Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33 TWINS A
Anindita memandang Adiba dengan mata yang penuh dengan keraguan. Dia tidak tahu mana yang harus dia percayai, karena Adiba terlihat sangat yakin dengan perkataannya.
"Tapi, aku tidak bisa percaya padamu begitu saja," kata Anindita dengan nada yang hati-hati. "Aku perlu bukti, aku perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi."
Adiba mengangguk, dan dia mulai mengeluarkan beberapa dokumen dan foto dari dalam tasnya.
"Ini adalah bukti-bukti yang aku kumpulkan selama ini," kata Adiba dengan nada yang serius. "Ini adalah bukti bahwa orangtuamu telah melakukan kejahatan terhadapku. Mereka memeras emosionalku, untuk menjual mu ke orang lain dan menjadikan aku tersangkanya. Lalu, mereka juga merebut hartaku, aset-aset berharga dari Almarhum keluargaku."
Anindita memandang dokumen-dokumen tersebut dengan mata yang lebar. Dia tidak bisa percaya apa yang dia lihat, karena semua bukti tersebut tampaknya sangat kuat.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Anindita dengan nada yang ragu-ragu.
"Aku ingin kau membantuku membalas dendam pada orangtuamu," kata Adiba dengan nada yang tegas. "Aku ingin membuat mereka membayar apa yang telah mereka lakukan."
Anindita memandang Adiba dengan mata yang penuh dengan keraguan. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, karena dia masih ragu-ragu tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Tidak! Aku tidak bisa membantumu membalas dendam pada orangtuaku sendiri." kata Anindita menolak. "Aku tidak bisa membantumu melakukan sesuatu yang bisa menyakiti orang-orang yang aku cintai."
Adiba memandang Anindita dengan mata yang penuh dengan kekecewaan. "Aku tidak percaya kalau kau tidak mau membantuku, kau lebih berpihak pada kesalahan." kata Adiba dengan nada yang sedih. Dia berpura-pura menangis.
Anindita memandang Adiba dengan dilema. "Bagaimana mungkin aku menyakiti orangtuaku sendiri? Dan mereka menjualku? Tapi kenapa?"
"Mereka hanya menginginkan saudari kembarmu, yaitu Anindira. Kau akan melihatnya sendiri, bagaimana perlakuan mereka antara kau dan Anindira. Setelah itu, kau baru bisa menilainya." Adiba terus memanipulasi Dita
Anindita memandang Adiba dengan mata yang penuh dengan keraguan. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, karena dia masih ragu tentang semua bukti yang dilihatnya.
"Aku perlu waktu untuk memikirkan semuanya." ucap Anindita bingung. "Aku tidak bisa membuat keputusan sekarang."
Adiba mengangguk, dan dia tersenyum jahat, tanpa diketahui oleh Anindita. "Aku mengerti, Nak. Aku juga tidak akan memaksamu untuk membuat keputusan sekarang. Tapi, aku ingin kau tahu kalau aku akan selalu ada untukmu. Maaf kan kesalahanku, telah menjualmu pada orang lain. Tapi, itu semua ku lakukan karena terpaksa. Sungguh!" ucapnya menatap nanar ke arah Anindita.
Setelah drama dirumah Adiba, kini Anindita sudah berada dirumah Daffa. Gadis itu langsung berjalan menuju kamarnya, karena memikirkan tentang perkataan Adiba, dia sampai tidak melihat Daffa dan Zuma yang sedang duduk menunggunya diruang tamu.
"Ada apa dengannya? Dia bahkan tidak menyapa kita." tanya Zuma keheranan karena Anindita tidak menoleh sedikitpun. Biasanya gadis itu akan mencari perkara.
"Entahlah, Ma. Aku lihat dulu!" Daffa menyusul Anindita ke kamar.
Pria itu melihat Dita sedang berdiri di atas balkon, menatap lurus ke depan. Dirinya memutuskan untuk mendekati gadis itu.
"Dari mana saja kau?" tanya Daffa dengan nada dingin.
"Aku tidak ingin diganggu!" sahut Anindita dengan tegas.
Daffa menarik lengan Anindita hingga membuat tubuh gadis itu menubruk dada bidangnya. "Aku bertanya, Anin. Jangan menguji kesabaran ku."
Plak
Anindita menampar pipi Daffa, dia melepaskan cengkraman pria itu yang ada di lengannya. "Tutup mulutmu sebelum aku habis kesabaran dan melemparmu ke bawah sana!" bentak Anindita dengan penuh keberanian.
'Dia bukan Anindira, aku yakin itu. Anin tidak mungkin bisa berubah sejauh ini, meksipun rasa trauma dan sakit hati yang dia rasakan. Tapi, siapa dia? Tidak mungkin Anindira ada dua kan? Atau sebenarnya dia punya kembaran yang sengaja di sembunyikan?' batin Daffa mulai menjalankan rencananya untuk mengetahui siapa wanita yang ada di hadapannya saat ini.
"Maafkan aku, Anin." ucap Daffa dengan menyesal.
Anindita melongo, merasa heran dengan perubahan sikap Daffa. "Jangan berpura-pura di depanku!" tunjuknya.
Daffa memeluk tubuh Anindita, membuat wanita itu merasa tidak nyaman. "Sungguh, Anin. Aku minta maaf, aku menyesal karena sudah berbuat kasar padamu. Mungkin selama ini kau tidak bahagia hidup bersamaku, aku ingin mengubah semuanya agar jadi lebih baik lagi. Dan kita bisa memulainya dari awal."
Anindita berusaha melepaskan pelukan itu, tetapi Daffa memeluknya dengan erat. "Lepaskan aku! Aku tidak bisa bernapas." titahnya berbohong dan Daffa langsung mengurai pelukannya.
"Maukah kau memaafkanku? Dan kita memulai semuanya dari awal lagi? Aku sangat mencintaimu, Anin. Aku takut kehilanganmu, maka dari itu, aku tidak suka kalau kau pergi terlalu lama seperti tadi."
"Tapi seharusnya kau bertanya dengan nada pelan. Bukan memaksa!"
"Baiklah, aku mengakui kesalahanku, dan tidak akan mengulanginya lagi." Daffa memasang wajah melas dan sedih.
BERSAMBUNG
LANJUT SIANG YA GUYS.... 🥰
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya