Baca aja 👊😑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tuan Raja marah, Candra nakal
Berjam-jam kemudian. Setelah Candra puas berciuman dengan Kirana. Mereka berdua pun memutuskan untuk segera turun ke lantai bawah.
"Dari mana saja kalian?!" Tuan Raja menatap Candra dan Kirana secara bergantian karena mereka baru muncul.
"Kami ada urusan penting dan kami baru saja menyelesaikannya," jawab Candra dengan santai. Candra menarik tangan Kirana dan duduk bersama tepat di hadapan tuan Raja.
"Urusan penting? Urusan apa itu?" tanya tuan Raja dengan kening yang terlihat mengkerut. Pria paru baya itu betul-betul penasaran dengan apa yang baru saja Candra dan Kirana lakukan di lantai atas.
"Ada deh ... Ayah tidak boleh tahu!" ucap Candra yang membuat tuan Raja langsung kesal ketika mendengarnya.
"Jangan bilang kalau kalian baru saja selesai melalukan proses pembuatan anak?" sentak tuan Raja.
Perkataan tuan Raja itu berhasil membuat Candra dan Naura terkejut dan kedua mata mereka langsung melotot dengan sangat sempurna.
"Ayah itu sedang bicara apa sih?! Mana mungkin aku dan Kirana melalukan hal itu," sungut Candra dengan raut wajah yang terlihat kesal.
"Ayah hanya menebak saja. Kenapa kau terlihat marah seperti itu? Jangan-jangan yang Ayah katakan ini memang benar yah?" Tuan Raja sengaja memancing emosi Candra. Dan benar saja, Candra terlihat semakin kesal dengan ucapan ngawur ayahnya itu.
"Benar apanya?! Aku ini memang laki-laki normal Ayah. Dan laki-laki mana pun pasti menginginkan hal itu, tapi aku tidak akan menyentuh Kirana sampai kami resmi menikah," ujar Candra berusaha menahan kekesalannya.
"Iya, Ayah. Yang dikatakan Candra memang benar kok. Kalau pun kami lagi berduaan, kami hanya berciuman saja, nggak lebih!" Kirana angkat bicara.
Perkataan Kirana barusan membuat tuan Raja langsung terkejut.
'Gadis ini kenapa jujur sekali sih! Mati aku!' gumam Candra dalam hatinya sembari menepuk jidatnya sendiri.
Tatapan tuan Raja langsung berahlih ke Candra dengan tatapan yang sangat tajam. "Candra ...."
Glup ...
Candra menelan air liurnya dengan sangat susah, kemudian ia berusaha menjelaskan sesuatu. "A--Aku bisa jelaskan Ayah!"
"Jelaskan!" tegas tuan Raja.
"Ja--Jadi begini, Ayah. Dari awal kan aku sudah bilang kalau aku ini laki-laki normal. Jadi ... Setiap kali melihat bibir Kirana, entah mengapa aku selalu merasa tergoda, Ayah."
"APA KATAMU!" sentak tuan Raja justru semakin marah mendengar penjelasan putranya itu.
Bersambung.
░K░a░m░u░ ░m░e░n░c░i░p░t░a░k░a░n░ ░k░e░i░n░d░a░h░a░n░ ░d░e░n░g░a░n░ ░s░i░k░a░p░m░u░,░ ░d░a░n░ ░k░a░m░u░ ░m░e░m░b░u░a░t░ ░k░e░s░a░n░ ░d░e░n░g░a░n░ ░p░e░r░i░l░a░k░u░m░u░.░ ░(░K░a░m░u░ ░m░e░n░c░i░p░t░a░k░a░n░ ░k░e░c░a░n░t░i░k░a░n░ ░d░e░n░g░a░n░ ░s░i░k░a░p░m░u░,░ ░d░a░n░ ░m░e░m░b░u░a░t░ ░k░e░s░a░n░ ░d░e░n░g░a░n░ ░p░e░r░i░l░a░k░u░m░u░)░ ░-░ ░S░o░p░h░i░a░ ░E░l░m░a░r░a░
Kok aneh menitipkan anak di rumah orang lain. Lebih wajar kalau ke rumah Kekek-neneknya atau paman-bibinya. Setidaknya ada hubungan kerabat.
Apalagi anak gadis.