NovelToon NovelToon
Istriku Berubah Setelah Hilang Ingatan

Istriku Berubah Setelah Hilang Ingatan

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / CEO Amnesia / Cinta Seiring Waktu / Gadis Amnesia / Pelakor jahat / Tamat
Popularitas:370.1k
Nilai: 5
Nama Author: Itha Sulfiana

Edward terkejut saat istrinya yang hilang ingatan tiba-tiba mengajukan gugatan cerai kepadanya.

Perempuan yang selama empat tahun ini selalu menjadikan Edward prioritas, kini berubah menjadi sosok yang benar-benar cuek terhadap apapun urusan Edward.

Perempuan itu bahkan tak peduli lagi meski Edward membawa mantan kekasihnya pulang ke rumah. Padahal, dulunya sang istri selalu mengancam akan bunuh diri jika Edward ketahuan sedang bersama mantan kekasihnya itu.

Semua kini terasa berbeda. Dan, Edward baru menyadari bahwa cintanya ternyata perlahan telah tumbuh terhadap sang istri ketika perempuan itu kini hampir lepas dari genggaman.

Kini, sanggupkah Edward mempertahankan sang istri ketika cinta masa kecil perempuan itu juga turut ikut campur dalam kehidupan mereka?

*Sedang dalam tahap revisi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yang kita lakukan

Silva membiarkan tubuh Edward terjatuh diatas tempat tidur miliknya. Sesaat, perempuan itu tampak bernapas lega karena berhasil memapah Edward yang tak bisa menyeimbangkan tubuhnya hingga ke ruangan tersebut.

"Tunggu sebentar ya, Sayang! Aku mandi dulu!" ucap Silva sembari mengusap lembut wajah Edward.

Pria itu tak mengatakan apa-apa. Matanya terpejam. Keningnya tampak mengernyit, seolah-olah terganggu saat tangan dingin Silva menyentuh wajahnya.

"Lepas!" ucap Edward tak suka ketika tangan Silva semakin bertambah nakal. Kini, telapak tangan itu sudah mengelus dada bidang milik Edward.

Silva pun reflek memindahkan telapak tangannya dari dada pria itu setelah mendengar bentakan dari Edward.

"Huh, sekarang kamu masih jual mahal, Ed. Tapi, nanti???" Silva tersenyum nakal.

Ia biarkan Edward berbaring diatas tempat tidurnya. Sementara, Silva sendiri segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Andai tak habis main golf dengan teman-teman sosialitanya, tentu Silva akan langsung menerkam Edward. Sayangnya, keringat dan bau badan Silva membuat perempuan itu merasa kurang nyaman dan takut membuat Edward tak puas dengannya.

selesai mandi, Silva keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk. Kemudian, handuk tersebut ia lemparkan ke sembarang arah saat melihat Edward yang tampak sudah tertidur pulas diatas kasurnya.

Sedikit tak sabaran, Silva langsung melompat ke atas tempat tidur dan langsung menindih tubuh Edward. Bibir milik pria itu ia cium agak lama.

"Edward," panggil Silva berbisik saat mata pria itu kembali terbuka.

"Nana?" lirih Edward.

Degh!

Hati Silva bagai disiram lava panas saat mendengar Edward malah menyebut nama Nana. Hampir saja dia marah besar, andai dia tak mengingat apa tujuannya.

Ya, Silva ingin membuat Edward dan Nana tak akan pernah kembali lagi seperti dulu. Silva ingin Edward dan Nana benar-benar bercerai dan menjadi musuh abadi di masa depan.

"Ya, ini aku... Nana. Apa kamu kangen aku, Ed?" timpal Silva berbohong.

Tiba-tiba, Edward memeluk tubuh Silva kemudian memutar tubuhnya sehingga tubuh Silva gantian berada dibawah.

"Ya, aku kangen kamu, Na," angguk Edward dengan mata berkaca-kaca. "Jangan pergi lagi, ya! Rumah ini nggak bisa hidup kalau nyawanya nggak ada, Na. Rumah ini rasanya sepi dan suram semenjak kamu pergi."

"Aku janji nggak akan kemana-mana lagi. Selamanya, aku akan selalu di sisi kamu, Ed."

"Janji?"

Silva tersenyum kemudian mengangguk. "Cium aku, Ed!" pintanya dengan nada menggoda.

Tanpa pikir panjang, dalam pengaruh alkohol yang berhasil mengacaukan pikirannya, Edward pun langsung mencium Silva secara membabi-buta dan penuh hasrat.

Sementara, Silva tentu saja dengan senang hati meladeni keinginan lelaki itu.

*

*

*

Pagi harinya, Edward terbangun dengan kepala yang terasa amat berat. Sambil memijit bagian tengkuk, ia berusaha bangun dan menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur.

"Argghhh!! Kepalaku sakit sekali," gumam Edward.

Ia masih belum fokus pada keadaan disekitarnya.

"Ed, sudah bangun!?"

Degh!

Suara serak seorang perempuan berhasil membuat Edward berubah jadi patung. Apa yang terjadi semalam? Kenapa dia dan Silva bisa berada dibawah selimut yang sama saat ini?

Parahnya lagi, Silva tidak mengenakan apapun. Ia hanya menutupi area dadanya dengan selimut tebal itu.

"Ed, kenapa diam saja? Kamu masih pusing, ya?" tanya Silva yang kini sedang menyandarkan kepalanya di lengan Edward.

"Silva!" Edward berusaha menjauhkan diri dari wanita itu. "Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanyanya.

"Kalau nggak di sini, terus aku mesti dimana, Ed? Ini kan kamarku."

"Hah? Benarkah?" tanya Edward kaget. Ia langsung memerhatikan sekitar dan akhirnya sadar bahwa Silva tidak sedang mengada-ada.

"Kamu kenapa kayak kaget gitu, Ed?" tanya Silva lagi.

"Silva, kenapa kamu nggak pakai apapun?" Edward justru balik bertanya.

Dan, wanita itu menanggapi pertanyaan Edward dengan senyuman malu-malu.

"Kamu lupa ya, kalau tadi malam kamu sendiri yang lepas semua pakaian aku?"

"A-apa?" Jelas, pria itu terlihat sangat terkejut. Reflek, Edward pun menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan mendapati kenyataan bahwa dirinya pun dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun.

"Silva, semalam kita ngapain?" tanya Edward sambil mencengkram kuat bahu Silva tanpa sadar.

"Apa lagi, Ed? Semalam, kita melalui malam yang sangat panas. Kamu bahkan nggak mau lepasin aku meski aku sudah bilang kalau aku udah lemas banget," jawab Silva sambil tersenyum malu-malu.

"Kita berhubungan badan?" tanya Edward lagi.

"Ya. Apalagi?" sahut Silva membenarkan.

Tubuh Edward serasa membeku. Tatapannya seketika berubah menjadi kosong.

Apa yang sudah dia lakukan? Dia mencoba untuk mengingat dengan benar.

Dan, sekelebat ingatan tentang dia yang melihat Nana kemudian mencium perempuan itu dengan ganas dan tak sabaran mulai melintas dalam kepalanya.

"Jadi, yang semalam itu... kamu?"

"Tentu saja. Memangnya, mau siapa lagi, Ed?"

Masalah besar baru saja datang menghampiri Edward. Takdir seolah-olah sangat menginginkan dia dan Nana untuk berpisah.

"Ed, kamu berharap kalau yang semalam itu, Nana?" tanya Silva dengan hati-hati.

Edward sontak memalingkan wajahnya. Dia tak menjawab apapun namun ekspresi wajahnya sudah sangat mewakili jawaban dari pertanyaan Silva.

"Kamu benar-benar berharap kalau aku adalah Nana, Ed?" tanya Silva dengan senyuman miring.

"Tolong rahasiakan semua ini dan anggap saja tak pernah terjadi, Sil! Dan, jangan lupa minum obat pencegah kehamilan, ya! Aku masih belum siap punya anak."

"Apa kamu menyesal karena aku bukan Nana, Ed?"

"Sudahlah!" Edward menghela tangannya ke udara. "Nggak usah bahas dia lagi!"

"Kenapa, hm? Apa tebakan aku benar? Kamu sudah mulai jatuh cinta sama..."

"Cukup, Silva!" bentak Edward jengah. "Sudah kubilang kalau aku nggak mau bahas soal Nana lagi!" lanjutnya penuh amarah.

"Maaf!"

Edward pun turun dari tempat tidur untuk memunguti pakaiannya. Ia tak menghiraukan Silva yang hendak menangis.

Ia hanya fokus mengenakan kembali pakaiannya meski tidak serapi biasanya.

"Silva, aku sudah transfer uang untuk kamu. Anggap saja, itu kompensasi atas perbuatan aku tadi malam. Aku benar-benar minta maaf, Sil!"

Setelah mengucapkan apa yang dirasa perlu diucapkan, Edward pun bergegas meninggalkan kamar Silva untuk menuju ke kamarnya sendiri.

"Apa Edward baru saja menyamakan aku dengan pelacur?" lirih Silva sambil tersenyum miring.

Setelah mengecek ponselnya dan memastikan bahwa Edward benar-benar mengirim uang untuknya, Silva pun langsung membanting ponsel miliknya dengan keras diatas tempat tidur.

"Pria sialan!" umpatnya kesal.

Di kamar yang lain, Edward yang baru saja masuk langsung mengunci pintunya rapat-rapat. Setelah itu, dia duduk di tepi ranjang sambil menjambak rambutnya sendiri.

"Arggh!! Bodoh kamu, Ed!" geram Edward marah-marah.

"Kenapa aku bisa meniduri Silva? Kenapa aku membuat masalah untuk diriku sendiri? Kalau sampai Nana tahu, dia pasti nggak akan pernah maafin aku lagi," lanjutnya dengan perasaan resah luar biasa.

1
Amriati Plg
Ending yang memuaskan puas baca nya
Amriati Plg
Cinta masa lalu yang tak sampai
Amriati Plg
Awas aja klo nanti nana luluh sama edward lagi n ngk jadi cerai
Sulati Cus
cerita yg bagus walaupun ada typo dikit
Memyr 67
𝗀𝗂𝗌𝖾𝗅𝗅𝖾 𝗅𝖺𝗀𝗂. 𝗌𝗂𝖺𝗉𝖺 𝗌𝗂𝗁 𝗀𝗂𝗌𝖾𝗅𝗅𝖾?
Memyr 67
𝖺𝗅𝗂𝗄𝖺 𝗂𝗇𝗀𝗂𝗇 𝗆𝖾𝗇𝗂𝗄𝖺𝗁𝗂 𝖽𝗒𝗅𝖺𝗇 𝖺𝗍𝖺𝗎 "𝗆𝖾𝗇𝗀𝗎𝗋𝖺𝗌" 𝗁𝖺𝗋𝗍𝖺 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝖽𝗒𝗅𝖺𝗇?
Memyr 67
𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝖺𝖽𝖺 𝗈𝖻𝖺𝗍. 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆𝗇𝗒𝖺 𝗌𝗎𝖽𝖺𝗁 𝗌𝖾𝗋𝗂𝗇𝗀 𝖽𝗂𝖻𝗈𝗁𝗈𝗇𝗀𝗂 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗌𝖾𝗅𝖺𝗅𝗎 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗅𝖺 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺 𝖽𝖺𝗇 𝗆𝖾𝗇𝗒𝖺𝗅𝖺𝗁𝗄𝖺𝗇 𝗇𝖺𝗇𝖺. 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖺𝗋𝖺𝗁 𝗆𝖺𝗋𝖺𝗁? 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝖺𝗐𝖾𝗍 𝖻𝖾𝗇𝖾𝗋 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽
Memyr 67
𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝖽𝖺𝗇𝗂 𝗆𝖺𝗋𝖺𝗁? 𝖽𝗂𝖺 𝖽𝖺𝗇 𝖺𝗇𝖺𝗄𝗇𝗒𝖺, 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀
Memyr 67
𝖼𝖾𝗐𝖾𝗄 𝗌𝖾𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺, 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗍𝖺𝗎 𝗄𝖾𝗅𝖾𝖻𝗂𝗁𝖺𝗇 𝖼𝖾𝗐𝖾𝗄 𝗅𝖺𝗂𝗇 𝖽𝗂𝖻𝖺𝗇𝖽𝗂𝗇𝗀𝗄𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺.
Memyr 67
𝗂𝗇𝗂 𝗅𝖺𝗀𝗂. 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗍𝗂𝖻𝖺 𝗍𝗂𝖻𝖺 𝗂𝗄𝗎𝗍?
Memyr 67
𝗌𝗂𝖺𝗉𝖺 𝗂𝗍𝗎 𝗀𝗂𝗌𝖾𝗅𝖾? 𝖺𝖽𝖺 𝗁𝗎𝖻𝗎𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗉𝖺 𝗀𝗂𝗌𝖾𝗅𝖾 𝖽𝖺𝗇 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽?
Memyr 67
𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗆𝖻𝗎𝗁 𝗌𝖾𝗆𝖻𝗎𝗁. 𝗂𝗇𝗀𝗂𝗇 𝗆𝖾𝗋𝖾𝖻𝗎𝗍 𝖼𝗂𝗇𝗍𝖺 𝗇𝖺𝗇𝖺, 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝖻𝖾𝗋𝗌𝗂𝗄𝖺𝗉 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗅𝖺 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺.
Memyr 67
𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗆𝖻𝗎𝗁 𝗌𝖾𝗆𝖻𝗎𝗁. 𝗎𝖺𝗇𝗀 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗂𝗍𝗎 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗇𝖺𝗇𝖺. 𝗍𝖺𝗇𝗉𝖺 𝖻𝖺𝗇𝗍𝗎𝖺𝗇 𝗎𝖺𝗇𝗀 𝗍𝗋𝗂𝗅𝗂𝗎𝗇𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗇𝖺𝗇𝖺, 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗂𝗍𝗎 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗆𝗂𝗌𝗄𝗂𝗇.
Memyr 67
𝗌𝖾𝗍𝗎𝗃𝗎 𝖺𝗄𝗎, 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗌𝖾𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝖽𝗂𝗍𝗎𝗋𝗎𝗇𝗄𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗉𝗈𝗌𝗂𝗌𝗂 𝗍𝖾𝗋𝗍𝗂𝗇𝗀𝗀𝗂 𝖽𝗂 𝗉𝖾𝗋𝗎𝗌𝖺𝗁𝖺𝖺𝗇.
Memyr 67
𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝖻𝖺𝗋𝗎 𝗌𝖺𝖽𝖺𝗋 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖽𝗂𝖺 𝖻𝗈𝖿𝗈𝗁?
Memyr 67
𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗆𝖾𝗇𝗀𝖺𝗄𝗎𝗂 𝗇𝖺𝗇𝖺 𝗒𝗀 𝗍𝖾𝗋𝗁𝖾𝖻𝖺𝗍, 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖾𝗋𝖼𝗂𝗇𝗍𝖺? 𝖻𝖾𝗇𝖾𝗋𝖺𝗇 𝗆𝗈𝖽𝖾𝗅 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀
Memyr 67
𝖻𝖺𝗇𝗒𝖺𝗄 𝗍𝗈𝗄𝗈𝗁 𝗍𝗈𝗄𝗈𝗁 𝗒𝗀 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝖽𝗂 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺 𝗂𝗇𝗂 𝗒𝖺? 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽, 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀, 𝗒𝖺𝗇𝖺, 𝖼𝖾𝗐𝖾𝗄 𝗁𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀, 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗇𝖺𝗇𝗍𝗂 𝗆𝖺𝗌𝗂𝗁 𝖺𝖽𝖺 𝗒𝗀 𝗅𝖺𝗂𝗇𝗇𝗒𝖺?
Memyr 67
𝗌𝗂𝖺𝗅 𝖻𝖾𝗇𝖾𝗋 𝗇𝖺𝗇𝖺. 𝗆𝖾𝗇𝗂𝗄𝖺𝗁𝗂 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗌𝖾𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽. 𝖼𝗎𝗆𝖺 𝗄𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝗆𝖺𝗌𝖺 𝗅𝖺𝗅𝗎, 𝗆𝖾𝗆𝖻𝗎𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖾𝗋𝗅𝗂𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗇 𝗆𝖾𝗋𝖺𝗐𝖺𝗍 𝖻𝖺𝗍𝗎 𝗄𝖺𝗅𝗂.
Evy
Dapat ATM zonk...emang enak?
Evy
Teman yang tidak tahu diri memang harus digituin...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!