan memperkuat Qi-nya untuk sementara.
Dia tidak mencoba melawan kedua serangan itu. Dia membungkuk rendah, membiarkan kedua pedang itu berbenturan di atas kepalanya.
KLANG!
Chen Long dan Chen Hu saling menatap dengan kaget karena serangan mereka bertabrakan.
Menggunakan sepersekian detik itu, Chen Kai menusukkan pedangnya bukan ke tubuh mereka, tapi ke tanah di antara kaki Chen Hu. Debu dan kerikil meledak.
Chen Hu secara refleks melompat mundur untuk menghindari matanya.
Dalam sekejap itu, mereka terpisah.
Chen Kai tidak mengejar Chen Hu. Dia menyerang Chen Long.
"Mati!" teriak Chen Kai, semua Qi di tubuhnya meledak. Dia menggunakan tebasan lurus sederhana yang telah dia latih ribuan kali. Tapi kali ini, tebasan itu dipenuhi dengan niat membunuh murni dan kekuatan dari 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi'.
Chen Long, terkejut dengan serangan balik yang tiba-tiba, mengangkat pedangnya untuk memblokir.
KRAK!
Pedang baja biasa milik Chen Long tidak mampu menahan benturan dengan 'Pedang Awan Mengalir' yang diresapi Qi murni. Pedangnya retak!
Mata Chen Long melebar ngeri.
Chen Kai tidak berhenti. Dia memutar tubuhnya, mengayunkan pedangnya lagi dalam busur horizontal yang mengarah ke pinggang Chen Long.
"Kakak, awas!" teriak Chen Hu, yang baru saja pulih.
Chen Long, dalam kepanikan, menjatuhkan dirinya ke belakang, berguling menjauh. Dia berhasil menghindari tebasan fatal itu, tapi pedang Chen Kai berhasil menggores dadanya, merobek jubahnya dan meninggalkan luka berdarah yang panjang.
Chen Long terengah-engah di tanah, menatap darah di dadanya dengan tidak percaya. Dia... dia, seorang kultivator tingkat kelima, baru saja dilukai oleh sampah tingkat keempat!
"Kau...!"
"Chen Hu! Serang dia bersama!" teriak Chen Long.
Tapi saat Chen Hu berlari untuk membantu, Chen Kai sudah menghilang lagi ke dalam bayang-bayang di antara bebatuan.
"Dia... dia licik seperti iblis," bisik Chen Hu, punggungnya kini bersandar pada Chen Long, keduanya mengamati kegelapan di sekitar mereka.
Hutan yang tadinya hanya tempat berburu, kini telah menjadi neraka pribadi mereka.
awas kalo sampai putus d tengah jalan critanya aku cari penulisnya wkwkwkw
ga terlalu cepat op
pelan berdarah tapi pasti
saya suka
byk bintang untuk penulis