Hendry, pria dewasa berusia 32 tahun itu mulai merasakan kejenuhan dalam rumah tangganya bersama sang istri yang sudah berjalan 5 tahun.
Di karuniai seorang putri cantik di usia pernikahan ke 4, tak membuat rumah tangganya dengan Julia lebih berwarna. Yang ada, Hendry di buat frustasi karna sang istri hanya fokus mengembalikan bentuk tubuhnya pasca melahirkan putri mereka 1 tahun yang lalu.
Julia seolah lupa jika dirinya masih memiliki tanggung jawab sebagai istri.
Wanita berusia 28 tahun itu juga mengabaikan putri kecil mereka. Alih-alih mengurus anak, Julia justru lebih senang menghabiskan waktu di salon dan tempat gym.
Tingkah Julia benar-benar membuat Hendry sangat muak. Kalau bukan karna cinta dan anak, mana mungkin dia masih bertahan dengan istri hanya mementingkan diri sendiri.
Sampai pada suatu ketika, Hendry tergoda dengan gadis yang mengasuh anaknya sejak 5 bulan terakhir. Gadis yang tak lain adalah adik tiri Julia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Selepas Julia pergi, Bella buru-buru mengunci pintu kamar dan mengambil ponsel. Melihat Julia bisa leluasa mengusir dan berbuat kasar padanya, Bella curiga kalau Hendry sedang tidak ada di rumah. Jadi Bella berniat menghubungi Hendry meminta bantuan pada Kakak iparnya itu.
Begitu membuka ponsel, Bella malah tersenyum lebar. Padahal dia habis di maki-maki dan dorong Julia, tapi tidak terlihat tertekan saka sekali. Mungkin karna sejak dulu sudah biasa diperlakukan seperti itu. Atau mungkin ada alasan lain yang membuat Bella malah tersenyum bahagia.
Beberapa notifikasi panggilan dan pesan dari Hendry masuk ke ponsel Bella 20 menit yang lalu. Bella memilih membuka pesan lebih dulu. Tidak banyak pesan yang dikirim Hendry, hanya sebaris kalimat pamitan saja. Bella sudah menduga kalau Hendry tidak ada di rumah, karna Julia tampak santai berbuat seenaknya dan menunjukkan sifat aslinya tanpa takut di ketahui Hendry.
'Aku terbang ke Batam malam ini.'
Hanya sebuah pesan singkat yang Hendry kirimkan, tapi mampu membuat Bella merasa di hargai. Setidaknya Hendry pamit pada Bella meski Bella hanya selingkuhannya.
'Jam berapa pesawatnya take-off.? Kak Julia menyuruhku pergi dari rumah detik ini juga.'
Bella mengadu, tak lupa menambahkan emoticon menangis untuk menarik simpati Hendry.
Baru beberapa detik pesan itu terkirim ke ponsel Hendry, tapi sudah di baca. Bella semakin tersenyum lebar. Dia berfikir untuk mencegah Hendry pergi malam ini karna pesawatnya belum take-off.
Saat sedang menunggu balasan dari Hendry, pria itu justru menelponnya. Bella dengan cepat menjawab panggilan dan langsung merengek, pura-pura menangis.
"Sayang,, Kak Julia tiba-tiba mengusirku. Aku harus pergi kemana.?" Bella membuat suara seperti orang yang sedang menangis. Untung saja Hendry hanya melakukan panggilan suara. Kalau video call, Bella bisa kalang kabut karna tidak bisa pura-pura menangis.
"Julia tau hubungan kita.?" Suara Hendry di seberang sana terdengar panik.
"Apa dia menyakitimu.?" Cecarnya tanpa bisa menutupi kekhawatiran. Bella sampai tertegun sejenak, sedikit terharu karna Hendry lebih mengkhawatirkan keadaannya.
"Tidak, bukan itu. Aku rasa Kak Julia belum tau hal ini."
"Sebenarnya sudah lama Kak Julia membenciku, dia tidak suka padaku karna disebut merebut perhatian Papa darinya. Mungkin Kak Julia tidak suka saat kemarin Papa memintaku menetap lagi di rumah utama." Tutur Bella lesu.
"Mas Hendry sudah mau berangkat ya.? Kalau begitu aku matikan saja telfonnya, aku juga harus berkemas. Kak Julia tidak memberiku banyak waktu untuk mengemasi barang-barangku." Bella kembali bicara panjang lebar lantaran belum ada respon dari Hendry di seberang sana. Entah karna Hendry kaget, atau tidak percaya ucapan Bella.
1
"Kamu yakin Julia mengusirmu.?" Kini nada bicara Hendry malah terdengar menginterogasi.
"Mas Hendry tidak percaya padaku.? Untuk apa aku bohong."
"Tapi tidak apa kalau Mas Hendry menganggap ku bohong. Jangan mencari ku kalau tidak melihatku ada di rumah ini lagi setelah pulang dari Batam.!" Tegas Bella dengan penuh kekesalan. Seperti marah sungguhan, padahal Bella cuma ingin menakuti Hendry saja.
Dasarnya sudah tergoda dan jatuh cinta pada Bella, sekarang Hendry menelfon Bella lagi.
"Aku tunggu di depan rumah 30 menit lagi." Ujar Hendry begitu Bella menerima telfon darinya.
Belum sempat menjawab, Hendry malah sudah mengakhiri panggilannya begitu saja.
Bella bergegas menyimpan ponselnya di dalam tas kecil yang biasa dia pakai. Dia tidak punya banyak waktu untuk mengemasi barang-barangnya, jadi buru-buru mengambil koper besar setelah Hendry memutuskan sambungan telfon mereka.
...******...
"Jawab saja.! Tidak usah takut.!" Desak Hendry pada salah satu asisten rumah tangganya lewat panggilan telfon.
Hendry sedikit sulit mempercayai pengakuan Bella, rasanya aneh kalau tiba-tiba Julia mengusir Bella begitu saja hanya karna alasan yang disebutkan Bella lewat telfon. Sedangkan yang Hendry lihat selama bertahun-tahun, Julia selalu bersikap biasa saja pada Bella. Memang Julia sedikit menunjukkan ketidaksukaan saat berinteraksi dengan Bella, tapi Hendry tidak pernah melihat Julia memperlakukan Bella dengan kasar.
Jadi untuk memastikan pengakuan Bella benar atau hanya pura-pura, Hendry sampai harus menghubungi salah satu asisten rumah tangannya lewat nomor ponsel pribadi, bukan telfon rumah.
"Ta-tapi saya masih boleh bekerja kan Tuan.? Saya takut di pecat Nyonya Julia." Suara Bik Inah terdengar gemetaran di seberang sana. Wanita paruh baya itu menyaksikan semuanya ketika Julia mendatangi kamar Bella dan memaki-maki. Bahkan melihat Bella di dorong dan dicekik oleh Julia. Masih untung keberadaan Bik Inah saat itu tidak diketahui Julia. Entah apa jadinya kalau Julia melihat Bik Inah, mungkin wanita paruh baya itu akan di ancam agar tutup mulut.
"Bik Inah tidak akan saya di pecat, saya pastikan Julia tidak tau tentang hal ini."
"Jadi jangan menutupi apapun dari saya.!" Tegas Hendry penuh penekanan.
Pria itu sedang berada di dalam taksi menuju kediamannya untuk menjemput Bella. Hendry sampai membatalkan jadwal keberangkatannya. Walaupun belum sepenuhnya percaya pada pengakuan Bella, tapi sudah berniat untuk membantu Bella yang katanya di usir Julia.
"Begini Tuan, jadi selama ini,,,," Bik Inah mulai menceritakan semua yang dia ketahui tentang sikap kasar Julia pada Bella selama 5 bulan terakhir. Lalu menceritakan dengan detail ketika melihat Julia mengusir Bella sampai melakukan kekerasan fisik untuk kesekian kalinya.
"Hmm, terimakasih." Hendry langsung memutuskan sambungan telfonnya. Pria itu hanya mendengarkan cerita Bik Inah dari awal sampai akhir, tanpa menginterupsi sedikitpun.
Kini raut wajah Hendry berubah. Tampak kilat amarah dari sorot matanya. Entah ditunjukkan pada siapa amarah itu.
Setelah mendengar cerita panjang lebar dari asisten rumah tangganya, raut wajah Hendry juga tidak bisa di tebak. Entah dia percaya atau tidak dengan penuturan Bik Inah.
...******...
Bella bergegas keluar dari rumah. Security di rumah Hendry sempat melarang Bella keluar karna sudah tengah malam. Tapi Bella berkata jujur kalau dia di usir oleh Julia. Security yang sudah tau bagaimana perlakuan Julia terhadap Bella selama ini, akhirnya membiarkan Bella pergi karna takut berurusan dengan Julia kalau menahan Bella tetap berada di rumah.
"Hati-hati di jalan ya Non Bella." Ujarnya setelah membukakan gerbang yang menjulang tinggi itu.
"Jangan khawatir Pak, saya bisa menjaga diri." Jawab Bella ramah.
Sambil menarik 2 koper besar, Bella berjalan menghampiri mobil hitam yang terparkir tak jauh dari rumah.
Itu adalah taksi yang ditumpangi oleh Hendry. Bella tau karna beberapa menit lalu, Hendry menelponnya dan memintanya untuk segera keluar.
Seorang pria paruh baya tiba-tiba keluar dari mobil dan menghampiri Bella.
"Biar saya saja Mbak yang bawa kopernya." Ujarnya sopan. Bella mengangguk dan memberikan dua koper itu pada supir taksi.
"Terimakasih Pak." Ucap Bella sambil mendekat ke mobil dan membuka pintu penumpang.
Bella langsung masuk begitu saja, dia memeluk Hendry dalam keadaan pintu mobil belum di tutup.
"Terimakasih, aku tidak tau harus pergi dengan siapa kalau Mas Hendry tidak datang." Bella terisak dalam dekapan Hendry.
Hendry balas memeluk Bella sembari mengusap lembut punggungnya.
"Tutup dulu pintunya, jangan terlalu lama disini." Ujar Hendry cemas. Bella mengerti apa yang ada dalam pikiran Hendry.
Begitu Bella menutup pintu, Hendry langsung meminta supir untuk melajukan mobilnya.