NovelToon NovelToon
Aku Mau Anakku Hidup Lagi

Aku Mau Anakku Hidup Lagi

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Pasangan rumah tangga Kisman dan Mawar kehilangan anak satu-satunya karena sakit. Mereka tidak bisa menerima kenyataan pahit dan menginginkan putri mereka kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu yang Sudah Mati

Kisman dan Mawar masuk ke dalam cermin.

              Mereka sekarang berada di tempat yang sama sekali berbeda. Di sebuah dimensi yang seharusnya tidak dimasuki oleh manusia yang masih bernafas.

              Kisman dan Mawar sekarang berada di alamnya orang-orang yang sudah mati.

              Pasangan suami istri itu berada di atas sebuah gundukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tempat di sekeliling mereka.

              Terbentang padang rumput hijau sehat yang begitu luas.

              Langit di tempat ini juga bukan langit biasa yang kerap Kisman dan Mawar lihat. Layaknya sebuah aurora. Langit di tempat ini mengandung bermacam-macam warna.

              Kisman dan Mawar mengamati tempat itu.

              “Bagaimana kita menemukan Seroja di sini?”, kata mereka.

              Dari puncak yang lebih tinggi Kisman dan Mawar bisa dengan lebih leluasa melihat-lihat sekitar mereka.

              Kisman dan Mawar melihat banyak anak kecil di tempat itu. Ada anak perempuan dan ada juga anak laki-laki. Mereka terpisah satu sama lain.

              Dari sekian banyak anak itu, dimanakah Seroja berada? Kisman belum menemukannya.

              “Pak itu Seroja’,

              “Itu anak kita”,

              Mawar berteriak, ibu itu girangnya bukan main. Ia menemukan putrinya di antara anak-anak yang lain.

              Terlihat Seroja memakai baju tidur berwarna putih berkerah kuning bergambar kapal selam dan ikan-ikan. Mawar sangat mengenali wajah dan perawakan darah dagingnya sendiri. Meski rambutnya tengah tergerai.

              “Benar itu Seroja”,

              “Ayo kita ke sana”,

              Kisman dan Mawar berlari menuruni gundukan bukit kecil itu. Mereka berlari mendatangi Seroja.

              Bapak ibu itu berlari tanpa peduli dengan anak-anak yang lain yang memandangi mereka berdua.

              “Seroja ini kami nak”,

              “Seroja ini ibu sama bapak”,

              Kisman dan Mawar memanggil Seroja yang sudah dekat di depan mata.

              Seroja pun menoleh, anak perempuan itu mengenali ibu dan bapaknya yang telah rela berkorban datang jauh-jauh dari alam yang sudah ia tinggalkan.

              “Ibu… bapak….”,

              Seroja pun berlari mendekat menyambut kedatangan Mawar dan Kisman.

              Mereka bertiga bertemu kembali.

              Kisman dan Mawar bersimpuh, berdiri tegak di atas lulut mereka untuk menyamakan tinggi dengan purtinya yang kembali bisa mereka temui lagi.

              Mereka hanyut dalam peluk dan cium penuh kerinduan.

              “Sayang kamu apa kabar?”,

              “Maafkan bapak dan ibu ya”,

              Dalam dekapan ayah dan ibunya Seroja hanya bisa menangis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

              Banjir air mata dan isakan tangis yang sungguh pilu.

              Namun itu tidak berlangsung lama. Seroja menutupnya dengan senyum dan bahagia.

              “Kenapa ibu dan bapak tidak pernah datang kemari?”,

              “Ayo kita jalan-jalan”,

              “Aku akan menunjukkan tempat ini kepada bapak dan ibu”,

              Seroja mengajak Kisman dan Mawar berkeliling tempat itu.

              “Sebentar”, kata Mawar.

              “Lihat yang ibu bawa”,

              “Itu jepit rambut punyaku”, Seroja begitu senang.

              “Biar ibu yang pakaikan”,

              Seroja menarik tangan Kisman dan Mawar. Mereka bertiga berjalan bergandengan dengan begitu romantis.

              Seroja dengan semangat menjelaskan kepada bapak dan ibunya tempat dimana ia tinggal saat ini. Anak perempuan itu membawa Mawar dan Kisman jalan-jalan ke tempat-tempat menakjubkan yang ada di sana.

              “Lihat lah bu, pak”,

              “Di sana ada pohon yang buahnya manis sekali”,

              “Ayo kita ke sana”, ajak Seroja.

              “Tapi nak”, kata Kisman.

              “Tidak usah takut ayo”, ajak Seroja.

              Bagaimana Kisman dan Mawar tidak takut? Pohon yang dimaksud oleh anaknya berada di tengah-tengah danau yang luas.

              Tapi sontak mereka jadi membisu diam berjuta kata setelah melihat Seroja dengan santainya berjalan di atas air danau yang tenang itu. Tidak habis dipikir nalar oleh Kisman dan Mawar.

              “Ayo pak, bu, tidak usah takut”,

              “Tidak akan tenggelam, lihatlah aku”, ajak Seroja.

              Kisman dan Mawar menuruti permintaan anaknya dan benar mereka pun bisa berjalan di atas air danau yang sangat bening itu.

              Sampailah Seroja, Mawar, dan Kisman di pohon yang berada di tengah danau.

              Pohon yang pendek itu berbuah lebat. Buahnya bulat seperti pir tapi warnanya lebih pucat.

              Ketiganya bisa memetik buah itu dengan mudah lalu memakannya.

              “Bagaimana rasanya ibu? Manis kan?”, tanya Seroja.

              “Rasanya manis semanis madu”, jawab Mawar.

              “Buahnya berair seperti susu”, kata Kisman.

              Setelah memakan satu buah yang langsung berhasil membuat mereka kenyang. Seroja, Mawar, dan Kisman kembali berjalan bersama menyeberangi danau untuk ke padang rumput.

              “Kita mau kemana lagi sayang?”, tanya Mawar kepada Seroja.

              “Aku akan mengajak ibu dan bapak ke tempat yang paling indah yang ada di sini”, kata Seroja.

              “Apa itu?”, tiba-tiba Kisman bertanya dengan nada yang ketakutan.

              Kisman tidak sengaja melihat ada sesuatu yang berenang di bawah mereka. Danau itu begitu bening.

              “Tidak usah khawatir bapak”,

              “Dia adalah ikan monster penunggu danau ini”,

              “Dia baik, dia tidak akan mengganggu kita”, terang Seroja.

              Ikan monster sebesar paus biru berenang di bawah kaki Kisman, Mawar, dan Seroja.

*

              Ketika mereka sampai di padang rumput setelah menyeberang danau yang kini tertinggal di belakang mereka.

              Tiba-tiba terjadi sesuatu yang begitu mengejutkan Kisman dan Mawar.

              Tiba-tiba tempat itu berubah menjadi gelap seluruhnya.

              Sekarang mereka terjebak di dalam ruang kosong yang gelap gulita.

              Kisman dan Mawar sama sekali tidak tahu-menahu. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

              Tiba-tiba muncul sosok yang mereka kenali.

              Ia adalah Tanse sosok kakek pemilik rumah di dalam hutan yang mereka datangi.

              Orang sakti itu mendekat kepada pasangan Kisman dan Mawar.

              “Waktunya sudah habis”, kata Tanse.

              Kalimat itu benar-benar membunuh jiwa Mawar dan Kisman. Ibu dan bapak itu baru lah sebentar bertemu melepas rindu kepada Seroja.

              “Sekarang pejamkan mata kalian”, perintah Tanse.

              Di hadapan Kisman dan Mawar orang sakti itu memegang pundak mereka.

*

              “Sekarang buka mata kalian”,

              Kisman dan Mawar membuka mata.

              Sekarang mereka telah kembali ke tempat semula. Di dalam kamar kosong duduk bersila di atas tikar yang terbuat dari anyaman bambu.

              “Sudah”,

              “Sudah selesai”,

              “Kalian sudah bertemu dengan anak kalian seperti apa yang telah aku janjikan”, ucap Tanse yang duduk di hadapan mereka.

             “Bagaimana?”

              “Apa kalian lelah?”,

              “Demikian juga aku”,

              “Sebaiknya kita melanjutkan berbincang di ruang tamu saja sambil makan pisang”, kata Tanse kepada Kisman dan Mawar yang masih diam semenjak mereka kembali.

              “Kek, maaf”, Mawar ingin bicara.

              “Apa kami tidak bisa lebih lama lagi bertemu dengan anak kami?”, pinta Mawar.

              “Kalian bisa datang lagi di lain hari”, jawab Tanse.

               Mawar merasa belum puas bertemu dengan Seroja dan ingin lebih berlama-lama lagi.

              Tapi Kisman lebih gila lagi.

              “Kek”,

              “Aku mau anakku hidup lagi”,

              Kata-kata yang keluar dari mulut Kisman barusan membuat Mawar terguncang. Begitu juga dengan Kisman yang memintanya.

              Tapi bagi Tanse kalimat itu adalah permintaan yang sangat diharapkan olehnya.

              “Apa kamu yakin?”, tanya Tanse menyambung harapan.

              “Aku yakin, tapi apakah bisa seperti itu kek?”, tanya Kisman.

              “Tentu saja aku bisa mengabulkannya”,

              “Tidak ada yang tidak bisa aku lakukan”,

              “Tuhan saja aku bantah dan aku ingkari”, jawab Tanse meyakinkan.

              “Tapi untuk menghidupkan anakmu kembali ada mahar yang jauh lebih mahal”,

              “Dan resikonya anakmu tidak lah seperti dulu lagi”,

              “Apa kalian bersedia dan mau”, tanya Tanse.

              “Kami bersedia kek”, jawab Mawar mendahului.

              “Kami bersedia kek”, Kisman mengamini.

1
Vermeer
luar biasa
Vermeer
penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!