NovelToon NovelToon
Alvaro'S Diary

Alvaro'S Diary

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Trauma masa lalu / Slice of Life
Popularitas:897
Nilai: 5
Nama Author: Wèizhī

Alvaro Ardiwinata adalah seorang remaja berusia 16 tahun yang terlahir dari keluarga kaya. Namun, meskipun hidup dalam kemewahan, dia merasa tidak pernah menjadi bagian dari keluarga tersebut. Dia lebih dianggap sebagai "anak pelayan" oleh kedua orangtuanya, Jhon dan Santi Ardiwinata. Setiap kesalahan, besar atau kecil, selalu berujung pada hukuman fisik. Meskipun ia berusaha menarik perhatian orang tuanya, mereka tidak peduli padanya, selalu lebih memperhatikan adiknya, Violet. Violet yang selalu mendapat kasih sayang dan perhatian lebih, tapi di balik itu ada rasa iri yang mendalam terhadap Alvaro.

Sementara itu, Alvaro berusaha menjalani hidupnya, tapi luka psikologis yang ia alami semakin mendalam. Saat ia beranjak dewasa, ia merasa semakin terasingkan. Tetapi di balik penderitaan itu, ada harapan dan usaha untuk menemukan siapa dirinya dan apakah hidup ini masih memiliki makna bagi dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wèizhī, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

Beberapa hari kemudian, kini dihadapan Alvaro berdiri seodang dokter muda dengan Nickname Adi Nugroho. Mereka saling beradu pandang dengan memikirkan sesuatu dikepala mereka.

Keesokan hari saat memasuki Rumah Sakit Gintara, Alvaro diperbolehkan pulang oleh sang dokter. Namun beberapa hari kemudian malah ada dokter lain di depannya, lagi, ini di kediaman Gintara nya sendiri.

“Abang dokter apa?“ Tanya Alvaro yang akhirnya bersuara saat puluhan menit hanya diam saja.

Ya, disini hanya ada mereka berdua. Sedang para Gintara yang lain memperhatikan dari CCTV yang tersambung langsung ke layar monitor TV besar sang Ayah diruang kerja.

“Saya seorang doker bedah, Tuan muda” jawabnya dengan sebuah senyuman diwajah tampannya itu.

“Lalu, kenapa kesini?“ Tanya Alvaro lagi. Oh ya ampun, Baby kita ini tak menyukai dokter. Karena dia sudah muak dengan dokter. Dari saat masih di Ardiwinata, dia selalu bolak-balik ke rumah sakit dan bertemu dokter. Baru saat ia SMA, Bhram tak memperbolehkannya untuk menemui dokter dan melangkahkan kaki di rumah sakit.

“Kenapa bertanya begitu, Tuan muda? Apakah Anda memiliki masa sulit dengan kami, para dokter?“ Bukannya menjawab si Adi malah balik bertanya.

Alvaro menatap sinis ke arahnya. Bukan galak namun manis yang terlihat, membuat Adi ingin mencubit nya karena saking gemasnya.

“Entahlah” jawab Alvaro ketus.

“Dokter bedah? Malah terlihat seperti dokter psikiater!“ Batin Alvaro menebak.

“Saya disini untuk menjadi dokter pribadi Anda atas perintah dari Tuan Gintara. Tenang saja, Tuan muda. Kita hanya akan bertemu seminggu sekali untuk pemeriksaan rutin saja” jelasnya.

“Yah, kecuali pemeriksaan rutin. Saya akan merawat Anda jika Anda jatuh sakit” lanjutnya yang masih tersenyum lembut.

Alvaro memicingkan matanya dan semakin menatap tak suka. Ia lalu mendengus halus dan terdiam. Apalah, sudah pasrah saja jika yang menyuruhnya adalah sang ayah, Samuel Gintara.

“Baiklah. Kita mulai dari hari ini. Tuan muda. Apakah ada bagian yang merasa tak nyaman?“Tanya nya yang mulai serius.

“Aku harus jawab jujur atau bohong?“

“Tentu saja jujur, tuan muda” jawab Adi mencoba untuk sabar.

“Kepala ku… rasanya sering sakit setiap malam” ucap Alvaro kecil namun percayalah Adi masih dapat mendengarnya.

Hal tersebut segera Adi catat dalam buku kecilnya. Sekali lagi Adi melemparkan sebuah pertanyaan untuk Alvaro.

“Apakah Anda juga merasa mual?“

“Tidak” jawab Alvaro singkat dengan ekspresi cemberutnya dan mata bulatnya itu menatap Adi. Sungguh, ia tak suka di interogasi oleh dokter seperti ini.

“Bagaimana dengan telinga Anda, apakah itu berdengung?“

“Sedikit saat sakit kepala”

“Baiklah. Apakah ada bagian lain yang merasa tak nyaman?“

“…”

Alvaro terdiam. Ia tak berfikir untuk menjawab. Pikirannya mengarah pada hal lain. Dokter Adi yang menyadari hal tersebut langsung berdehem cukup keras hingga membuat Alvaro kembali fokus.

“Apa tadi?“ Tanya Alvaro saat pikirannya kembali.

Adi menatapnya lekat lalu tersenyum ramah. “Apa ada bagian lain yang merasa tak nyaman pada tubuh Anda, Tuan muda?“ Tanya nya lagi.

“Aku…” diam sesaat dan lalu Alvaro menghela nafasnya ringan.

“Kadang, aku selalu merasa tak nyaman pada hati ku. Selalu terasa sakit tiba-tiba” ucapnya yang diakhiri dengan gumaman kecil.

Adi menyimpan buku dan pena nya. Lalu berdiri dan berjalan mendekati Alvaro, setelahnya ia berjongkok didepannya agar dapat menyamakan tinggi tubuh mereka.

“Tuan muda. Saya pikir Anda tahu saya dokter apa. Lalu, apakah Anda dapat setidaknya menceritakan sedikit tentang Anda?“ Tanya nya lembut dengan tatapan matanya yang menatap netra hitam Alvaro.

Ya, dokter Adi sadar bahwa Alvaro sedari tadi diam dan mengamatinya. Setiap gerakan kecil yang dibuat Adi tak lepas dari tatapan Alvaro. Saat dirinya mengatakan bahwa ia seorang dokter bedah pun, ekspresi Alvaro tampan tak percaya dengan matanya yang sedikit memicing tajam. Adi pikir ia tak dapat membohongi anak didepannya ini.

Sedang Alvaro sendiri yang memang sudah dapat menebak. Ia kembali terdiam dengan perkataan dari Adi. Apakah harus untuknya menerima perawatan dari seorang dokter untuk kesehatan mentalnya?! Alvaro tak menyukai hal tersebut.

Namun tiba-tiba saat dalam pemikiran akan menerima atau tidak tawaran dari dokter Adi. Sebuah memori tak menyenangkan muncul dan menggentayangi isi pikiran Alvaro. Tetesan bening itu jatuh dari sela matanya melewati pipi mulusnya.

“Aaahh…. Ahh..!!!… Hiks…” Alvaro tampak bergetar dengan tangisannya yang diam dan hanya memunculkan isakan kecil saja.

Dokter Adi yang melihatnya sontak langsung memeluk Alvaro dan mencoba menenangkan bayi didepannya ini. Sedang para Gintara langsung berlari kearah ruangan mereka dengan tergesa-gesa akibat terkejut dan khawatir pada si bungsu.

BRAAKKKK!!!

Pintu ruangan digebrak keras. Dokter Adi sempat terkejut namun ia langsung tenang kembali saat tahu itu adalah Tuan nya yang masuk.

“Kenapa?! Apa yang terjadi?!!“ Tanya Ayah Samuel khawatir.

“Kenapa baby menangis?!“ Bunda Lily ikut menenangkan Alvaro dan memeluknya sedang Adi melepas pelukannya.

Si kembar menatap tajam kearah dokter Adi. Aduh, sungguh, menjadi dokter di kediaman Gintara itu ternyata memang sangat sulit yah. Bahkan belum menjelaskan saja sudah mendapat tatapan setajam pisau.

“Tuan. Sepertinya Tuan muda kecil tiba-tiba mengingat sebuah adegan tak menyenangkan saat pada pembicaraan serius kami tadi. Saya tak berfikir itu akan terjadi saat ini” jelas doker Adi dengan bersikap setenang mungkin ditengah rasa takutnya kala mendapat tatapan tajam tiga pria dominan di keluarga besar ini.

“Apa kau tak becus untuk mengobatinya?! Kami meminta mu mengobatinya, bukan menambah buruk keadaan!!“ Tukas Xavier tajam.

“Saya mengerti, tuan muda. Tapi bagaimana pun saya hanya dapat mengobati Tuan muda kecil dengan terapi saat dia dalam keadaan sadar akan kendali dirinya. Jika begini, kita harus memenangkannya terlebih dahulu. Saya akan mencoba yang terbaik, Tuan. Tolong bawa dulu tuan muda kecil ke ruangan yang sudah disiapkan dan saya akan memulai terapi nya” ucap dokter Adi serius. Sontak Ayah Samuel langsung membawa Alvaro kedalam gendongannya dan membawanya ke sebuah ruangan yang khusus diperuntukkan pengobatan Alvaro.

Disana, semuanya melihat dengan tenang dan rasa cemas. Dokter Adi menenangkan Alvaro dengan sebuah kalimat-kalimat yang ia ucapkan dan sentuhan hangat namun Alvaro tak kunjung tenang. Ia semakin meracau dan bertindak tak sesuai kehendak, bahkan ada ketika Alvaro berteriak histeris dengan racauan yang semakin jelas meminta seseorang untuk berhenti memukulnya. Ayah Samuel dan si kembar yang melihat itu semakin geram. Mereka marah pada keluarga Ardiwinata yang meninggalkan luka besar pada Alvaro.

Dokter Adi pada akhirnya memberi suntikan penenang pada Alvaro. Remaja manis itu akhirnya tenang dengan tidur lelapnya, dan Adi langsung saja memeriksa keadaan fisik Alvaro dan memulai pengobatan yang sebenarnya.

Guys, disini saya gatau ya cara pengobatan untuk penyakit mental itu seperti apa. Jadi, kalo ada yang salah atau gimana gitu di maafin ya. Karena inti cerita ini bukan tentang pengobatan Alvaro aja tapi juga soal misteri siapa dirinya. Jadi saya gak terlalu berfokus pada hal ini. Sekali lagi, jika ada yang salah maafin ya.

Oke lanjut…

Beberapa jam kemudian, saat hari mulai gelap. Alvaro membuka matanya dari tidur lelapnya, ia menatap sekelilingnya. Semua tampak sepi dan ia tak mendapatkan siapapun disisi nya. Alvaro lalu bangun dan mengubah posturnya menjadi duduk.

Kepalanya terasa sakit saat ini, rasanya seperti bumi terus berputas dengan cepat disekelilingnya.

“Ugh…” ringisnya pelan dan lalu ia kembali terbaring dengan lemah.

Alvaro merasa haus tapi disini tak ada air minum. Alvaro lalu sekali lagi duduk dan ia berusaha untuk beranjak dari atas ranjang tempat tidurnya. Setelah beranjak, Alvaro lalu berjalan membuka pintu dan menuju lift. Ya, kamarnya kan berada di lantai dua jadi dia harus menggunakan lift atau tangga untuk kebawah.

Suasana rumah tampak sepi dengan lampu remang-remang menyertai. Alvaro berjalan perlahan menuju dapur yang kemudia dia mengambil air dalam gelas dan meminumnya.

Tak!

Lampu dapur di nyalakan, pelakunya adalah Xavier. Si sulung menatap terkejut kala ia melihat Alvaro dengan mata sayu nya itu tengah berdiri dengan memegang sebuah gelas ditangan halusnya.

“Baby? Kenapa disini?“ Tanya Xavier yang lalu memeluk adiknya itu dan menggendongnya ala koala.

“Haus…” jawab Alvaro dengan lemah dan Xavier yang mendengar itu jadi merasa bersalah.

“Baiklah. Sini gelasnya. Masih haus?“ Tanya Xavier lembut dan Alvaro hanya menggeleng lemah.

“Ayo, abang bawa ke kamar adek. Kita bobo bareng” ujarnya yang langsung pergi dari dapur tanpa kembali mematikan lampu. .

Kediaman Gintara memang selalu mematikan lampu saat tak ada lagi yang bangun dan hanya membiarkan lampu remang-remang untuk menyinari rumah.

Di kamar Alvaro. Xavier menurunkan adiknya dengan hati-hati, sedang sang empu sudah tertidur kembali digendongan sang abangnya itu. Xavier merangkak naik keatas ranjang adiknya dan tidur dengan memeluk sang adik dari samping.

—-

End of Chapter 21

1
Unknown
Halo guys. terimakasih mau nyempetin baca karya ku ini. mungkin masih banyak kurangnya dalam beberapa hal, tapi aku usahain ceritanya agar tetap seru. sekali lagi terimakasih sudah mampir. and tinggalkan jejak, oky?! ~
Hebe
Saya enggak sabar untuk membaca kelanjutannya thor!
Izuku_Uzumaki
Gak nyangka bisa ketawa terbahak-bahak saat baca ini😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!