Keyz berpetualang di Dunia yang sangat aneh. penuh monster dan iblis. bahaya selalu datang menghampirinya. apakah dia akan bisa bertahan?
Ini adalah remake dari novel yang berjudul sama. dengan penambahan alur cerita.
selamat membaca
kritik dan saran di tunggu ya. 😀
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Great Quest 1. The Five Knights Of Sad Town
Five Labyrinths And Five Knights
Keyz pergi menuju ke arah Balai Kota tanpa berkata apa-apa pun lagi, langkahnya tergesa-gesa dan tegang. Di belakangnya, Lucia mengejar, kini seolah berperan sebagai katalisator penambah beban di pundaknya.
"Keyz!!!" Teriak Luc. "Tunggu!!!"
Lucia, kini dipenuhi rasa bersalah karena telah penyebab bertambahnya penderitaan Keyz.
"Maaf!" Lucia masih mencoba untuk berbicara kepada Keyz. "Aku terlalu bersemangat."
Keyz menoleh ke arah Lucia. Sorot matanya kini dingin, hampir mematikan. "Sama-sama."
"Haaahhh?" Teriak Lucia penuh tanda tanya.
"Berkat kamu. Bebanku semakin menggila. Terima kasih, dan sama-sama, Luc. Semoga harimu menyenangkan."
"Aku janji. Aku berjanji akan membantumu," kata Lucia, nadanya memohon.
"Bagaimana caranya?" tukas Keyz dingin. Rasa kekagumannya kepada sosok Luc dengan tarian empat pedangnya kini digantikan dengan kebencian tiada tara terhadap konsekuensi dari pertarungan itu.
Perdebatan terus berlanjut hingga akhirnya mereka tiba di Balai Kota.
Pino Sad Sanderas, Walikota yang juga seorang Dewi, sepertinya sudah menunggu kedatangan Keyz dan beberapa orang lain di taman Balai Kota yang luas.
"Akhirnya, kalian datang juga," kata Pino, suaranya tenang namun berwibawa. "Keyz. Luc. Joy. Kim. Dan.... Ternyata kurang satu orang."
Keyz menoleh ke arah nama-nama yang disebut oleh Pino. Tatapannya tertuju pada Kim. Kim hanya menatap kosong ke arah Pino, ekspresi yang tidak bisa dibaca, menyimpan semua emosinya.
"Semua pendekar pedang terkuat Sad Town sudah berkumpul," lanjut Pino. "Saatnya kita membahas masalah serius."
Pino menghela napas, gestur yang jarang dilakukan oleh makhluk berstatus Dewi. "Ada sebuah Dungeon Misterius muncul di Reruntuhan Kota Kuil. Dan dapat dipastikan, di sana banyak monster yang bisa mengancam Sad Town."
"Keyz. Luc. Joy. Kim. Apakah aku bisa meminjam kekuatan kalian?"
Keheningan melanda. Yang pertama memecahnya bukanlah Keyz atau Luc, melainkan Kim.
"Berapa gajinya?" tanya Kim, suaranya berat dan serius. "Dungeon, tempat yang sangat berbahaya. Ke-i, menjadi salah satu korbannya. Jangan katakan kalau gaji yang akan kamu dapat tidak sebanding dengan nyawa kami."
Hening. Angin berhembus kencang melintasi taman. Aura di sekitar Balai Kota langsung berubah, menjadi tegang dan penuh perhitungan.
Keyz tidak menyangka bahwa Kim bisa berkata seperti itu, mempertanyakan otoritas Walikota secara langsung. Biasanya, Kim adalah pribadi yang terbuka dan hangat meskipun perkataannya menyakitkan.
"Sepuluh juta koin emas untuk satu orang," jawab Pino.
"Cih! Murah!!" Teriak Kim.
Tapi, sebelum negosiasi berlanjut, Keyz angkat bicara.
"Aku bersedia," jawab Keyz tanpa pikir panjang.
"Keyz!!" Kini Kim berteriak kepadanya penuh emosi, amarahnya meluap.
"Kim! Jangan halangi jalanku! Aku membutuhkan setiap kesempatan untuk mengumpulkan uang!"
"Itu tidak sebanding dengan nyawamu!!"
"Tapi. Beban ini sudah nyaris menghancurkan ku! Apakah kau bisa membayangkan seberapa besarnya tumpukan utang yang harus kubayar? Hah?"
Semua mata tertuju pada Keyz. Ekspresi putus asa dan tekanan yang mendalam Keyz telah memukul semua yang ada di sana. Sepertinya, baru kali inilah semua orang menyadari betapa beratnya beban yang ada di pundak Keyz.
"Lima puluh juta koin emas! Tidak bisa kurang!" Teriak Kim kepada Pino, menaikkan tawaran lima kali lipat. "Dan aku akan mengibarkan bendera peranku lagi! Dan. Harta karun yang ada di sana adalah hak penemunya! Sebagai gantinya, Kerajaan akan menerima keamanan dari kami!"
"Kim!! Kau berusaha untuk membatalkan Quest ini?" teriak Keyz, terkejut dengan negosiasi Kim yang agresif.
"Baik. Kesepakatan diterima," tutup Pino, mengabaikan perdebatan itu. "Ada lima pintu Dungeon Misterius yang terbuka. Kalian harus membuat tim untuk menjelajah."
"Kami berempat pasti bisa mati," kata Joy, memecah ketegangan dengan nada praktis. "Kita butuh healer dan mage. Kami tipe petarung!"
"Kalian bisa membagi misi kalian. Dan buat party kalian sendiri-sendiri," kata Pino. "Karena, kelima pintu itu harus ditutup secara bersamaan."
"Haaahhh? Kita cuma berempat! Dan pintu itu ada lima! Jangan bercanda!" kata Joy.
"Maka dari itu," Pino tersenyum tipis, matanya mengarah ke gerbang Balai Kota. "Kamu mau membantu juga? Aron?"
—Whuss!—
Angin berhembus, seperti menjawab pertanyaan tersebut.
Di atas gerbang Balai Kota, Aron Eldaguard berdiri di sana. Di sekelilingnya, lima pedang berputar-putar di udara, berputar dalam orbit yang sempurna. Penampilannya yang tua renta sangat kontras dengan energi sihir di sekelilingnya.
"Tentu saja." Jawab Aron Eldaguard.
Keyz menegang saat melihat Aron. Tiba-tiba, Kim bergerak. Ia tidak menyia-nyiakan waktu. Dalam kilatan amarah yang nyata, Kim menyerang dengan pedang besarnya, menghantam langsung ke arah tubuh Aron Eldaguard.
Namun, Aron tidak bergerak. Salah satu dari lima pedang yang berputar mengelilinginya melesat cepat, menahan serangan Kim.
—CLAAANG!!!—
Dentingan keras logam saling beradu memecah keheningan di taman Balai Kota, melemparkan percikan energi di antara dua pria itu.
"Kim. Maaf atas kematian Ke-i," kata Aron. Walaupun tubuhnya kecil seperti kakek pada umumnya, aura intimidasi yang dia pancarkan benar-benar kuat, membuat udara di sekelilingnya bergetar hebat. "Ke-i, dia petualang yang sangat hebat."
"Seharusnya dia masih di sini," jawab Kim, suaranya dipenuhi luka dan kepedihan yang mendalam. "Andaikan saja dia tidak mengikuti jalan mu!"
"Ada hal yang lebih mendesak, Kim. Kita tunda dulu perselisihan ini," ujar Aron, menolak untuk larut dalam amarah itu. Dan pedang yang menangkis serangan Kim, tanpa perlu disentuh, kini kembali ke orbitnya yang sempurna.
"Kakek?" Gumam Lucia, nyaris tak terdengar. Keyz yang berada di dekatnya mendengar bisikan itu.
"Itu kakek pemilik peternakan Lavarca kan?" Keyz bertanya kepada dirinya sendiri, matanya terpaku pada lima pedang yang menari di sekitar Aron. "Aron? Bukankah dia petualang yang legendaris itu kan?"
Aron, seolah-olah memiliki indra keenam, tampak mendengar apa yang Keyz tanyakan ke dirinya sendiri, meskipun jaraknya cukup jauh. "Aku hanya petualang biasa, Nak. Hanya saja, semua orang terlalu membesarkan besarkan namaku."