LF: License to Fight
Dia memang seorang pria biasa, dia juga hanyalah pria yang ingin bebas dari pekerjaan penting nya. Apapun segala hal yang dia lakukan adalah hal yang nyata. Tanpa tugas, tanpa izin, dia bisa menjadi apapun.
Sepenuhnya menceritakan seorang Samuel yang bernama asli Ah-Duken. Dia hanyalah Pria yang harus menangani berbagai kasus yang tidak masuk akal, jika kasus nya tidak masuk akal, maka pekerjaan nya semakin tidak masuk akal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9 Pria Baik
Hari esoknya Ghaniya terbangun di bangku sendirian.
"Dimana pria itu....?" ia melihat sekitar.
Lalu melihat di jendela dan terkejut tak percaya. Karena di tempat salju lebat itu ada batu batu yang tersusun membentuk SOS yang sangat besar dan tebal. "I-itu... Apa dia?!" dia menjadi terdiam kaku. Lalu Samuel mendekat padanya dengan masih telanjang dada. "Kau sudah bangun huh?"
Lalu Ghaniya menoleh. "K-kau yang membuat itu?!"
"Yah.... Memangnya aku kemarin ngapain sampe malam?"
"Benar benar hebat... Sangat hebat."
"Yah... Terima kasih... Ngomong ngomong tim penyelamat akan datang sekitar beberapa menit lagi," kata Samuel.
"Benar kah... Benar kah itu?" Ghaniya menjadi senang.
"Ya... Sebelumnya kau bertanya apa kita akan mati di sini bukan?"
"Um... Yeah."
"Seharusnya kau bilang tolonglah aku."
"Apa...? Apa maksudmu?" Ghaniya menjadi bingung.
Lalu Samuel menunjukan kartu Identitas nya seketika dia terkejut tak percaya. "K-kau... Polisi pelacak... Dan.... Agen pemecah masalah.... Jadi, ini... Sebabnya dia seperti dari militer, fisik yang kuat dan tahan terhadap kematian seperti ini... Mungkin jika diriku bisa selamat, aku mengatakan bahwa aku beruntung tapi pria ini, dia sudah di takdirkan kuat melawan kematian, tak ada kata kebetulan membantu nya masih hidup... Rupanya dia memang orang yang penting."
"Jika kau mengatakan tolong padaku dari awal... Aku akan membantumu.... Jangan khawatir."
"Membantu apa.... Kau sudah membantu kita bukan untuk keluar dari sini... Meskipun aku belum tahu aku harus apa nantinya."
"Aku akan membantu kehidupanmu," kata Samuel.
"Apa maksudmu?" Ghaniya terdiam bingung tapi ia menjadi terkaku dan rupanya tangan Samuel tadi membawa panah bius di tancapkan ke leher Ghaniya.
Ghaniya menjadi terdiam dan seketika terjatuh tidur.
"Maaf yah... Aku harus melakukan ini..." Samuel membuang panah itu lalu menggendong wanita patah kaki itu keluar. Terlihat helikopter penyelamat sudah datang mendarat di sana dan menyelamat kan dia.
--
Nampak Ghaniya terbangun di ranjang rumah sakit.
"Oh kau sudah bangun," seorang perawat wanita menatap di samping ranjangnya.
"Kenapa aku... Ada di sini?" Ghaniya terbangun.
"Seorang pria membawamu kemari, dia juga menitipkan ini padaku supaya di berikan padamu," perawat itu memberikan kotak berwarna merah muda.
Clara terdiam bingung lalu membuka kotak itu. Di sana ada sebuah surat lalu dia membacanya.
"Aku dari pria yang kau anggap bejat... Jangan khawatir nona manis... Aku sudah membelimu langsung dari pamanmu, kau sudah bebas dari dia. Di kotak ini ada kertas asuransi kehidupan untukmu, surat rumah dan kebutuhan atap hidup dan juga ada kartu bank yang sudah aku isi di sana. Kau bisa menjalani kehidupan baru selagi kau masih perawan," kata surat itu. Seketika Ghaniya menangis.
"Kau baik baik saja?" wanita perawat di sampingnya terkejut panik.
"Dari awal kehidupanku sangat lah kacau, aku bahkan tak sempat memikirkan ada lelaki yang menyentuhku atau tidak, yang aku pikirkan aku takut saat aku sudah sampai di Las Vegas dan di sana aku akan menjadi pelacur. Aku tak bilang pada pria itu kalau aku akan menjadi pelacur... Tapi ia benar benar sangat hebat, jika dia tahu aku lebih awal... Dia benar benar menyembunyikan keterampilan nya padaku... Apa saat pesawat terbang itu dia sengaja menyelamatkan ku.... Karena yang tersisa hanyalah aku dan dia.. Ini memang sangat aneh, tapi aku benar benar beruntung di tolong oleh pria sepertinya."
"Terima kasih... Pria Baik."
Dia benar benar sangat senang dan berterima kasih pada Samuel seumur hidup. "Aku akan mencari tahu, siapa Pria Baik itu... Kenapa dia benar benar memiliki jiwa yang keren dan malaikat, sangat baikkkk."
Sebelumnya, ketika pesawat helikopter penyelamat datang, ada beberapa orang turun dan berjalan ke Samuel yang membawa Ghaniya yang seluruh tubuhnya tertutup selimut, dia membawa Ghaniya di dada dan dia sendiri masih telanjang dada dengan celana panjang yang ia pakai.
Mereka mengambil Ghaniya lalu berlari memasukan wanita itu di helikopter duluan dan salah satu dari mereka memberikan selimut kering pada Samuel yang mengambilnya dan memakainya.
"Tuan, bisa tunjukan kartu mu?" salah satu orang mengulur tangan.
Samuel terdiam. "Astaga, kartu apa, ini kondisi kematian kenapa harus basa basi?"
"Hanya kartu Identitas, kami memastikan anda bukan pembajak karena di ketahui pesawat ini ada orang yang akan membajak."
"Ck, aku tak peduli, jika kau melihat kartu ku, awas saja kalau masih berani minta apa apa," Samuel merogoh sakunya dan memberikan kartu nya.
Pria itu menerima nya dan seketika terkejut tak percaya melihat kartu penting itu. Dia bahkan memastikan melalui wajah Samuel dan benar saja, dia langsung menundukan wajah.
"Maafkan aku, silahkan lewat sini, dan oh, kami menerima laporan dari pihak kepolisian internasional di kota united, bahwa anda disewa untuk seminggu ke depan," kata orang itu sambil berjalan mengikuti Samuel.
Tapi Samuel terdiam mendengar hal itu. "Buat apa polisi menyewa dari aku, bukankah menyewa ku bisa dari atasan saja?"
"Kami malah bertanya tanya, anda bisa di sewa langsung untuk membantu kepolisian..." balas pria itu membuat Samuel menghela napas panjang dan mengangguk saja.
--
Ketika sudah sampai di tujuan, yakni Amerika Serikat.
Samuel memakai pakaian yang rapi seperti pria dengan baju tuksedo nya tanpa dasi.
Dia melihat kotak merah muda di meja rumahnya, juga dia sedang menatap dirinya di kaca.
"Kenapa sih aku tampan sekali, aku juga berani sekali... Tapi pastinya, jika mengaitkan masa lalu, aku tak berani...." gumam nya dengan sombong sendiri. Lalu mengambil kotak itu dan berjalan keluar.
Rupanya dia pergi ke rumah sakit dan menuju ke ruang resepsionis. "Ada yang bisa di bantu, Tuan?" seorang wanita menyambut nya.
"Aku mencari pasien bernama Ghaniya," tatap Samuel.
"Ada di ruang 3, tapi, dia belum bangun."
"Oh, itu bagus.... Terima kasih," Samuel berjalan pergi membuat wanita itu terdiam.
Lalu Samuel membuka ruangan milik Ghaniya dan melihat Ghaniya terbaring, dia lalu meletakan kotak itu di samping nya dan di saat itu juga ada perawat yang kebetulan mengecek.
"Oh, maaf mengganggu," perawat itu menatap.
"Tidak, tidak, kau tidak mengganggu, aku hanya ingin berpesan, jika dia bangun nanti, tolong beritahu bahwa kotak ini dari ku, aku pamit dan tak perlu mencari ku, aku hanya membantunya," kata Samuel.
Perawat itu terdiam, tapi ia tersenyum dan mengangguk. Dan begitulah bagaimana Samuel membantu Ghaniya. Padahal hanya wanita biasa.
Setelah itu dia pergi ke kantor polisi dengan jabatan internasional kota united. Dia bertemu seseorang. "Tuan Samuel, senang bertemu dengan mu," kata orang itu yang mengulur tangan dan Samuel juga menerima jabatan tangan nya.
"Mulai kedepan, jika kami memanggil anda, anda bisa datang membantu, begitupun jika anda ingin mengajukan diri untuk membantu... Kami siap menerima anda dan memberikan bayaran yang setimpal," kata pria itu.
Lalu Samuel mengangguk. "Tentu, aku akan lakukan..."
Tapi mendadak ponselnya berbunyi membuatnya melihat bahwa itu dari Erick. Sebelum mengangkat nya, dia menatap pria tadi. "Permisi, aku akan pergi jangan khawatir, aku akan membantu kalian," kata Samuel lalu pria itu mengangguk. Samuel bisa pergi sambil mengangkat panggilan itu.
Lalu Erick berbicara duluan. "Kawan, kau sudah pulang?"
"Yah, begitulah, sekali lagi, misi yang lancar untuk ku."
"Hahah bagus, ngomong ngomong aku ingin memberitahu mu bahwa nanti malam akan ada film spiderman yang di tayangkan secara live," kata Erick.
Seketika Samuel tersenyum senang. "Hahaha.... Kau memang teman sejatiku, baiklah, terima kasih pemberitahuan nya, aku akan stay di rumah malam ini..." balas Samuel, sebegitunya kah pria ini suka pada Marvel.
Hingga pada malam hari, Samuel langsung duduk di sofa dan menyalakan televisi. "Hahaha...." dia tertawa senang sambil memakan popcorn yang ia buat sendiri.
Dia menikmati melihat film dengan tokoh kesukaan nya. Ketika saat ada momen momen penting nya dimana ada adegan pertarungan yang menentukan kemenangan. Mendadak saja, film live itu tergantikan oleh berita live yang tiba tiba saja muncul membuat Samuel terkejut kaku.
"Sial!!! Apa itu!!" dia kesal.
Dia melihat berita itu adalah berita pencuri yang kabur dengan mobilnya dengan banyak mobil yang mengejar nya.
"Kenapa bisa ada berita buronan sedang di kejar polisi di tv?!" Samuel mulai memasang wajah kehilangan minat dan kesal.
Tapi dia melihat ke arah jalan yang di kenalinya tepatnya di jalan yang melewati rumah nya yang sama seperti di berita televisi.
Lalu dia keluar dari rumah dengan membawa ponselnya, dia juga mendengar suara sirene dari jauh yang artinya, polisi polisi tadi mengejar nya akan melewati jalan di rumah Samuel.
Rupanya dia menuju ke mobilnya sambil menghubungi kantor pusat polisi. "Halo, aku ingin minta lembur, aku ingin menangkap buronan yang ada di televisi itu...." kata Samuel. Seketika dia menyalakan mobilnya dan mengundurkan mobilnya hingga menghalangi jalan dan di saat itu juga. Dari arah jalan nya, rupanya memang benar ada mobil buronan itu dan Samuel segera menodongkan pistol tembak pada mobil itu dan memaksa buronan untuk keluar.
Dan yang benar saja, buronan itu keluar dari mobil dengan mengangkat tangan nya, dia juga berlutut menyerah dan Samuel telah membantu menangkap buronan itu, wajahnya sangat tenang, lalu kembali memasukan mobilnya ke halaman rumah depan.
Lalu ada polisi datang. "Tuan, terima kasih," tatapnya lalu Samuel keluar.
"Sama sama, jangan lupa bayaran ku," kata Samuel membuat polisi itu bingung.
Lalu Samuel berpikir bahwa polisi itu belum tahu dia. "Ehem, aku Samuel, semua polisi mengenal ku," kata Samuel.
Seketika pria polisi itu terkejut dan langsung mengangguk. "Maafkan aku, maafkan aku, aku lupa wajah anda karena malam hari ini.... Aku pastikan aku akan melapor ke atasan dan memberikan bayaran setimpal, sekali lagi terima kasih banyak," kata polisi itu.
Lalu Samuel mengangguk dan polisi itu bisa pergi.
Kemudian Samuel kembali ke televisinya dan menikmati filmnya lagi. "Yah tak apa... Paling tidak masih ada scene tersisa...."