Catherine Zevanya Robert Wilson. Gadis dengan sejuta pesona, kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan yang membuatnya menjadi idola semua orang.
Gadis yang memiliki hidup sempurna penuh dengan cinta, tapi dibalik kesempurnaan ada luka besar di dalam hatinya. Gadis yang dielu-elukan kecantikannya itu memiliki kisah cinta yang hancur, kesetiaannya dinodai oleh pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Catherine memiliki sisi misterius yang pemikirannya tidak bisa dijangkau orang lain. Bukan Catherine namanya jika dia diam saja menerima takdir kejam seperti itu, tanpa mengotori tangannya ia akan menghancurkan para pengkhianat.
Untuk menyembuhkan luka hatinya, Catherine memilih kembali ke tempat kelahirannya guna memulai hidup baru. Lalu, apakah Catherine akan memiliki kisah cinta baru?
"Balas dendam terbaik adalah dengan melihat kehancuranmu."
"Jangan jatuh cinta padaku, itu menyakitkan."
"Catherine, sepertinya aku tertarik padamu."
"Aku siap menunggu kamu jatuh cinta padaku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nameila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejadian Di UKS
Sepanjang kelas berlangsung Catherine tidak bisa fokus. Ia terus mendekam perutnya, bulir keringat mulai bercucuran diwajah cantiknya, ia meringis pelan sambil menundukkan kepalanya.
Denada mengerutkan keningnya, ia menoleh ke samping melihat Catherine yang menunduk.
"Catherine?" Panggil Denada pelan.
Denada membulatkan matanya, ia terkejut melihat wajah Catherine yang pucat. "Astaga Cath! Lo kenapa?"
"Aku gapapa." Jawab Catherine lirih.
"Apanya yang gapapa, muka Lo pucat gitu." Denada mengalihkan perhatiannya pada tangan Catherine yang memegangi perutnya.
"Perut Lo sakit?" Tanya Denada.
Catherine mengangguk. "My Periode." Ucapnya pelan.
Denada menghembuskan nafasnya. "Kita ke UKS sekarang."
Catherine menggelengkan kepalanya. "Enggak, ini masih ada mata kuliah."
"Gue gak nerima penolakan Cath! Lo bisa pingsan kalo maksain tetep di kelas."
"Tapi gimana kelasnya? Aku gak mungkin bolos." Tanya Catherine.
"Nanti gue minta ijin. Udah ayo gue anterin ke UKS sekarang."
Denada memapah Catherine berdiri dari bangkunya. Mereka jadi pusat perhatian satu kelas.
"Catherine kenapa Nad?" Tanya Kiky teman sekelas mereka.
"Sakit. Tolong ijinin ya nanti, gue mau anter ke UKS dulu." Ucap Denada.
Jordan menoleh dengan cepat mendengar ucapan Denada, ia menatap Catherine dengan khawatir. Jordan menghampirinya. "Gue bantu."
Denada hendak menolak, tapi kalah cepat dengan Jordan yang langsung membopong tubuh Catherine. Dia membawanya keluar, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Semua orang menatap Jordan kaget.
Denada menatap tak percaya pada Jordan. "Eh gue ditinggal gitu aja? Dasar sialan." Dia meraih tas Catherine lalu menyusul mereka.
Catherine masih meringis, ia menatap Jordan. "Jo kenapa kamu gendong aku." Ucapnya pelan.
"Diem Cath, Lo lagi sakit." Timpal Jordan.
"Gak perlu digendong Jo, aku masih bisa jalan kok." Ucap Catherine. Ia benar-benar tidak nyaman sekarang, mereka jadi pusat perhatian di sepanjang jalan menuju UKS.
"Badan Lo aja lemes gini, yang ada Lo pingsan di jalan." Ucapnya.
Jordan membuka pintu UKS, di sana tidak ada orang. Biasanya ada petugas yang menjaga, tapi kemana mereka? Jordan menurunkan Catherine ke ranjang. "Lo tiduran, gue cari petugasnya dulu."
Catherine meraih tangan Jordan. "Gak usah dipanggil, aku gapapa Jo. Hanya butuh istirahat aja."
Jordan menatap Catherine. "Tapi Cath-"
Brak!!
Pintu UKS dibuka dengan kasar, di sana ada Rania dan Denada yang menyusul Catherine ke UKS.
Rania dengan cepat masuk ke dalam, ia menggeser Jordan. "Rine, Lo sakit? Kok pucat gini." Ucapnya khawatir.
Catherine tersenyum melihat Rania. "Aku gapapa kok. Kamu kenapa bisa di sini?"
Rania menghela nafas lalu ia duduk di hadapan Catherine. "Tadi gue telfon Lo, terus yang angkat Denada. Dia bilang kalo Lo sakit, yaudah gue langsung lari ke sini."
Denada menatap Catherine dengan raut wajah bersalah. "Maaf ya Cath udah lancang angkat telfon Lo."
"Gapapa kok Nad." Ucap Catherine.
Catherine menatap Jordan yang masih ada di dalam UKS. "Jo makasih ya." Ucapnya.
Jordan mengangguk "Kalo gitu gue balik ke kelas, kalo ada apa-apa bilang ke gue aja."
Rania menatap sengit Jordan. "Gak perlu, udah ada gue di sini. Kita gak butuh bantuan Lo lagi." Ucapnya.
Jordan hanya melirik sekilas Rania, sahabat Catherine ini benar-benar menyebalkan.
Catherine menggelengkan kepalanya. "Ran gak boleh gitu." Rania hanya mendengus sebal.
"Maaf ya Jo." Ucap Catherine dengan tulus.
"Gapapa." Jawab Jordan.
"Gue balik dulu Cath." Setelah itu Jordan pergi meninggalkan UKS. Andai tidak ada teman-temannya Catherine, ia akan menjaga di sana.
Denada mendekati ranjang Catherine. "Lo biasanya minum obat anti nyeri gak?"
Catherine menggelengkan kepalanya. "Gak pernah."
"Catherine gak suka minum obat." Ucap Rania mengalihkan tatapannya pada Denada.
Catherine memejamkan matanya, perutnya masih terasa nyeri. Tak selang beberapa lama terdengar hembusan nafas teratur darinya.
Rania menatap Catherine dengan lembut. "Dia tertidur."
Denada menoleh. "Catherine biasanya begitu?"
Rania mengangguk. "Iya, setiap menstruasi pertama dia selalu begini. Perutnya keram, badannya demam, pusing, tapi dia gak pernah mau disuruh minum obat. Bisa-bisa dia menangis kalo dipaksa." Rania mengelus lembut Rambut Catherine.
Denada menatap Rania "Lo sedekat itu sama Catherine."
Rania menoleh sekilas. "Gue udah pernah bilang kan kalo kita sahabatan dari kecil. Catherine teman pertama gue, kita selalu menghabiskan waktu bersama. Dia udah gue anggep adek gue sendiri, dia lebih muda beberapa bulan dari gue."
"Dalam prinsip gue, Catherine gak boleh terluka. Gue harus jaga dia, karena dia sangat berharga di hidup gue. Mungkin orang pikir, gue lebay. Tapi ini emang kenyataannya." Ucap Rania.
Denada hanya diam mendengarkan cerita Rania, dia bisa melihat betapa sayangnya dia pada Catherine.
Rania menatap Denada yang masih terdiam. "Gue boleh minta tolong sama Lo gak?"
"Ada apa?" Jawab Denada
"Tolong jagain Catherine sebentar ya, gue mau ke kantin. Beliin dia makan sama minum." Ucap Rania.
Denada mengangguk paham. "Iya gue di sini."
Rania bangkit dari duduknya, ia menyelimuti Catherine. Setelah itu pergi meninggalkan UKS.
...----------------...
Rania berada di kantin sekarang, suasananya sangat ramai. "Kenapa rame banget sih? Keburu Catherine bangun kalo gini."
Rania menelusup diam-diam ke dalam antrian, dia menatap menu makanan. "Ini semua makanan kesukaan Catherine."
Rania dengan cepat mengambil nasi dan sup ayam. Ia juga mengambil beberapa salad buah. Dia beralih mengambil minuman, ia mengambil susu hangat, air putih, dan teh hangat.
Rania menatap tangannya yang penuh dengan makanan dan minuman. Saat Rania hendak pergi meninggalkan Kantin ia tak sengaja bertemu dengan Reyhan dan Aron.
Rania tersenyum sopan menatap mereka. "Pagi Kak." Sapanya.
Reyhan dan Aron menatap Rania, mereka mengernyitkan dahinya melihat banyak makanan yang ditenteng.
"Lo sendirian?" Tanya Aron. Pasalnya biasanya Rania selalu bersama Catherine, tapi sekarang ia tidak melihat keberadaannya di sini.
"Iya Kak. Catherine lagi-" ucapan Rania terhenti ketika ponselnya berbunyi.
Rania menatap sakunya, ia ingin mengambil ponsel tapi tidak bisa karena kedua tangannya yang penuh dengan paper bag.
Rania mengalihkan tatapannya pada Reyhan dan Aron yang ada di hadapannya. Ia meringis pelan. "Kak boleh minta tolong gak? Tolong pegangin ini sebentar ya." Ucapnya menyerahkan salah satu paper bag pada Reyhan, karena dia yang ada di dekatnya sekarang.
Reyhan menaikkan sebelah alisnya, ia bahkan tidak mengatakan apa pun, tapi malah disuruh bawa barang. Rania menyengir kuda, "Bentar kak." Ucapnya.
Rania mengambil ponselnya, ia melihat nama Sania menelepon dirinya. Pasti Sania sudah tau keadaan Catherine sekarang. Mata-mata keluarga The Wilson's tentu saja tersebar luas, bisa dipastikan salah satu dari mereka mengabari Sania.
"Hallo Tante?"
"Hallo Rania, gimana keadaan Catherine sekarang? Tante dapet laporan kalau dia sakit." Ucap Sania di seberang sana dengan nada khawatir.
"Perutnya sakit Tante, sekarang Catherine ada di UKS kok." Jelas Rania.
Mendengar nama Catherine disebut, Reyhan dan Aron langsung mengalihkan tatapannya pada Rania.
Mereka menatap penasaran dengan ucapan Rania. Mereka mendengar dengan jelas jika Catherine sakit.
"Aduh Tante lupa kalo ini hari pertama Catherine, Tante gak bawain dia vitamin tadi."
"Tante gak usah khawatir, Rania jagain Catherine kok. Ini aku udah beliin dia makanan, sama beberapa vitamin."
"Makasih ya Rania, kalo ada apa-apa kabarin Tante. Ini hpnya Catherine gak bisa dihubungi soalnya."
"Iya Tante, Catherine tadi tidur. Ponselnya ada di dalam tas."
"Yaudah, Tante titip Catherine ya. Jangan lupa kabarin Tante."
"Iya Tante."
Rania mengalihkan tatapannya ke depan, ia tersentak ketika Aron dan Reyhan menatap dirinya dengan intens. "Mereka kenapa?" Batin Rania.
Rania tersadar, kemudian ia menatap tak enak pada Reyhan. "Kak maaf ya, tapi makasih juga udah mau bawain." Ucapnya dengan menyengir.
Saat Rania ingin mengambil paper bagnya, Reyhan dengan cepat menjauhkan paper bag itu dari jangkauannya. Rania mengernyitkan dahinya bingung melihat itu.
"Kenapa Kak?" Tanyanya pada Reyhan.
"Lo bilang Catherine sakit?" Aron yang mengatakan itu.
Rania menoleh pada Aron. "Iya Kak." Jawabnya.
"Dimana?" Tanya Reyhan.
"Hah? Apanya Kak?" Tanya Rania.
"Catherine di mana?" Ucap Aron mengulangi ucapan Reyhan tadi.
"Di UKS- " Rania belum menyelesaikan ucapannya, Reyhan langsung pergi begitu saja dengan paper bag ditangannya.
"Eh! Kak Reyhan paper bagnya." Ucap Rania.
Reyhan tidak menggubris ucapan Rania, saat ini tujuannya hanya ingin cepat sampai ke UKS.
Aron menatap kepergian Reyhan dengan bingung, kemudian ia beralih pada Rania. "Ayo ke UKS." Ucapnya.
Rania menoleh. "Ha? Ohh ayo Kak." Ucap Rania. Setelah itu Aron mengikuti Reyhan menuju UKS untuk bertemu Catherine.
Reyhan menatap pintu UKS yang tertutup, ia terdiam sejenak. "Kenapa gue malah ke sini?"
Reyhan hendak melangkah pergi, tapi ia kembali diam. "Catherine sakit kan?" Gumamnya.
Reyhan menatap paper bag yang dibawanya. "Dia belum makan?" Kemudian ia membuka pintu UKS.
Reyhan menatap ke dalam, di sana ada Catherine yang tertidur di ranjang. "Kenapa dia sendirian?" Gumam Reyhan.
Reyhan masuk ke dalam, ia menatap Catherine yang tertidur lelap. Wajahnya masih terlihat pucat, ada bulir keringat disekitar dahi dan pelipisnya.
Reyhan mengambil tisu di meja, saat ia hendak mengusap keringat di dahi Catherine ada seseorang yang keluar dari kamar mandi.
"Siapa?" Ucap Denada.
Reyhan menoleh, ia melihat Denada di depan pintu toilet. Sepertinya itu teman Catherine, pikirnya.
Reyhan hanya diam, ia tak menjawab ucapan Denada. Dia meletakkan paper bag yang dibawanya ke atas meja.
Ceklek!
Rania dan Aron masuk ke dalam. Rania menatap Reyhan kesal, bisa-bisanya dia pergi begitu saja.
"Ran.." ucap Denada.
Rania menoleh. "Kenapa Nad?"
Denada mendekati Rania, ia berbisik pada Rania. "Mereka siapa?" Ucapnya.
"Anggota klub musik." Jawabnya.
Denada mengangguk paham. "Lo udah beli makanan?"
Rania menunjukkan paper bag di tangannya. "Udah, ini. Gue juga beli makanan buat kita." Ia meletakkan paper bag nya di atas meja.
"Kak Reyhan makasih udah dibawain sampe sini makanannya." Ucap Rania dengan sedikit ketus.
Reyhan mengerutkan dahinya samar. "Hmm."
Aron mendekati mereka. "Catherine sakit apa?" Tanyanya pada Rania.
"Perutnya sakit." Jawab Rania.
Aron menatap Catherine tidak tega, wajahnya begitu pucat. Rania menatap jam dinding. "Kak Aron sama Kak Reyhan gak ada kelas?" Tanyanya.
"Ada." Jawab Aron.
"Kak Aron sama Kak Reyhan balik aja, di sini ada kita yang jagain Catherine." Ucap Rania.
Rania jelas tau, keberadaan Aron dan Reyhan di sini karena mengkhawatirkan keadaan Catherine. Ia bisa melihat tatapan mata Aron yang terlihat jelas khawatir dengan temannya.
Aron mengangguk, kemudian mengajak Reyhan pergi meninggalkan UKS. Tapi ia sedikit enggan pergi. Entah kenapa ia khawatir dengannya yang terbaring lemah. Tapi dia juga tidak mungkin berada di sini, apalagi ada teman-teman Catherine.
Saat keluar dari UKS, Aron menatap Reyhan penuh selidik. "Rey." Panggilnya.
Reyhan menoleh. "Apa?"
"Lo suka Catherine?" Tanya Aron.
Reyhan terdiam sebentar, ia tak tau harus menjawab apa. Dia hanya mengedikkan bahunya lalu berlalu pergi meninggalkan Aron yang masih berdiri di depan UKS.
Aron menatap kepergian Reyhan. "Jadi Lo juga tertarik sama Catherine Rey." Gumamnya.
...----------------...
Catherine melenguh pelan, matanya mengerjap, ia menatap ke sekitar. "Kalian masih di sini?" Ucapnya pada Rania dan Denada.
Rania menoleh. "Rine, gimana perut Lo? Masih sakit?"
"Masih, tapi ga sesakit tadi." Ucapnya.
"Kalian gak masuk kelas?" Tanya Catherine.
Rania dan Denada menggeleng. "Gue khawatir sama Lo."
"Aku gapapa, bukannya kita masih ada kuliah Nad? Kamu masuk aja." Ucap Catherine.
Denada menatap Catherine dengan keberatan. "Tapi Cath, gue mau jagain Lo di sini."
"Aku gapapa Nad. Beneran." Catherine mengalihkan tatapannya pada Rania.
"Kamu juga masih ada kelas kan Ran?"
Rania mengangguk. "Masih."
"Tuh kan. Aku gak mau kalian bolos cuma buat jagain aku."
Rania menatap Catherine khawatir. "Gue gak tenang tau ninggalin Lo."
"Ran, aku gak selemah itu. Sana kalian masuk ke kelas, nanti kalau udah selesai baru ke sini lagi." Ucap Catherine.
Rania dan Denada saling pandang lalu mereka mengangguk. "Yaudah kita pergi, tapi Lo jangan lupa makan. Tadi udah gue beliin, minum vitamin juga Rine." Ucap Rania.
Catherine tersenyum lembut. "Iya nanti aku pasti makan kok."
Rania mengambil tas lalu bangkit dari duduknya. "Gue balik dulu, inget! Minum Vitamin juga."
"Iya Rania." Jawab Catherine.
"Kalo ada apa-apa kabarin gue, tas Lo ada di loker bawah." Ucap Rania.
"Gue juga balik dulu Cath. Nanti gue ijinin ke dosen." Ucap Denada.
"Makasih ya Nad."
Catherine menatap kepergian Rania dan Denada. Ia bangkit dari tidurnya, kemudian duduk menyandar di kepala ranjang. Ia mengelus-elus perutnya yang masih terasa sakit.
Catherine mengalihkan tatapannya ke arah meja, di sana ada makanan yang dibeli Rania. ia mengambil susu coklat lalu meminumnya. Dia ingin mengambil makanan, tapi tangannya tidak sengaja menyenggol nampan berisi botol minum.
Prang!!
Brak!!
"Catherine!!"
Catherine tersentak kaget ketika mendengar pintu dibuka dengan keras, yang lebih mengagetkan di sana ada Reyhan yang menatapnya khawatir??
"Kak Reyhan?"
Reyhan melangkah mendekati ranjang Catherine, ia menatap nampan yang jatuh. "Lo ngapain?"
Catherine mengerjapkan matanya. "Ha? Aaa ini gak sengaja kesenggol. Tadi mau ambil makanan." Jelasnya.
"Temen-temen Lo ke mana?" Tanya Reyhan.
"Mereka masih ada kuliah, jadi aku suruh mereka balik." Jelas Catherine.
Reyhan diam, wajahnya masih menatap Catherine dengan datar. Catherine yang ditatap begitupun menunduk, entah kenapa ia merasa seperti membuat kesalahan.
"Lo belum makan?" Ucapnya Reyhan.
Catherine mengangkat kepalanya, ia menatap Reyhan. "Belum." Ucapnya lirih.
Reyhan mengalihkan tatapannya ke meja, ia mengambil makanan yang dibawa Rania tadi. "Makan." Ucapnya.
Catherine mengerjap, ia menatap ragu. Saat tangannya ingin meraih piring ditangan Reyhan.
Dengan cepat Reyhan menyendokkan nasi kemudian didekatkan pada Catherine.
Catherine menatap bingung Reyhan. "Ini apa maksudnya?" Batin Catherine.
Reyhan menatap Catherine dengan sebelah alis terangkat. "Buka mulut Lo."
"Aku bisa makan sendiri Kak." Ucapnya dengan menatap Reyhan tak enak.
Reyhan terdiam sebentar, kemudian ia meletakkan kembali sendok ke dalam piring, lalu menyerahkan piring tersebut ke pangkuan Catherine.
"Yaudah cepet makan." Ucap Reyhan.
Catherine mengangguk pelan, ia memakan nasi itu dengan diam. Ia merasa canggung sekarang, kenapa Reyhan ada di sini.
Reyhan mengalihkan tatapannya, ia merutuki tindakannya tadi. "Gue mau nyuapin Catherine? Sial! Tangan gue gerak sendiri tadi." Batinnya
"Kak Reyhan kok bisa di sini?" Tanya Catherine.
Reyhan menoleh. "Cuma lewat. Gak sengaja denger benda jatuh." Jelasnya. Catherine mengangguk paham.
Reyhan sebenarnya sengaja lewat, ia merasa tidak tenang. Dan ketika ia di depan pintu UKS terdengar suara benda jatuh. Tanpa pikir panjang, Reyhan langsung masuk begitu saja.
Ruangan UKS menjadi hening, tak ada percakapan apapun di sana. Hanya terdengar dentingan sendok dari Catherine.
Catherine telah selesai makan, ia ingin meletakkan piring ke meja. Reyhan yang melihat itu langsung mengambil alih piring dan meletakkannya di meja, ia juga mengambilkan minuman untuk Catherine.
"Makasih Kak." Ucap Catherine.
"Vitamin belum diminum?" Tanya Reyhan.
Catherine mengernyitkan dahinya menatap Reyhan, bagaimana bisa Reyhan tau ia harus minum vitamin.
Reyhan berdehem ketika ditatap Catherine, "Gue lihat ada vitamin masih utuh." Alihnya.
"Ah iya Kak."
Reyhan mengambil vitamin itu, dan memberikannya pada Catherine. "Diminum."
Catherine menatap tablet vitamin dengan meringis, ia tak suka minum obat.
"Kenapa? Gak bisa minum?" Tanya Reyhan.
"Bisa kok, bisaa." Dengan cepat Catherine mengambil vitamin itu dan meminumnya. Andai tidak ada Reyhan, ia pasti akan membuang obat vitamin itu.
Reyhan tersenyum tipis, tanpa sadar tangannya terulur menepuk pelan puncak kepala Catherine. "Anak pintar." Ucapnya.
Catherine terdiam, ia tersentak kaget. Matanya mengerjap beberapa kali. Reyhan yang sadar dengan tindakannya langsung menarik tangannya.
Reyhan bangkit dari duduknya. "Gue balik dulu, masih ada kelas." Ucapnya.
Catherine mengangguk. "Iya Kak." Ucapnya tanpa melihat ke arah Reyhan.
Reyhan melangkah keluar meninggalkan UKS. Dia menatap tangannya yang menyentuh puncak kepala Catherine tadi, ia tersenyum tipis mengingatnya.
"Gue bisa gila lama-lama."
...****************...