Oh My Baby!

Levis benar-benar sudah memutuskan bahwa dia akan membawa Rara pergi ke psikolog untuk bercerita tentang apa yang dialaminya selama ini. Bahkan dia sudah mendapatkan reservasi konseling atas nama dirinya untuk Rara. Maka hari ini dia harus bicara dengan gadis itu.

"Baby, c'mon honey." panggilnya pada Rara yang baru saja datang.

Rara sendiri langsung duduk di samping laki-laki itu, sayangnya ketika dia hendak duduk di samping Levis, laki-laki bertubuh kekar itu menariknya hingga terduduk di pangkuannya.

"Ihhh...jangan kenceng-kenceng peluknya. Gak bisa nafas, tau!" rajuknya pada Levis yang memeluknya dengan erat.

"Oh, astaga. Maafkan, aku baby. Soalnya kamu itu terlalu cantik. Jadi aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari wajah cantik ini." ucapnya sambil mencolek dagu sang kekasih hati, lalu memberikan sebuah kecupan manis di bibirnya.

Cup...

"Is, mulutnya manis banget kayak gulali!" kata Rara yang membuat Levis tertawa setelah itu.

"Bagaimana harimu? apa baik-baik saja?" pertanyaan dari Levi's membuat Rara penasaran. Apa maksud laki-laki yang bertanya tentang harinya. Dia merasa bahwa dirinya baik-baik saja, Rara merasa ada yang aneh di sini. Dia merasa ada yang disembunyikan Levis darinya.

"Om, kenapa tiba-tiba tanya begitu? i'm fine, you look at me. Aku baik-baik saja dan tidak terjadi sesuatu padaku bukan?" jawabnya merasa aneh dengan pertanyaan Levi's.

"I know, bagaimana dengan perasaanmu? maksudku-"

"Om, katakan apa yang terjadi. Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu? how do you feeling?" sungguh, Rara benar-benar penasaran dengan laki-laki ini.

Kenapa Dia terlihat berbeda dan bertanya tentang dirinya dan juga perasaannya. Padahal sebelum-sebelum ini dia baik-baik saja, dan tidak pernah bertanya yang tidak tidak. Tapi, kenapa hari ini terkesan berbeda. Terlihat seperti ada sesuatu yang berat ingin disampaikannya.

Levis sendiri berusaha untuk menjelaskan apa yang ingin dia katakan pada Rara. Dia menarik nafasnya, dalam dalam sebelum kembali menghembuskannya secara perlahan.

"Aku hanya merasa khawatir dengan keadaanmu. Maksudnya, beberapa waktu terakhir kamu mengalami cobaan yang begitu berat. Aku takut jika kamu tertekan dengan semua itu. Aku tidak ingin kamu terus-terusan berada dalam kesedihanmu, jadi aku sudah memutuskan bahwa kita akan pergi ke psikolog." ucapnya yang berusaha menjelaskan semua itu.

Mendengar kata psikolog yang Levis katakan membuat Rara terkejut bukan main. Apa maksudnya mengajak dia pergi ke psikolog.

"What? psikolog. i'm not crazy, you know. Im fine, oke." jawabnya yang merasa tersinggung dengan perkataan Levis.

"Oh my good baby. Aku mengajakmu pergi ke sekolah bukan karena kamu gila. Aku tidak pernah mengatakan mu gila, dan aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku mengajakmu untuk pergi ke psikolog demi dirimu sendiri. Aku sudah berkonsultasi dengan beberapa psikolog dan mereka mengatakan bahwa kamu kemungkinan besar bisa depresi jika terus-terusan menahan rasa sakitmu. Come on baby, pergi ke psikolog itu bukan sebuah aib. Kamu bisa menceritakan isi hatimu di sana dan kamu bisa dimengerti, dan mereka yang mendengarkanmu bisa memberitahu apa yang kamu butuhkan dan apa yang harus kamu lakukan. Tidak, sumpah demi Tuhan bahwa aku tidak pernah berpikir jika kamu itu gila. Aku melakukan semua lagu demi dirimu. I want you to know that!" ujar Levis panjang lebar.

Dia berusaha menjelaskan apa maksud dan tujuannya mengajak Rara pergi ke psikolog. Semua ini dia lakukan demi kebaikan gadis itu. Masa depannya masih sangat panjang, dan dia masih memiliki banyak hal yang bisa dicapainya.

"No! aku nggak mau pergi ke psikolog. Aku baik-baik aja dan aku nggak butuh psikolog." jawabnya yang menolak semua itu. Dia merasa bahwa dirinya tidak membutuhkan semua itu Karena dia merasa bahwa dirinya baik-baik saja.

"Come on, baby. Aku melakukan semua ini demi dirimu. Aku hanya ingin kamu merasa bahwa diri kamu lebih baik. Love yourself, hanya kamu yang bisa mencintai dirimu sendiri walau kamu merasa bahwa ada seseorang yang mencintaimu tapi belum tentu dia benar-benar mencintaimu karena yang mengerti dirimu adalah dirimu sendiri. Bukan orang lain, baby." jelasnya pada Rara.

Bagaimana caranya dia menjelaskan pada Rara, mau dia membutuhkan psikolog bukan karena dia mengalami gangguan mental atau depresi. Dia hanya membutuhkan teman untuk bercerita yang bisa mengerti akan keluh kesah dan juga isi hatinya. Levis sendiri tidak terlalu tahu menahu tentang apa yang Rara rasakan, karena dari sudut pandangnya, itu sangat berbeda dengan sudut pandang psikolog. Jadi, Dia memutuskan bahwa Rara harus pergi ke sekolah untuk bercerita atau melakukan bimbingan konseling. Di di sana dia bisa tahu apa-apa saja yang harus dilakukan dengan apa yang tidak harus dilakukan.

"Tapi aku nggak mau pergi ke sana. Aku-"

"Baby, kamu harus pergi ke sana karena aku sudah membuat janji. Mereka sudah menunggumu di sana dan aku yang sudah membuat janjinya. Jadi kamu harus pergi, baby."

"Kenapa sih kalian orang-orang dewasa terus saja memaksa kehendak kalian? aku tahu apa yang harus aku lakukan dan aku tahu apa yang aku butuhkan. Kalau aku bilang aku nggak butuh psikolog itu artinya aku benar-benar nggak membutuhkannya. Lagian aku udah bilang kalau aku itu nggak gila. Kenapa sih, kalian terus saja memaksakan kehendak kalian? apa aku nggak punya pilihan untuk diriku sendiri? apa aku nggak berhak untuk diriku sendiri? kenapa harus tentang kalian, kenapa harus tetap kalian yang harus aku dengarkan? sementara kalian nggak pernah mau tahu apa yang aku rasain. Aku capek, aku capek banget. Apa aku harus mati duluan baru kalian ngerti tentang perasaan aku? Iya?" suaranya terdengar bergetar menahan semua rasa sakitnya.

Dia benar-benar tidak percaya dengan semua ini, bawa laki-laki yang dia pikir bisa mengerti dirinya ternyata sama saja. Tidak ada yang bisa mengerti dirinya, Karena semua itu palsu.

"Astaga, baby. Aku melakukan semuanya bukan karena aku tidak menyayangimu. Kamu harus tahu bahwa aku melakukan untuk dirimu. Aku melakukan semua ini karena aku tidak ingin melihatmu terus-terusan merasa tertekan. Mungkin kamu tidak tahu, tapi aku tahu dan aku melihatnya. Aku melihatmu tertidur sambil menangis dengan air mata yang terus saja keluar. Apa Kamu pikir aku tidak sakit melihatmu seperti itu? aku memang tidak pernah percaya dengan yang namanya pernikahan, tapi apa yang aku rasakan terhadap butuh benar-benar nyata. Bahkan ketika bisa aku mengatakannya bahwa aku mencintaimu, ya mungkin aku memang mencintaimu. Dan satu hal yang harus kamu tahu, bahwa aku melakukan semuanya demi dirimu. Demi kebaikanmu. Tapi, jika kamu berpikir bahwa aku memaksakannya. Maka terserah kamu. Lakukan apapun yang ingin kamu lakukan karena aku tidak akan pernah melarangmu lagi!" ucap Levis yang langsung pergi meninggalkan Rara begitu saja.

***