NovelToon NovelToon
Ketika Bar-Bar Bertemu Sabar

Ketika Bar-Bar Bertemu Sabar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan / Diam-Diam Cinta / Cinta setelah menikah / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Aira, gadis kota yang bar-bar dan suka bebas berekspresi, terpaksa ikut orang tuanya pindah ke kampung.

Di sana hidup lebih tenang, katanya... padahal justru membuat hidup Aira jungkir balik.

Setiap hari ia bersitegang dengan Ustadz Fathur, ustadz muda yang kelewat sabar tapi cerewet soal adab dan pakaian.

Yang satu bar-bar, yang satu sabar... tapi sabar juga ada batasnya, kan?

Dan saat perdebatan mereka mulai jadi bahan berita sekampung, Ustadz Fathur malah nekat melamar Aira…

Bukan karena cinta, tapi karena ingin mendidik.
Masalahnya, siapa yang akhirnya lebih dulu jatuh cinta... si bar-bar atau si sabar?

Baca selengkapnya hanya di NovelToon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Ustadz Fathur menunduk dalam. “Iya, Pak. Ini amanah ibu saya sebelum beliau meninggal. Katanya… berikan cincin ini hanya untuk perempuan yang akan menjadi istri saya.”

Bu Maryam sampai menutup mulut. “Ya Allah… Nak…”

Aira yang tadinya pura-pura mati gaya… refleks berdiri sambil menunjuk mereka.

“Mama, Papa... PLEASE! Aku harus ngereog dulu! Ini terlalu cepat untuk jantung aku! Aku belum siap jadi istri pria yang nyimpen cincin legend dari ibunya!”

Bu Maryam memijat pelipis. “Aira… kamu sudah dewasa. Jangan seperti anak kecil terus.”

“Tapi Ma… ini cincin kaya di drama-drama yang kalau dikasih tuh artinya serius banget, Ma! Serius level 10 dari 10! Aku belum siap!”

Pak Hadi menghela napas sambil tersenyum pada Ustadz Fathur. “Ya… begitulah Aira, Ustadz. Selalu heboh sendiri.”

Aira menunjuk mereka satu-satu. “Aku protes!! Aku butuh waktu! Aku butuh es krim! Aku butuh...”

Bu Maryam mencubit lengannya pelan. “Duduk. Jangan memalukan.”

Aira langsung duduk.

Tapi matanya tetap melebar ke arah cincin itu.

Ustadz Fathur, yang berusaha menjaga wibawa, menatap lantai sambil nahan malu karena wajahnya mulai merah.

Pak Hadi menutup kotak cincin itu pelan-pelan, seolah takut merusaknya. Ia mengangguk mantap pada Ustadz Fathur. “Baik, Ustadz. Saya terima. InsyaAllah… ini tanda niat baik dari kamu.”

Bu Maryam menambahkan, “Kami doakan semoga semua lancar. Bismillah.”

Aira yang sejak tadi memegang kepala, tiba-tiba bangkit dengan ekspresi deep shock mode. “EHHH! DITERIMA?! SERIUSAN, PA? MAMA??”

Pak Hadi santai, menaruh kotak cincin itu di meja. “Iya, diterima. Kamu kan udah dewasa.”

Dan tepat detik itu juga…

Aira memekik, “AKU STRES!”

Lalu—tanpa aba-aba…

KLANG!!

Dia kayang di ruang tamu.

Iya. Kayang. Lengkap sampai rambutnya menjuntai ke lantai.

“Allahu Akbar!” pekik Pak Hadi dan Bu Maryam bersamaan, sampai berdiri refleks.

Bu Maryam menepuk dada, “YA ALLAH AIRA!!”

Aira yang masih kayang pun menjerit, “AKU GAK SIAP JADI ISTRIIIII!!!”

Bukannya dibantu, Pak Hadi justru melongo sambil ngomel lirih, “Ini anak apa kelakuan badut…”

Ustadz Fathur hanya mengusap dada sambil menggeleng pelan.

Wajahnya merah antara risih dan takut.

Perlahan, dengan gaya atlet senam yang tidak direstui pelatih nasional, Aira menutup kayangnya… lalu lari ngesot menuju kamarnya, sambil menjerit: “AKU MAUUU MENYENDIRI!!”

BRAK!

Pintu kamarnya tertutup.

Rumah mendadak hening.

Bu Maryam duduk sambil kipas-kipas pakai tangan. “Anak itu bikin jantung mama hilang tiga tahun umur.”

Pak Hadi mengelus wajahnya. “Maaf ya, Ustadz… Aira itu memang begitu…”

Ustadz Fathur menunduk, menarik napas panjang.

Lalu berkata pelan, dengan sabar yang levelnya hanya bisa dimiliki seorang ustadz Fathur : “Tidak apa, Pak… saya sudah melihatnya sejak awal… Aira memang… unik.”

Tapi dalam hatinya? “Ya Allah… ini calon istri saya benar begitu adanya?”

Ia mengusap dada lagi. Kencang.

Tidak lama kemudian.

Ustadz Fathur berdiri perlahan, membenarkan selembar pecinya yang sedikit miring karena tadi terlalu sering menunduk dan mengusap dada.

“Kalau begitu… saya pamit dulu, Pak, Bu.” Suaranya lembut namun terdengar gugup yang berusaha ditahan.

Pak Hadi ikut berdiri. “Iya, Ustadz. Terima kasih sudah datang dan menyampaikan niat baik. Hati-hati di jalan, ya.”

“Waalaikumsalam,” balas Bu Maryam, tersenyum meski rautnya masih sedikit tegang karena adegan kayang putrinya barusan.

Ustadz Fathur mengangguk sopan, lalu melangkah keluar.

Saat pintu ditutup kembali…

Hening.

Pak Hadi dan Bu Maryam duduk bersamaan di sofa, hampir serempak menghela napas panjang.

Pak Hadi menatap pintu seakan memikirkan banyak hal. “InsyaAllah… mudah-mudahan ini yang terbaik, Ma.”

Bu Maryam menggigit bibir, agak ragu. “Mama takut tadi lihat Aira sampai begitu. Kayaknya dia benar-benar syok, Pa.”

“Namanya juga kaget, Ma,” balas Pak Hadi, mencoba menenangkan.

“Kalau dipikir-pikir, siapa juga yang gak kaget tiba-tiba dilamar dalam hitungan hari tinggal di kampung?”

Bu Maryam tersenyum tipis. “Iya sih… tapi Aira itu hatinya sensitif. Kadang keras kepala, kadang manja. Belum lagi ngomongnya suka asal… mama khawatir nanti menyulitkan Ustadz Fathur.”

Pak Hadi mengangguk pelan. “Papa juga sempat kepikiran. Tapi kita lihat sifat Ustadz Fathur… dia orangnya sabar, dewasa, gak gampang naik darah.”

“Iya, tadi saja dia tetap tenang walau Aira… ah sudahlah.”

Bu Maryam menutup wajahnya, malu mengingat adegan kayang.

Pak Hadi terkekeh kecil. “Yang penting Aira sehat walafiat.”

Lalu ia menatap istrinya lebih serius.

“Dia sudah dewasa, Ma. Dua puluh dua tahun. Sudah bisa diajak bicara baik-baik. Kita tidak memaksa, tapi kita lihat dulu bagaimana hatinya.”

Bu Maryam menatap Pak Hadi dengan sedikit khawatir. “Pa… apa gak terlalu cepat? Baru beberapa hari…”

“Jodoh itu urusan Allah, Ma,” jawab Pak Hadi tenang.

“Kalau Ustadz Fathur datang dengan niat baik, menghadap orang tuanya, dan kita lihat sendiri akhlaknya… papa rasa tidak ada salahnya.”

Bu Maryam menghela napas pelan, akhirnya sedikit luluh. “Iya… mama ikut saja. Selama Aira bahagia.”

Pak Hadi menepuk tangan istrinya lembut. “Nanti papa yang bicara sama Aira. Biar dia tidak merasa terpojok. Kita beri waktu, beri penjelasan. InsyaAllah… Allah kasih jalan terbaik.”

Bu Maryam mengangguk.

Dan dari kamar Aira, terdengar suara… “MAAA PAA… AKU GAK MAU KELUAR KAMAR SAMPAI BESOK PAGIIII!!”

Pak Hadi dan Bu Maryam saling pandang.

Bu Maryam menutup mulut menahan tawa.

Pak Hadi hanya memijat pelipis. “Ya… begitu lah anak kita.”

***

Di kamar, Aira mengurung diri sambil selonjoran di kasur, memandang langit-langit. Kepalanya penuh, tapi bukan penuh dengan cinta... lebih ke… kekesalan level akut.

“Ya Allah… ini hidup apa prank?” gerutunya. “Baru juga pindah ke kampung, baru juga tenang, tiba-tiba dilamar. Bahkan aku kayang segala. Malu banget kalau diingat…”

Ia menutup wajah dengan bantal, menggeram seperti kucing lapar.

Belum sempat menyelesaikan drama batinnya, HP-nya berdering.

Ayu menelpon.

Aira langsung menekan tombol hijau.

“Ya, Yu. Ada apa lagi? Gue lagi sibuk meratap.”

“Lo harus tau ini, Ra. Si Reno… dia NEKAT nyari alamat lo di kampung.”

Aira langsung duduk tegak, dagunya terangkat seperti ayam hendak berkokok.

“APAAN?! Dia tahu alamat dari siapa?”

“Makaanya gue nelepon lo sekarang. Dia nyuruh gue minta alamat lo, terus gue kasih ke dia.”

Aira memekik kecil. “DIH! Mau aja lo disuruh-suruh begitu!”

“Lah, gue cuma...”

“Pokoknya bilang sama dia jangan ngeyel! Apalagi mau ke sini!” Aira makin naik pitam. “Di kampung gue tuh banyak binatang buas.”

“Binatang buas?” Ayu bingung.

“IYA. Apa saja! Kalo dia datang, yang pertama nyamperin mungkin… gue.” Aira mendengus.

Ayu terbahak. “Lo maksudnya lo yang buas?”

“Gue lagi ngamuk nih, Yu. Jangan bercanda.”

Aira tidak membahas sedikit pun tentang lamaran Ustadz Fathur. Ia hanya fokus ngomel soal Reno yang makin tidak tahu diri.

“Pokoknya Yu, bilang ke dia: jangan berani-berani ke sini. Gue lagi tidak mau drama lagi.”

“Siap, Ra. Tapi… lo kenapa suaranya kayak orang mau mewek?”

“Karena hidup gue penuh kejutan yang gue sama sekali tidak memesannya.”

Ayu hanya menghela napas.

Dan Aira kembali membanting diri ke kasur, wajahnya mengubur di bantal sambil mengeluh lirih.

“Kenapa sih semua cowok mendadak rajin nyariin gue? Gue cuma mau hidup tenang…”

***

Pagi harinya, matahari baru naik setengah, rumah masih tenang. Aira duduk di teras sambil nyeruput teh... lebih tepatnya mainin gelas karena hatinya masih ribut sendiri.

Pak Hadi keluar, membawa kursi kayu kecil, dan duduk tepat di sampingnya.

“Aira…” panggilnya lembut.

Nada itu... yang selalu membuat benteng keras Aira perlahan retak.

Aira menahan napas. “Iya, Pa?”

Pak Hadi tersenyum kecil. “Papa boleh bicara empat mata sama kamu?”

Bersambung

1
Rian Moontero
lanjuuuttt😍
Ijah Khadijah: Siap kak. Ditunggu kelanjutannya
total 1 replies
Ilfa Yarni
ya udah nanti ustadz tinggal drmh Aira aja toh Aira ank tunggal pasti orang tuanya senang deh
Ilfa Yarni
wallpapernya oke banget rhor
Ijah Khadijah: Iya kak. Ini diganti langsung sama Platformnya.
total 1 replies
Ilfa Yarni
bukan sama itu kyai sama Aira ank yg baru dtg dr kota
Ilfa Yarni
ya udah Terima aja napa sih ra
Ilfa Yarni
cieeee Aira mau nikah nih yee
Ilfa Yarni
cieee Aira dilamar ustadz Terima doooong
Ilfa Yarni
wah itu pasti laporan sijulid yg negor Aira td tuh
Ilfa Yarni
bagus Aira sebelum mengkoreksi orang koreksi diri dulu
Ilfa Yarni
klo dikmpg begitu ra kekeluargaannya tinggi
Ijah Khadijah: Betul itu. maklum dia belum pernah ke kampung kak
total 1 replies
Rina Nurvitasari
ceritanya bagus, lucu, keren dan menghibur TOP👍👍👍 SEMANGAT
Ijah Khadijah: Terima kasih kakak
total 1 replies
Ilfa Yarni
km lucu banget aura baik dan tulus lg sampe2 ustadz Fatur mengkhawatirkan km
Ilfa Yarni
aura jadi bahan ledekan dan olk2an mulu kasian jg eeeustadz Fatur nunduk2 suka ya sama neng aira
Ilfa Yarni
woi para santri Aira ga genit kok memang ustadz Fatur yg minjemin motornya
Ilfa Yarni
aduh Aira hati2 tar km jatuh lg
Ilfa Yarni
cieee begitu yg tadz okelah klo gitu nikah dulu dgn neng aira
Ilfa Yarni
Aira harus percaya diri dong km cantik lho warga kmpg aja mengakuinya aplg ustdz Fatur heheh
Ilfa Yarni
aaah ustadz Fatur sering amat nongki nongki dgn orangtua Aira suka ya sama neng aira
Ilfa Yarni
hahahahaha ke sawah pake baju kondangan aira2 km ya bikin ngakak aja
Ijah Khadijah: Salah kostum🤭🤭
total 1 replies
Ilfa Yarni
gitu aja ngambek Aira namanya jg ank ank
Ijah Khadijah: Iya kak.🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!