Elara tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah dirinya sadarkan diri. Tubuhnya yang terasa remuk dengan pakaian yang sudah berceceran di lantai.
"Apa yang terjadi padaku?"
Elara ingin sekali menyangkal apa yang terjadi pada dirinya, tapi keadaannya yang sudah menjelaskan semua apa yang tengah dia alami meskipun tidak tahu siapa yang tega melakukanya. Malam itu dunia Elara hancur saat kesuciannya di rampas oleh orang yang tidak dia tahu sama sekali.
Setelah lama dalama kesulitan bersama buah hatinya, tiba-tiba seseorang yang tidak dia kenal datang dan membuat kehidupannya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar baik
Elara dan Noah sudah bersiap untuk pergi ke rumah sakit, Elara tampak cantik dengan dress bermotif bunga dan rambutnya yang kepang satu, helaian anak rambutnya yang menjuntai membuat wajah Elara tampak semakin manis dan cantik, apalagi dengan bibir Elara yang seperti Cherry membuat Noah semakin menyukainya.
"Aku tidak tahu jika gadis malam itu begitu cantik dan manis seperti ini," Gumam Noah memandangi Elara dari atas sampai bawah.
Memang cantik itu butuh modal Mas?
Keduanya masuk kedalam mobil untuk menjenguk bayi mereka, Noah mengemudikan mobilnya sendiri karena Noah tidak ingin menggunakan sopir.
Elara hanya diam sambil menatap pemandangan jalan dari kaca jendela, wanita itu tampak enggan menatap Noah karena masih merasa canggung dan malu mengingat ciuman tadi pagi yang kembali berlanjut.
Saat makan pun Elara hanya diam, hanya bicara jika Noah bertanya.
Noah yang melihat Elara diam pun, berpikir keras. Tidak biasanya Noah diacuhkan oleh seorang wanita seperti ini, biasanya dirinya yang merasa enggan bicara dengan mereka, tapi ini entah kenapa dirinya seperti tidak menarik di mata Elara.
"Apa pemandangan di luar sana lebih indah?" ucap Noah yang melontarkan pertanyaan lebih dulu.
Elara pun menoleh kesamping, dan mengubah posisi duduknya agar lebih nyaman.
"Kenapa kau diam saja, apa kau tidak suka akan melihat bayi mu?" tanya Noah dengan alis terangkat satu.
Elara sontak menggeleng, membuat Noah kembali fokus ke jalan.
"Aku hanya tidak tahu ingin bicara apa, semua terlalu baru untukku," Lirih Elara sambil menunduk.
"Hey, kalau bicara jangan sambil menunduk!" Titah Noah yang kesal setiap kali melihat Elara yang menunjukkan wajahnya.
"Kau akan menjadi ibu yang kuat, kalau kau takut dan selalu menunduk, maka aku yakin anakmu tidak akan bangga punya ibu sepertimu,"
"Terutama saat menjadi nyonya Jhonson, itu tidak mudah Elara." Gumam Noah dalam hati.
Elara hanya bisa memalingkan wajahnya, tiba-tiba air matanya jatuh begitu saja.
Setelah tiga puluh menit, mobil Noah sampai diparkiran rumah sakit di mana bayi keduanya dirawat.
"Tunggu sebentar," ucap Noah saat Elara hendak membuka pintu mobil.
Elara pun urung karena tidak tahu apa yang akan dilakukan Noah, tapi saat pintu mobilnya terbuka Elara sempat tertegun melihat Noah membukakan pintu untuknya.
Dengan canggung Elara turun dari mobil, wanita itu menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga untuk mengurangi rasa gugupnya.
Noah megambil tangan Elara untuk di genggam, keduanya berjalan masuk kerumah sakit sambil bergandengan tangan.
Cekrek
Tanpa Noah sadari, seseorang sudah megambil fotonya beberapa kali.
"Kita bertemu dokter lebih dulu," Ucap Noah yang hanya di mendapat anggukan dari Elara.
Diruang dokter keduanya duduk berhadapan dengan seorang pria berjas putih, pria itu tersenyum menyambut kedatangan keduanya.
"Ada kabar apa tentang bayiku?" tanya Noah dengan tatapan datar pada dokter itu.
Elara sendiri sempat melirik wajah Noah yang datar tanpa ekspresi, berbeda saat tadi ketika mereka masih berdua.
"Sepertinya bayi anda akan keluar dari rumah sakit lebih cepat," Ucap sang dokter membuat keduanya diam menunggu penjelasan selanjutnya.
"Bayi menunjukan perkembangan yang begitu cepat, berat tubuhnya jauh lebih baik meskipun hanya sedikit pertambahannya, tapi itu cukup bagus karena si bayi memiliki semangat yang bagus untuk bertahan."
Elara tidak bisa membendung rasa harunya wanita itu sudah menjatuhkan air matanya.
Noah juga sama, rasa lega terasa jelas di hatinya, bayinya bertahan untuk melihat dunia yang indah ini, Noah pun meraih bahu Elara yang sedang menangis.
"Kau dengar putra kita sangat kuat, karena memiliki ibu yang kuat," bisik Noah.
Lagi-lagi Elara semakin terisak, "J-jadi bayiku laki-laki," lirih Elara seseggukan.
Elara memang belum tahu jenis kelamin bayinya, tapi mendengar dia laki-laki membuat Elara juga senang.
"Ya, kelak dia akan menjadi pria yang akan melindungi keluarga dan adik-adiknya."
Meskipun kata akhir ucapan Noah membuat Elara sedikit mengusik, tapi Elara memilih untuk diam.