kanaya seorang gadis yang baru saja akan merasakan bangku kuliah tiba tiba harus menikah dengan Bumi Mahesa Erlangga teman masa kecilnya yang sudah di anggap seperti kaka sendiri , hari dimana Bumi akan melakukan akad , tiba tiba Nesa menghilang . Pak Arif ayah kandung Bumi meminta Naya untuk menggantikan posisi mempelai perempuan. disinilah cobaan untuk Kanaya di mulai orang yang selama ini ia kagumi , dan selalu melindunginya tiba tiba menjadi orang yang dingin dan tidak berperasaan . luka hati akibat penghiantan Nesa membuat Bumi berubah menjadi orang yang sangat kejam bahkan kepada wanita lembut yang selalu berada di sampingnya. WARNINGGGG!!!!! siapkan tisu dan kanebo setiap membaca karena akan banyak mengandung bawang merah , bawang putih, dan bawang bombay... canda bawang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Kanaya menatap bingung pada layar ponselnya, sejak tadi nomor dosen muda yang mengajar mata kuliah di kampusnya terus saja berdering menghubunginya, sebenarnya apa tujuan lelaki itu, ia sendiri tidak tahu.
Apa aku harus bilang dulu sam Mas Bumi, jika ada pria lain yang ingin bertemu denganku? Tapi terasa sangat aneh, gimana ya?" ucap Kanaya lirih. I bingung sebenarnya harus bereaksi seperti apa pada Bumi, masih terlalu terkejut dan sulit untuk dipercaya jika Bumi yang tadinya bersikap sangat dingin tiba-tiba saja berubah menjadi lembut.
Kanaya menghembuskan napasnya kasar, masih dengan layar ponselnya yang terus berkedip-kedip.
"Halo Pak, ada yang bisa dibantu?" AKhirnya wanita itu mengangkat juga panggilannya.
( Nay, kenapa lama sekali mengangkatnya? Cepat keluar saya sudah sampai di depan kostan kamu!) ucap Dimaz dari seberang telepon.
Kanaya di buat kaget ia segera berlari kearah jendela kamar dan melihat mobil seda berwarna putih tengah terparkir di bahu kiri jalan. Dimas melambaikan tangannya saat melihat Kanaya yang membuka jendela untuk mengintipnya.
"Bapak mau apa kesini? Udah malam lo Pak?' ucap Kanaya berusaha menolak secara halus ajakan Dimaz tadi siang, bukanya ia tidak ingat hanya saja terasa sungkan pergi dengan dosennya sendiri.
(" Saya janji hanya sebentar,setelah itu kamu saya antar pulang lagi.")
Kanaya menarik napasnya pelan, kemudian ia mengambil jaket dan tasnya.
Dimaz tersenyum miring melihat Kanaya yang baru saja menutup pintu pagar dan berjalan menuju kearahnya.
"masuklah Nay!" perintah Dimaz,
Kanaya duduk di sebelah sang Dosen, dengan pelan ia mulai memasang sabuk pengamannya.setelah itu kembali melirik Dimaz yang sedang memperhatikannya, membuat wanita itu sedikit tersipu.
"Sudah siap?" tanya Dimaz.
"Memang kita mau kemana Pa? Rupanya kanaya sedikit takut karena baru kali ini ada seorang pria yang mengajaknya pergi selain Bumi suaminya.
"Seperti yang saya bilang tadi siang. Ingin memberitahu sesuatu agar kamu menjauhi Bumi, manusia keparat itu."
Kanaya sebenarnya ingin menanyakan ini pada Dimaz, namun ia sangat canggung karena belum terlalu dekat dengan pria itu.
Dimaz langsung melajukan mobil sedannya menuju sebuah rumah di tempat kawasan elit di tengah kota bandung. Kawasan ini dijaga ketat oleh security sehingga tidak sembarangan orang bisa masuk kedalam, termasuk pedagang keliling.
Mereka berhenti di sebuah rumah yang paling besar dan megah diantara bangunan yang lain.Dimaz mematikan mesin mobilnya,kemudian menatap Kanaya.
"Yuk turun sekarang!"
Meski sedikit ragu,Kanaya mulai turun dari mobil, kemudian ia mengikuti langkah kaki dosennya itu.
Beberapa pelayan menyambut kedatangan Dimaz dan Kanaya, "Selamat datang Tuan Muda."
"Hem. Tolong buatkan minuman untuk tamuku, dan bawa ke lantai atas!" ucap Dimaz pada salah satu pelayan yang berdiri menyambutnya.
"Baik Tuan, ada lagi?"
"Tidak ada."
Dimaz langsung mengajak Kanaya menuju lantai atas. Perasaan ragu dan takut terus menghantui hati gadis itu. Tiba-tiba saja Kanaya menyesali kebodohannya yang begitu saja mau diajak pergi oleh pria yang baru saja ia kenal. Hanya karena pengakuannya yang mengenal Bumi membuat Kanaya percaya bahwa Dimaz tidak akan macam-macam padanya.
Setelah berada di lantai dua, Dimaz dan Kanaya berjalan melewati beberapa ruangan dan kemudian tibalah mereka di sebuah kamar yang sepertinya sangat berbeda dari yang lain.
Kamar ini di jaga oleh dua orang berpakaian hitam dan berkacamata.Kanaya menghentikan langkahnya, pikirannya sudah sangat tidak tenang dan ragu untuk meneruskan mengikuti Dimaz.
"Ayo.."
Dimaz membuka pintu kamar dan menyuruh Kanaya untuk masuk, namun wanita itu tetap diam di tempat membuat Dimaz terkekeh.
"Kamu mengira aku akan membuatmu celaka?"
Kanaya hany bisa menunduk.Sebab pikirannya memang seperti itu.