Xin Lian, seorang dukun terkenal yang sebenarnya hanya bisa melihat hantu, hidup mewah dengan kebohongannya. Namun, hidupnya berubah saat seorang hantu jatuh cinta padanya dan mengikutinya. Setelah mati konyol, Xin Lian terbangun di dunia kuno, terpaksa berpura-pura menjadi dukun untuk bertahan hidup.
Kebohongannya terbongkar saat Pangeran Ketiga, seorang jenderal dingin, menangkapnya atas tuduhan penipuan. Namun, Pangeran Ketiga dikelilingi hantu-hantu gelap dan hanya bisa tidur nyenyak jika dekat dengan Xin Lian.
Terjebak dalam intrik istana, rahasia masa lalu, dan perasaan yang mulai tumbuh di antara mereka, Xin Lian harus mencari cara untuk bertahan hidup, menjaga rahasianya, dan menghadapi dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah dia bayangkan.
"Bukan hanya kebohongan yang bisa membunuh—tapi juga kebenaran yang kau ungkap."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 : Pohon Uang, Kutukan, dan Kenyamanan yang Tak Terduga
Hari-hari pertama di istana Pangeran Ketiga ternyata tidak semudah yang dibayangkan Xin Lian. Setelah kejadian di penjara dan keberhasilannya membuktikan kemampuan sebagai seorang dukun, Xin Lian berpikir bahwa Feng Tianlan akan lebih sering muncul di hadapannya. Namun, kenyataannya jauh dari harapan.
“Dia bahkan tidak muncul barang sekejap!” keluh Xin Lian sambil memutar-mutar sumpitnya di atas mangkuk sup yang sudah dingin. Di hadapannya, pelayan muda yang bertugas mengawasi merasa bingung harus menjawab apa.
“Nona Xin, Yang Mulia Pangeran Ketiga memiliki banyak urusan penting…” jawab pelayan itu dengan suara pelan, takut menyinggung perasaan wanita itu.
Xin Lian mendengus. “Urusan penting? Apa lebih penting daripada aku yang tinggal di istananya?” Dia menyandarkan dagunya pada tangannya, wajahnya menunjukkan ekspresi bosan.
Pelayan itu hanya bisa menunduk, tidak berani menanggapi.
Tak mau menyerah, Xin Lian memutuskan untuk mengambil tindakan.
“Kalau dia tidak mau datang padaku, maka aku yang akan datang padanya,” gumamnya sambil tersenyum licik.
Dia mengumpulkan informasi dari para pelayan tentang kebiasaan Feng Tianlan. Ternyata, sang pangeran sering menghabiskan waktu di ruang kerjanya yang terletak di paviliun timur. Xin Lian memutuskan untuk mencoba peruntungannya di sana.
Namun, setibanya di paviliun timur, dia hanya menemukan pintu yang tertutup rapat dan penjaga yang berdiri seperti patung.
“Aku harus bertemu Pangeran Ketiga,” katanya dengan nada tegas.
Penjaga itu tidak bergeming. “Yang Mulia sedang sibuk. Tidak ada yang diizinkan masuk tanpa perintah.”
Xin Lian menghela napas panjang, lalu menatap penjaga itu dengan senyuman tipis. “Baiklah, kalau begitu aku akan menunggu.”
Dan dia benar-benar menunggu. Duduk di bangku batu di depan paviliun, dia mulai menggerutu pada dirinya sendiri.
“Pangeran itu benar-benar seperti naga yang tinggal di awan. Tidak pernah turun untuk melihat dunia bawah.”
Beberapa pelayan yang lewat mencuri pandang ke arahnya, berbisik-bisik. Tapi Xin Lian tidak peduli. Dia bahkan mulai memetik bunga plum yang jatuh ke tanah untuk mengusir kebosanannya.
“Jika aku berhasil menyembuhkan Feng Tianlan, aku akan menjadi dukun paling terkenal di kekaisaran ini!” katanya dengan penuh semangat. Dia bahkan berdiri dan mulai berjalan mondar-mandir, seolah sedang berbicara kepada dirinya sendiri.
“Bayangkan saja, antrian orang-orang yang ingin meminta bantuanku akan membentang sepanjang jalan ke gerbang kota! Mereka akan memohon-mohon, menawarkan emas, perhiasan, bahkan tanah hanya untuk mendapatkan bantuanku.”
Dia tertawa keras, tangannya terangkat seolah sedang meraih bintang. “Ah, masa depanku begitu cerah! Aku bisa melihatnya dengan jelas!”
Namun, di kejauhan, seseorang memperhatikan setiap gerak-geriknya. Feng Tianlan berdiri di balik salah satu pilar paviliun, matanya yang tajam mengamati wanita itu dengan ekspresi yang sulit diartikan.
“Wanita ini benar-benar percaya diri,” gumamnya pelan, sudut bibirnya sedikit terangkat.
***
Pertemuan di Depan Paviliun
Beberapa saat kemudian, pintu paviliun terbuka, dan Feng Tianlan melangkah keluar dengan para pejabat yang mengikutinya. Xin Lian, yang masih tenggelam dalam lamunannya, terkejut melihat sosoknya.
“Pangeran!” serunya, melambaikan tangan dengan antusias.
Feng Tianlan menghentikan langkahnya, menatapnya dengan dingin. “Mengapa kau di sini lagi?”
Xin Lian mendekat dengan senyum percaya diri. “Tentu saja untuk menyembuhkanmu, Yang Mulia. Jika aku berhasil, aku bisa keluar dari istana ini dengan cepat, dan uang akan berdatangan padaku seperti hujan emas!” katanya tanpa rasa malu, suaranya cukup keras hingga para pejabat di belakang Feng Tianlan saling bertukar pandang dengan ekspresi bingung.
Feng Tianlan mengangkat alis, tatapannya tajam seperti pedang. “Jadi itu alasanmu?”
“Benar sekali,” jawab Xin Lian tanpa ragu. “Aku adalah orang yang berpandangan jauh ke depan. Apa gunanya terjebak di sini jika aku bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat namaku dikenal di seluruh kekaisaran?”
Para pejabat mulai berbisik, tetapi Feng Tianlan mengangkat tangannya, menyuruh mereka diam. Ada sesuatu dalam kata-kata Xin Lian yang membuat hatinya terasa aneh. Perasaan tidak nyaman itu menyeruak, seperti bayangan gelap yang tidak bisa ia abaikan.
Dia tersenyum tipis, tetapi senyum itu tidak sampai ke matanya. “Baiklah, kalau begitu, datanglah ke kamarku malam ini.”
Kata-kata itu membuat para pejabat tercengang, sementara Xin Lian membelalak, wajahnya penuh keterkejutan.
“Yang Mulia, bisakah kau merubah kata-katamu? Itu terlalu ambigu!” protesnya dengan nada penuh ejekan. “Orang-orang mungkin berpikir aku adalah istrimu, bukan seorang dukun!”
Feng Tianlan menatapnya dengan ekspresi datar, tetapi sudut bibirnya sedikit terangkat. “Kalau kau tidak datang, aku akan memastikan kau tetap berada di istana ini... selamanya.”
Xin Lian mendengus kesal, tetapi tidak bisa membalas. Dia hanya bisa menggerutu dalam hati sambil mengikuti langkah Feng Tianlan yang kembali masuk ke paviliun.
***
Di malam yang sunyi, Xin Lian berdiri di depan pintu kamar Feng Tianlan, wajahnya penuh keraguan.
“Pangeran itu benar-benar sulit dimengerti. Apa sebenarnya yang dia rencanakan?” gumamnya pelan.
Namun, saat ia mengetuk pintu, bayangan masa depan yang cerah kembali terlintas di benaknya. Dengan senyum licik, dia berkata pada dirinya sendiri, “Baiklah, Feng Tianlan. Aku akan merampokku sampai habis.”
***
Saat dia mendorong pintu kamar yang berat, suasana di dalam terasa mencekam. Lentera merah yang tergantung rendah memancarkan cahaya redup, membuat bayangan di dinding tampak seperti menari-nari.
Di tengah ruangan, Feng Tianlan duduk di kursi besar, wajahnya tegas dan tak terbaca. Matanya menatap lurus ke arah Xin Lian, seolah menembus pikirannya.
"Kenapa kau begitu lama?" tanyanya dengan nada datar.
Xin Lian, yang sudah terbiasa dengan sikap dinginnya, hanya tersenyum santai. "Maaf, Yang Mulia. Aku harus memastikan aku terlihat cukup berwibawa sebelum bertemu pasien istimewaku."
Feng Tianlan mengangkat alis, lalu menunjuk kursi di depannya. "Duduk. Aku ingin tahu apakah kau benar-benar bisa menyembuhkan kutukan ini, atau kau hanya seorang penipu."
Xin Lian duduk dengan santai, bersandar di kursi seperti tidak ada beban. "Yang Mulia, kalau aku penipu, aku tidak akan repot-repot datang ke sini." Dia menyeringai, lalu menambahkan dengan nada main-main, "Lagipula, kau adalah pohon uangku. Aku pasti akan menyembuhkanmu."
Feng Tianlan mendengus, matanya menyipit. "Dan jika kau gagal?"
Dengan ekspresi licik, Xin Lian menjawab, "Kalau kau terus mengancamku, alih-alih menyembuhkanmu, aku mungkin akan menambahkan kutukan baru. Bagaimana kalau kau bermimpi buruk seumur hidup?"
Feng Tianlan terdiam, tercengang oleh keberanian wanita itu. Dia menatap Xin Lian dengan intens, tetapi yang dia lihat hanyalah senyum penuh percaya diri. Akhirnya, dia menghela napas panjang. "Kau benar-benar tidak kenal takut, ya?"
"Kenapa harus takut? Aku ini dukun paling berbakat di kekaisaran, ingat?" Xin Lian menjawab dengan nada bangga.
***
Setelah keheningan singkat, Xin Lian berubah serius. "Baiklah, Yang Mulia. Sekarang, ceritakan padaku. Sejak kapan kau merasa dikutuk? Apa gejala yang kau rasakan?"
Feng Tianlan terdiam sejenak sebelum menjawab. "Dua tahun lalu, setelah aku kembali dari medan perang. Awalnya hanya mimpi buruk, tapi lama-lama aku mulai kehilangan tenaga. Setiap kali aku tidur, aku merasa seperti diseret ke dalam kegelapan."
Xin Lian mengangguk, wajahnya serius. Dia menutup matanya, mencoba merasakan jejak kutukan itu. Tangannya bergerak perlahan di udara, menciptakan pola-pola rumit yang hanya dia pahami. Tiba-tiba, kilasan samar muncul di pikirannya—bayangan seorang pria berdiri di tengah malam, merapalkan mantra dengan suara penuh kebencian.
Xin Lian melihat kilasan itu dengan jelas. Feng Tianlan berdiri di sebuah ruangan besar, dikelilingi oleh asap hitam. Di sudut ruangan, seorang pria dengan jubah gelap merapalkan mantra, tangannya bergerak cepat. Namun, wajah pria itu tetap buram, seolah dilindungi oleh kekuatan yang lebih besar.
Xin Lian membuka matanya dengan cepat, napasnya sedikit tersengal. "Seseorang sengaja melakukannya," gumamnya.
Feng Tianlan, yang memperhatikan perubahan ekspresinya, bertanya dengan nada tajam, "Apa yang kau lihat?"
Xin Lian menggeleng cepat, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Hanya energi gelap yang kuat. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan... untuk saat ini."
***
Setelah Tianlan selesai menjelaskan gejalanya, Xin Lian berdiri dan mulai menjelaskan langkah-langkah ritual yang akan dilakukan. Dengan penuh semangat, dia menjelaskan setiap detail, tangannya bergerak-gerak di udara untuk menggambarkan prosesnya.
"Jadi, Yang Mulia, pertama-tama aku akan menyalakan lentera ini untuk mengusir energi negatif di ruangan," katanya sambil mengambil lentera kecil dari meja.
Namun, saat dia mengangkat lentera itu, kakinya tersandung karpet sutra tebal di lantai. Lentera terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai, nyala apinya menyambar tirai di dekatnya.
"Astaga!" seru Xin Lian panik.
Feng Tianlan, yang awalnya hanya mengamati dengan tenang, langsung berdiri. Dengan gerakan cepat, dia meraih kendi air di meja dan menyiramkan isinya ke tirai yang mulai terbakar. Api padam, tetapi ruangan kini dipenuhi bau asap.
Tianlan menatap Xin Lian dengan ekspresi tajam, rahangnya mengeras. "Kau hampir membakar kamarku!"
Xin Lian tersenyum kaku, mengangkat kedua tangannya seolah menyerah. "Ups, mungkin aku terlalu bersemangat."
Tianlan mendengus, matanya menyipit. "Kalau kau membakar kamarku lagi, aku pastikan kau membayarnya dengan nyawamu."
Alih-alih merasa takut, Xin Lian malah terkekeh kecil. "Tenang saja, Yang Mulia. Aku tidak akan mati semudah itu. Lagipula, aku ini dukun berbakat. Sedikit api tak akan menghentikanku."
Tianlan hanya menggelengkan kepala, tampak kesal, tetapi tidak bisa menyembunyikan sedikit senyum tipis di bibirnya.
***
Salah Sangka di Istana
Keributan di kamar Tianlan tidak luput dari perhatian para pelayan istana. Beberapa dari mereka bergegas mendekat setelah mencium bau asap, tetapi tidak berani masuk tanpa izin. Mereka hanya berdiri di luar, saling berbisik.
Pelayan A : "Apa yang terjadi di dalam? Aku mendengar suara gaduh dan mencium bau terbakar."
Pelayan B : "Aku juga melihat lentera jatuh. Apa mungkin mereka sedang... bertengkar?"
(Ehm.. apakah itu bertengkar dalam arti lain 🤭)
Pelayan C, yang lebih berani, mendekatkan telinganya ke pintu. "Aku mendengar suara Nona Xin tertawa. Bukankah ini aneh? Seharusnya mereka seperti dukun dan pasien, tapi..."
Pelayan A menambahkan dengan nada penasaran, "Tapi mereka lebih terlihat seperti pasangan pengantin baru yang terlalu bersemangat."
Desas-desus itu menyebar dengan cepat ke seluruh istana. Bahkan, beberapa pelayan senior mulai membicarakan kemungkinan hubungan rahasia antara Pangeran Ketiga dan dukun barunya.
***
Insiden Kenyamanan yang Tak Terduga
Setelah ritual selesai, Xin Lian merasa kelelahan. Dia beranjak dari kursinya, tetapi tubuhnya goyah. Feng Tianlan, yang berdiri di dekatnya, dengan refleks menangkapnya.
Sentuhan itu membawa sensasi aneh ke tubuh Tianlan—rasa nyaman yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia mengerutkan kening, mencoba melawan rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang. "Apa ini...?" bisiknya sebelum akhirnya terjatuh ke tempat tidur, tertidur dengan damai untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir.
Xin Lian, yang sudah terlalu lelah untuk protes, akhirnya ikut terlelap di kursi dekat ranjang.
***
Keesokan harinya, Xin Lian keluar dari kamar Tianlan dengan langkah santai, tetapi dia segera menyadari tatapan aneh para pelayan. Beberapa dari mereka menunduk, tetapi tidak bisa menyembunyikan senyum kecil di wajah mereka.
"Kenapa mereka menatapku seperti itu?" gumam Xin Lian.
Tianlan, yang berdiri di dekatnya, hanya mengangkat alis. "Mungkin mereka menganggapmu terlalu banyak membuat keributan."
Xin Lian menoleh tajam. "Keributan? Aku ini sedang bekerja keras menyelamatkan nyawamu!"
Tianlan hanya tersenyum tipis, tidak mengatakan apa-apa. Tetapi di dalam hatinya, dia merasa sedikit terhibur oleh kehadiran wanita itu, meskipun dia tidak akan pernah mengakuinya.
***
Ancaman Bayangan Gelap
Saat malam tiba, Xin Lian sedang menuju kamar Tianlan, tetapi hawa dingin menyergapnya. Bayangan gelap muncul di sudut ruangan, semakin besar dan menakutkan.
"Jadi, kau yang mencoba menghentikanku," suara serak itu bergema.
Xin Lian menggertakkan giginya, mengangkat tangannya untuk mempersiapkan pertahanan. "Kalau kau ingin bermain-main, aku siap," katanya, meskipun tubuhnya gemetar.
Bayangan itu mendekat, dan sebelum sempat menyerang, pintu kamar terbuka. Feng Tianlan berdiri di sana, matanya bersinar tajam. "Beraninya kau menyentuhnya di hadapanku?"
.
.
.
.
Ilustrasi Visual, kira kira begini posisi mereka jatuh 🤭
.
.
Halo semuanya, Ayo mampir dikarya Author yang lainnya yaa 😘❤️
Every day the crown prince Wants to capture me (Gadis Militer, Cantik, Berani, Pintar dan barbar vs Putra Mahkota, si Akting Ayam Lemah tapi Berperut Hitam)
Shadow Queen : Dance of Deception (Pencuri dan pembunuh Cantik vs Pangeran Kesembilan dan Jenderal)
Rebirth and Redemption (Mantan Aktris, dan sekarang Calon Idol vs Pria Tampan, Seksi, dan Kaya Raya)
Karakter nya ga kalah barbar dari Xinxin loh, mampir Yuksss 💕✌️
awal yg menarik 😍