Arumi lengah, dia menganggap pernikahan yang dia bangun selama tujuh tahun ini baik baik saja, dia menganggap bahwa dia telah berhasil memenangkan hati suaminya, sikap dan tanggung jawab Yudha selama inilah yang membuatnya berfikir demikian.
Arumi tersadar ketika Yudha menemukan tambatan hati yang menurutnya mampu membuat hidupnya kembali bergairah.
Akankah Arumi mengijinkan suaminya mendua atau dia akan memilih berpisah, sungguh keduanya sama sama menghancurkan hatinya, terlebih untuk buah hati mereka!.
Mampukah Arumi mengiklaskan perjalanan hidup dan cintanya?
Mari kita ikuti kisah cinta mbak Arumi dalam HATI SUAMIKU BUKAN MILIKKU, yang penasaran dengan pertemuan awal mereka bisa baca kisahnya di IMPIAN DEKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rini sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Goyahnya Hati Yudha
Arumi menuruti keinginan suaminya, bahkan dia membawa serta anak pertamanya, Yudha memperhatikan penampilan istrinya yang tampak berbeda dari biasanya.
Dulu sebelum masalah ini muncul, Arumi sering memakai baju tidur yang seksi, kini pemandangan indah itu tak ada lagi, Arumi malah memakai baju tidur stelan panjang panjang untuk menutupi semua yang dia punya.
Ingin rasanya Yudha merobek baju yang dipakai istrinya, entah kenapa malam ini Arumi mampu membangkitkan gairah Yudha, Yudha tiba tiba merindukan menyentuh setiap inci tubuh wanita yang memberinya dua anak ini.
"Abang bobo mana bun?" tanya Ditya.
"Sebelah abi aja bang," jawab Arumi, aku ingin memelukmu Rum bukan anakmu batin Yudha.
Keegoisan Yudha muncul terlihat dari tatapan menyeramkan Yudha yang ditujukan pada Arumi, Yudha masih berusaha menutupi hasratnya dan memeluk penuh kasih sayang Ditya yang ada didepanya.
Disamping Ditya ada Mawar yang terlelap menggemaskan, barulah wanita yang ingin dia sentuh itu berada. Berbaring miring menghadapnya dengan menutupi kerah bajunya, Yudha terus menatap Arumi, "Kenapa aku jadi tertarik denganya sekarang, bukankah Desi lebih cantik," batin Yudha.
"Apa keistimewaan wanita ini, kenapa aku merasa ingin melahapnya," sifat jahat Yudha keluar begitu saja, bahkan ingin rasanya dia egois memaksa Arumi melayaninya jika perlu.
"Astaga ada apa denganku, dia baru saja melahirkan Yudha dimana otakmu," pikiran Yudha mulai menghujatnya.
Arumi menutup matanya, karena jujur saat ini adalah saat paling menakutkan dalam hidupnya, anak anak yang jadi pelindungnya sudah tidur sedangkan pria yang menakutkan itu masih saja menatapnya penuh kebencian, menurut Arumi, padahal Arumi salah tatapan itu adalah tatapan ingin menyantapnya.
Malam semakin larut, meski matanya terpejam sebenarnya Arumi masih terjaga, pikiran takutnya terus menganggunya.
Terlebih dia merasakan ada tangan kekar yang memeluk perutnya, bahkan ada kaki juga yang kini naik keatas kakinya, Arumi yakin yang melakukan hal itu adalah suaminya.
Arumi terus berpura pura tidur, bahkan saat Yudha mulai menggerayangi tubuhnya, menciumi lehernya bahkan Yudha memaksa nya berbalik, memangut bibir tipis miliknya, batin Arumi menangis, pikiranya menjerit, kenapa sekarang dia jadi tak rela Yudha menyentuhnya, padahal dulu dia sangat mendambakan sentuhan itu.
Arumi merasa jijik pada dirinya sendiri, disentuh pria tanpa cinta berasa seperti p*l*c*r baginya.
Arumi tak merespon meski Yudha sudah menyerangnya dengan membabi buta, bahkan Arumi merasakan senjata milik suaminya sudah mengeras pertanda gairah Yudha sudah berada dipuncaknya.
Saat Yudha hendak melepas kancing piyamanya Arumi membuka matanya, "Jangan mas Rum mohon," ucap Arumi spontan, bahkan dia reflek memegang kerah bajunya.
Yudha menghentikan seranganya, dan menatap heran kearah Arumi, "Kenapa Rum, bukankah kamu masih hak ku?" tanya Yudha.
"Rum tau mas, tapi Rum habis melahirkan belum ada empat puluh hari bukan, Rum masih kotor mas," jawab Arumi, Yudha pun langsung beranjak marah dari sisi Arumi, bahkan sangking kesalnya dia membanting pintu kamar mandi, untung hanya Arumi yang terkejut, Ditya dan Mawar masih saja terlelap.
Dikamar mandi..
Yudha merutuki kebodohanya, aku sudah menolaknya lalu kenapa sekarang aku malah menginginkanya, ada apa denganku, kenapa sekarang aku jadi tertarik padanya, kenapa aku membuat malu diriku sendiri.
"Aaagggghhh," jerit Yudha kesal.
"Kenapa kamu membuatku seperti ini Rum, kenapa hah?" sekali lagi Yudha menyesali apa yang terjadi antara dia dan istrinya.
Yudha pria egois itu pun kembali ke kamarnya, dia menatap istrinya yang masih membuka matanya, bahkan Yudha melihat wanita itu menangis dalam diamnya.
Gejolak penyesalan dihati Yudha kembali hadir, dia pun segera kembali keranjang miliknya dan memeluk erat wanita yang disakitinya.
"Maaf ya Rum," bisik Yudha, Arumi hanya diam tak menjawab, dia malah memilih mengelus tubuh Mawar yang mulai terbangun, sepertinya Mawar haus dan hendak meminta Asinya.
"Mas bisa longgarin sedikit pelukanya," pinta Rum.
"Kenapa?" tanya Yudha, oh dasar pria ga peka, anak udah dua tapi bodohnya ga ketulungan.
"Adek mau Asi mas," jawab Arumi berusaha melepaskan tubuhnya dari jeratan suami bodohnya.
"Oke, habis itu aku mau peluk kamu lagi ya," ucap Yudha, Arumi tak menjawab dia pun bangun dan menata posisinya duduk bersandar disisi ranjangnya, menaruh bantal dipangkuanya.
Arumi mengambil slimut kecil dan mengalungkanya keleher, mengangkat tubuh mungil bayinya dan memangkunya.
Arumi menutup seluruh tubuh Mawar dengan selimut itu sebelum Mawar menyantap p*ting susunya, setelah merasa putrinya sudah menghisap hidangan lezatnya Arumibpun membuka sedikit wajah Mawar, mata itu begitu indah mirip dengan pria yang ada disebelahnya.
"Kenapa ditutup Rum, aku suamimu kan harusnya boleh dong aku lihat milik kamu," ucap Yudha, Ya Allah kenapa omes sekali sih pria gila ini.
"Rum hanya mau membiasakan adek minum ASInya tertutup mas," jawab Arumi, padahal dia hanya alasan.
"Oh, kirain kamu ga mau kasih lihat aku," balas Yudha, emang iya puas batin Arumi.
Mawar sudah kembali terlelap, Arumi pun manaruh gadis munggil itu diboksnya, dia pun masuk kekamar mandi dan mengganti pakaianya.
"Rum mau kemana?" tanya Yudha kepo.
"Mau bikin pesenan mas," jawab Arumi.
"Oh, oke," jawab Yudha menyerah, dia pun memilih kembali tidur.
Arumi mengelus dadanya saat keluar dari kamar, rasanya lega karena berasa selamat dari maut.
Bersambung...