Aulia, gadis sederhana yang baru saja bekerja sebagai office girl di kantor megah milik CEO ternama yang dikenal kaku dan sulit didekati, tiba-tiba menjadi pesuruh pribadinya hanya karena kopi buatan Aulia.
Hayalannya menjadi karyawan yang baik dan tenang hancur seketika akibat bosnya yang tukang suruh-suruh hal yang tidak-tidak semakin membuatnya jengkel.
Sifatnya yang ceria dan kelewat batas menjadi bulan-bulanan bosnya. Akankah ia mampu bertahan demi uang yang berlimpah? Atau...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kena Apes Mulu
Aulia menoleh kaget. "EH, JANGAN FITNAH, WOY!"
"Ya tapi kan kamu yang tadi bilang 'kasian juga ya'!" balas Fuji panik.
"Ya itu kan cuma koment—"
Aldiano menghela napas dan mengangkat tangan. "Cukup."
Ruangan langsung sunyi.
"Kalau kalian punya waktu untuk bergosip, berarti pekerjaan kalian sudah selesai, bukan?" Ujar Aldiano dengan ekspresinya yang tetap datar.
Mereka semua saling lirik.
"Eh… belum, Pak…" jawab Sari pelan.
"Kalau begitu, lanjutkan."
Tanpa perlu diperintah dua kali, Fuji, Rani, dan Sari langsung bergerak super cepat kembali bekerja seolah hidup mereka bergantung padanya.
Sedangkan Aulia masih berdiri di tempat, belum sempat kabur.
Aldiano menatapnya sebentar. "Kamu ikut aku."
"Saya, Pak?" Tanya Aulia sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Ya, kamu."
Aulia ingin protes, tapi tatapan Aldiano begitu menusuk. Dengan pasrah, dia menyeret langkahnya mengikuti bosnya keluar ruangan.
'Sial mulu kayaknya.' batin Aulia memelas.
Begitu pintu tertutup, Fuji langsung menoleh ke Rani dan Sari. "Aku nggak tahu harus kasihan atau bangga sama Aulia sekarang."
"Ya, setidaknya dia bisa membuktikan apakah teori kita tadi benar atau tidak," bisik Rani sambil menahan tawa.
Sementara itu, Sari hanya bisa berdoa agar Aulia tidak dipecat secara tragis.
...****************...
Aulia berjalan mengikuti Aldiano menuju ruangannya dengan langkah berat. Perasaannya campur aduk antara gugup, takut, dan ingin tertawa mengingat betapa absurd situasi ini.
Gara-gara gosip bodoh, aku malah dipanggil ke ruangan bos. Sungguh nasib.
Setibanya di depan pintu, Aldiano membukanya tanpa banyak bicara, lalu melangkah masuk. Aulia menelan ludah dan mengikutinya dengan hati-hati.
Begitu pintu tertutup, suasana ruangan yang dingin dan luas membuat Aulia semakin tegang.
Aldiano berjalan ke belakang mejanya dan duduk dengan gerakan tenang, lalu menatap Aulia yang masih berdiri kaku di depan pintu.
"Kenapa diam?" tanyanya.
Aulia buru-buru mengatupkan mulutnya yang sedari tadi tak sengaja sedikit terbuka.
"Eh, nggak, Pak. Saya cuma… lagi meresapi suasana."
Aldiano menaikkan sebelah alis. "Meresapi suasana?"
"Iya, suasana ruangan ini. Dingin banget, kayak suasana pemakaman." Balas Aulia sambil mengangguk-anggukkan kepalanya mencoba bersikap santai.
Aldiano menatapnya tanpa ekspresi, sementara Aulia baru sadar barusan dia barusan menyamakan ruangan bosnya dengan kuburan.
'Mampus sudah, kenapa mulut aku nggak bisa dikontrol?!' runtuknya dalam hati.
"Apa yang tadi kalian bicarakan di ruangan tadi?" Aldiano bertanya tanpa basa-basi.
Aulia meneguk ludah, mencoba mencari jawaban aman.
"Eh… tadi itu… cuma ngobrol biasa, Pak."
"Ngobrol biasa?" Aldiano menyandarkan punggungnya ke kursi. "Tentang aku yang katanya dingin, kaku, dan impoten?"
'Alamak, dia denger semuanya lagi.'
"Eh! Saya nggak bilang Bapak impoten! Itu Fuji! Saya cuma… ya… mendengar." Jawab Aulia sambil buru-buru menggeleng.
Aldiano menyipitkan mata. "Tapi kamu tidak menyangkal, kan?"
Aulia tersenyum kaku.
"Hehe… eh… saya sih netral, Pak. Netral banget. Saya nggak ikut beropini."
Aldiano menatapnya lama, lalu mendekatkan tubuhnya ke meja, menumpukan kedua sikunya.
"Kamu tahu?" katanya pelan. "Biasanya, kalau ada karyawan yang menyebarkan gosip tidak benar tentang atasan, mereka bisa mendapat peringatan resmi. Atau, dalam beberapa kasus, dipecat."
"PE—APA?!"
Aulia langsung panik.
"Eh Pak! Jangan gitu dong. Ini cuma gosip, nggak ada niat jahat! Lagian, Bapak kan tau sendiri, gosip di kantor itu hal yang wajar!"
Aldiano masih menatapnya datar. "Oh ya?"
"Iya, Pak! Demi Tuhan, saya nggak punya niat buat ngejelekin Bapak!" Aulia buru-buru bersumpah.
"Lagian, saya juga nggak percaya gosip itu kok. Masa seorang CEO sekeren Bapak dibilang… ya, gitu." Lanjutnya berbicara asal.
Aldiano mengetuk-ngetukkan jarinya di meja, seolah mempertimbangkan sesuatu.
"Baiklah. Aku akan melupakan pembicaraan tadi dengan satu syarat."
.
.
.
Next👉🏻
Dalam dunia kerja, tidak ada adaptasi dengan dikasih waktu berkeliling. Perusahaan manapun waktu adalah uang, dan mereka tidak mau yang namanya rugi.
kalo diterima itu artinya sudah siap langsung bekerja. perkara tidak tahu, biasanya diminta untuk bertanya pada senior/pegawai yang sudah lama bekerja. itu logik bukan hujatan ya.
Tolong riset dulu ya biar logik ceritanya
dibandingkan temui, pilih kata 'menghadap' karena ini lingkungan kerja. Ada SOP jelas yang harus diperhatikan dan ditaati pegawai.
"Silahkan langsung menuju lantai lima belas. Kamu menghadap ke Pak Edwin bagian HRD," jawabnya bla bla
"Permisi. Saya Aulia, Office Girl yang baru. Mau lapor dulu nih, biar dibilang rajin," ujarnya