Seorang gadis korban pemerkosaan sampai hamil sehingga dia mau tidak mau harus menikah dengan pria yang sudah beristri karena bayi yang dikandungnya membutuhkan sosok seorang ayah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Bagaimanapun juga Meera adalah tetap istri pertamanya yang harus diprioritaskan. Meera yang sudah menemani nya selama hampir dua puluh tahun setelah pernikahan mereka.
Meera adalah cinta pertama nya itu yang Nando ingat. Namun Nando telah melupakan wanita yang sangat dia cintai dulu.
Walaupun sang ayah menentang nya. Nando benar benar melupakan Alisha bahkan sampai wanita itu meninggal dunia
"Terima kasih Mas, aku sangat mencintaimu." Ucap Meera.
Nando tersenyum lalu mencium bibir Meera, mereka berciuman cukup lama, beberapa hari ini mereka belum memadu kasih.
Bahkan Nando juga merindukan Meera. Nando mengunci pintu dan melanjutkan apa yang harus dilakukan oleh pasangan suami istri.
*
**
Mahira melipat baju bayi yang tadi dibelikan oleh Nando suami nya.
Hatinya sangat senang karena Nando sudah mau menerima bayi kembar nya.
"Nak, cepet lah keluar! Mommy tidak sabar untuk bermain dengan kalian. Hidup mommy akan jauh berwarna jika ada kalian. Mommy sayang kalian."
Setelah melipat baju baju itu, lalu ia segera merebahkan diri di ranjangnya dan dia terlelap di sore ini
Langit sore mulai nampak orange, mata Mahira terbuka lalu terkejut karena dirinya ketiduran sampai sore.
Dia bergegas mandi. Saat akan melangkah ke kamar mandi, kaki Mahira terpeleset. Mahira berusaha menahan berat tubuhnya agar tidak terjatuh. Dengan benturan yang pelan namun tetap saja kakinya terkilir.
Mahira berusaha untuk bangun, Namun kakinya sangat sakit.
Mahira mencoba merangkak walaupun kesakitan, ia mencoba menelpon Nando namun tidak di angkat. akhirnya dia mencoba untuk mengirimkan pesan.
[Mahira :Mas Nando, kaki saya terkilir]
[Mahira. :Saya terjatuh di kamar mandi]
Meera yang mendengar pesan masuk di ponsel Nando, langsung membuka nya dan segera menghapus nya dari riwayat panggilan dan chat dari Mahira.
Setelah itu Meera mematikan ponsel suaminya. Meera memandang Nando yang ketiduran setelah melakukan ritual suami istri.
"Aku sudah memperingatkan mu, Ra, sekarang aku sudah tidak perduli lagi dengan kondisi mu " .
Meera melanjutkan tidur nya bersama Nando, ia memeluk erat sang suami.
Di sisi lain Mahira tidak bisa berdiri. Akhirnya dengan terpaksa Mahira menelpon Dokter Evan. Hanya dokter tampan itu yang bisa ia mintai pertolongan. Dalam deringan pertama Dokter Evan langsung mengangkat panggilan dari Mahira.
"Dokter saya terjatuh..."
"Apa? Kamu dimana? Mana suami mu?
"Dia...."
"Saya akan segera ke apartemen mu" Mahira belum menyelesaikan ucapannya langsung di potong Dokter Evan untuk memberitahu kalau dia akan segera meluncur ke apartemen Mahira.
*
**
Dokter Evan memperhatikan wajah Mahira, ia menghela nafas. Untungnya kandungan Mahira tidak apa-apa. Hanya kaki Mahira yang terkilir.
"Maaf jika aku merepotkan Dokter." Ucap Mahira yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan infus yang menempel.
Dokter Evan tersenyum. Harusnya Dokter Evan sudah pulang. Namun ia merelakan lembur hanya untuk Mahira saja
Dokter Evan membaca buku catatan kontrol milik Mahira, Mahira sudah berganti dokter.
Dokter Evan sedikit khawatir karena sedari hamil muda dokter Evan yang menangani kehamilan Mahira.
Sehingga Dokter Evan tahu kondisi fisik Mahira yang tak menentu.
"Dokter tidak mengurus pasien lain?" Tanya Mahira.
"Tidak, seharusnya saya sudah waktunya pulang, tapi tidak masalah jika harus lembur menangani kamu." Jawab Dokter Evan sambil tersenyum.
"Ra, beberapa hari sebelum melahirkan kamu harus berada di sini. Kamu harus terus mengontrol kandungan mu."
Mahira mengangguk paham, tapi sebelumnya sudah mencoba menelpon Nando namun tidak di angkat lalu mencoba menelpon Meera juga nggak diangkat..
Mahira menduga jika mereka mungkin tidak ingin diganggu. Apalagi Meera sudah memperingatkan agar Mahira tidak mendekati Nando.
"Ra, usia kamu masih 20 tahun, kamu masih cantik, kamu juga wanita tangguh. Jadi sangat di sayangkan jika hanya menjadi istri kedua." ucap dokter Evan dengan lirih.
"Saya siap untuk menjadi ayah dari bayi kembar mu. Jika suatu saat terjadi apa apa saya siap untuk menghidupi kalian." Sambung Dokter Evan.
Hanya helaan nafas berat yang keluar dari mulut Mahira. Mahira sangat tahu jika dokter Evan punya niat baik.
"Dokter Evan adalah Dokter yang hebat, juga masih muda sangat disayang kan sekali jika mendapatkan janda seperti saya nanti nya. Apalagi sudah memiliki dua anak. Dokter Evan bisa mencari pasangan yang setara dengan dokter. Saya hanya lulusan SMA. Kerja saya dulu juga cuma OG , seharusnya memang tidak pantas untuk bersanding dengan Mas Nando maupun dengan Dokter." Jawab Mahira sembari memainkan jari jemarinya..
Dokter Evan langsung menggeleng. Dokter Evan mencoba menggenggam tangan Mahira namun Mahira segera melepaskan. Hati Mahira sudah terpatri pada Nando walaupun pada akhirnya nanti akan berpisah.
Dokter Evan menghela nafas panjang, ia lalu melonggarkan kerah bajunya yang sedari tadi seolah mencekik nya
Dokter Evan tahu kalau hari Mahira itu sekeras batu.
"Biasanya Korban p\*\*\*\*\*\*\*n akan membenci pelakunya bahkan trauma dengan pelaku nya, tapi kenapa kamu tidak Ra?"
"Rasa trauma harus saya lawan demi anak anak saya , jika demi menuruti ego saya maka yang akan menjadi korban adalah anak anak saya. Yang akan terlantar.
Tunggu dulu! Seperti nya celotehan panjang lebar Dokter Evan yang bersedia untuk menjadi suami dan anak anaknya tak membuat Mahira paham.
Tak ingin berdebat, Dokter Evan tersenyum sambil duduk di sofa. Mahira sangat keras kepala membuat Dokter Evan harus menyusun rencana.
"Ehemm.... Ini tidak gratis, tidak ada seorang dokter yang menjaga pasien nya seperti ini. Kamu harus membayar." Ucap Dokter Evan cemberut.
"Saya tidak menyuruh Dokter Evan menjaga saya."
Dokter Evan menatap wajah Mahira. Dokter Evan melihat kalau gadis itu ketakutan. Ini kesempatan dokter Evan untuk memanfaatkan keadaan.
"Kamu harus bayar uang lembur saya." Tegas Dokter Evan.
"Saya tidak punya uang." Ucap Mahira yang mulai panik.
Dokter Evan berdiri lalu mendekati Mahira, wajah Mahira terlihat panik. Sangat lucu. Dokter Evan terpukau . Siapa yang tidak menyukai Blesteran seperti Mahira? Hanya orang bodoh yang menyia-nyiakan gadis cantik seperti Mahira.
"Bayar saja dengan hatimu!" Pinta Dokter Evan.
*
**
Pagi yang cerah, sinar mentari menyorot wajah tampan Nando. Nando merenggangkan tubuh nya. kemarin ia merasa mengantuk sekali.
Setelah meminum air putih yang diberikan Meera . Nando meraih ponselnya, ia mau mengecek riwayat pesan maupun panggilan. Ternyata tidak ada panggilan atau pesan dari Mahira.
"Kenapa tidak membangunkan ku? Aku melewatkan makan malam." Ucap Nando sambil bangun dari tempat tidurnya.
Nando segera mengambil handuk dan langsung pergi ke kamar mandi. Sementara Meera tersenyum kecut melihat nya.
Meera sudah memblokir nomor Mahira tentunya mereka tidak akan bisa saling menelpon atau mengirimkan pesan.
sakit hati ku baca nya...
semoga ending nya Mahira dgn laki² lain yg lebih menyayangi nya dgn tulus...
semangat Kaka.. karyamu bagus..