"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidur Di Sofa
"Maafin aku ya Wid, aku juga nggak tau kenapa mas Adrian kesini" jawab Sekar tak enak hati, bagaimanapun Widia juga istri Adrian yang seharusnya mendapatkan perlakukan yang sama
"Bukan salah mbak Sekar, aku cuma mau minta tolong supaya mbak ngomong sama mas Adrian biar nanti malam tidur dikamar aku" pinta Widia, ini adalah satu-satunya cara agar Adrian mau berada di kamarnya karena mengandalkan ibu mertuanya akan sia-sia saja
"Kenapa kamu gak ngomong sendiri aja?"
"Mbak liat sendiri kan gimana sikap mas Adrian sama aku?" Ujar Widia yang diangguki oleh Sekar
"Ya udah, nanti aku coba ngomong sama mas Adrian!"
"Makasih ya mbak" Sekar mengangguk
***
Malam usai makan malam, seperti biasa Sekar akan menemani Adrian terlebih dahulu di ruang keluarga untuk melanjutkan pekerjaannya
"Kopinya mas!" Sekar meletakkan gelas berisi kopi itu diatas meja
"Makasih sayang!"
"Masih banyak kerjaannya?" Tanya Sekar lalu duduk disamping suaminya
"Sebentar lagi, sabar yaa!" Adrian menatap istri cantiknya lalu mengedipkan sebelah matanya
"Apaan sih mas!" Sekar memukul pelan lengan pria itu membuat Adrian terkekeh "Mas"
"Hmmm"
"Malam ini mas Adrian sama Widia ya!" Pinta Sekar, Adrian menghentikan kegiatannya yang tengah berkutat dengan laptop di pangkuannya
"Gimana aku bisa sama perempuan lain sih sayang, kamu kan tau sendiri kalau.."
"Mas, mas Adrian belum coba kan. Mas harus memberikan hak yang sama pada Widia, Mas" Sekar menggenggam tangan suaminya "Aku mohon"
"Baiklah!"
Sekar tersenyum "Makasih mas, kayaknya mas harus dikamar Widia selama seminggu ini deh"
Adrian terkejut "Kok selama itu?"
"Aku lagi kedatangan tamu bulanan mas" Sekar terkekeh "maaf yaa"
"Kenapa emangnya? Lagian suami kamu nggak semesum itu kali" Adrian menutup laptop nya
"Udah selesai?"
"Belum"
"Terus?"
"Sini!" Adrian merentangkan tangannya lalu Sekar masuk kedalam pelukannya "Aku sayang sama kamu Sekar"
"Aku juga"
"Oh iya, aku udah atur lagi jadwal pemeriksaan untuk program bayi tabung kita!" Ucap Adrian dengan tangan yang sibuk membelai rambut panjang wanitanya
"Aku rasa gak perlu lagi deh mas, lagian kan udah ada Widia!"
"Tapi aku pengen, lagian gak enak sama Bagas" Adrian beralasan
"Ya udah deh, aku ikut gimana mas Adrian aja" Wanita itu lalu mengeratkan pelukannya pada perut sang suami begitupun dengan Adrian
"Kamu memang istri Sholehah" satu kecupan Adrian berikan pada puncak kepala wanita cantik itu
"Ya udah aku kekamar duluan ya mas, mas Adrian juga kekamar sana!" Sekar melepaskan diri dari pelukan suaminya
"Sebentar lagi sayang!" Adrian merengek bak anak kecil yang tidak ingin ditinggal ibunya
"Aku udah ngantuk mas, lagian Widia pasti udah nungguin mas Adrian disana!"
Sebenarnya Sekar pun enggan untuk meninggalkan suami yang begitu ia cintai untuk bersama wanita lain, namun semua sudah terjadi dan ia harus menerima segala konsekuensinya
"Seminggu itu kelamaan gak sih?" Keluh Adrian
"Sabar mas"
"Lupain aja! Udah sana kamu istirahat! Mas lanjutin kerjaannya dulu"
Sekar berlalu, jika dirinya tetap menemani sang suami disana maka pria itu pasti tidak akan masuk ke kamar dimana Widia berada
Sementara dikamar sebelah, Widia telah menunggu dengan tidak sabar, lingerie berwarna kuning telah menempel sempurna pada tubuh bak gitar Spanyol miliknya
Ia sudah menunggu sejak tadi, satu jam telah berlalu, bahkan sekarang sudah menunjukkan tengah malam dan Adrian belum juga ke kamarnya apa Sekar ingkar janji? Pertanyaan itu melintas begitu saja dipikirannya. Hingga tanpa sadar iapun tertidur
***
Sekar bangun lebih cepat, tidurnya pasti tidak nyenyak karena Adrian tidak berada disampingnya, tujuh tahun tidur dalam dekapan pria itu membuatnya merasa tidak nyaman tanpa kehadirannya
Sekar meraba tempat dimana Adrian biasa berada, begitu dingin, menandakan jika pemiliknya memang tidak datang kesana
"Astaghfirullah, maafin Sekar yaa Allah. Apa aku masih belum bisa ikhlas? Tolong bantu aku untuk merelakan semua yang telah digariskan oleh takdir untukku!"
Sekar mengusap air matanya lalu bangun dan membawa langkahnya menuju kamar mandi
Wanita cantik itu keluar dari kamarnya, tujuannya adalah dapur. Lebih baik ia membuat sarapan, suaminya pasti terlambat bangun karena kelelahan
"Astaga mas Adrian?" Sekar terkejut karena suaminya malah tertidur diatas sofa panjang diruang keluarga "Kenapa mas Adrian malah tidur disitu"
Sekar mendekat, entah apa yang ada dipikiran pria tampan itu hingga lebih memilih tidur diatas sofa dari pada harus masuk ke kamar istri keduanya
"Mas, mas Adrian" Sekar merendahkan tubuhnya, mengguncang pelan lengan suaminya "Mas bangun!"
Adrian menggeliat, sadar jika itu Sekar ia lalu menarik wanita itu hingga ia dapat menghirup aroma lembut dari tubuh istrinya itu
"Mas bangun! Ngapain mas tidur disini sih?" Sekar berusaha lepas dari dekapan pria itu, namun bukannya melepaskan, Adrian kian mempererat pelukannya
"Lima menit lagi sayang, ayo kamu naik disini!" Adrian menggeser tubuhnya
"Aku mau buat sarapan!"
"Iya, tapi sebentar aja!" Pasrah, Sekar akhirnya naik dan berbaring diatas sofa bersama Adrian
Sofa panjang itu berukuran cukup besar hingga tubuh mungil Sekar dapat masuk
"Kenapa kamu malah disini sih mas?" Tanya Sekar, ia tahu jika suaminya itu tidak lagi tidur walaupun matanya masih terpejam
"Ketiduran"
"Mas Adrian bohong kan?"
"Enggak" bohongnya, Adrian memang sengaja tidur di sofa karena tidak ingin bersama Widia. Namun jika kembali kekamar Sekar maka akan membuat wanita itu kesal karena perintahnya tidak dituruti
"Udah lima menitnya" Sekar berusaha melepaskan diri namun suaminya mempererat pelukannya hingga Sekar kesulitan "Lepas mas"
Adrian tak menyahut, kegiatan peluk-pelukan itu disaksikan oleh Widia yang baru saja bangun tidur, wanita itu hendak mencari tahu dimana suaminya semalam
Dibanding jika suaminya bersama Sekar, kenyataan bahwa Adrian tidur di sofa jauh lebih menyakitinya, Widia berpikir apa dirinya tidak cukup menarik hingga suaminya lebih memilih tidur di sofa dari pada harus bersamanya
Tangannya terkepal, Widia membawa amarahnya kembali kedalam kamar, ia pikir akan mudah merebut perhatian Adrian dengan tinggal bersama pria itu, nyatanya yang ia dapatkan hanyalah sakit hati
"Apa sih kelebihan mbak Sekar? Sampe mas Adrian lebih milih tidur di sofa" Geram Widia
Setelah membujuk cukup lama, akhirnya Sekar dapat lepas dari suaminya. Wanita cantik itu lalu berkutat dengan beberapa bahan untuk membuat sarapan
"Selamat pagi mbak"
"Selamat pagi Wid" Sekar tersenyum ramah pada adik madunya itu
"Oh iya semalam.."
"Aku tau kok mbak, nggak masalah" potong Widia, ia akan malu jika Sekar membicarakan hal semalam terlebih Lilis si pembantu kurang ajar ada disana, Widia bisa jadi bulan-bulanan Lilis jika wanita itu tahu