Qianlu adalah putri dari sebuah keluarga jenderal terpandang. Namun sayangnya hidupnya tidak bahagia, akibat dia sendiri, datangnya seorang selir dan juga anak nya membuat ibu nya tersingkir dan mengakibatkan sikapnya menjadi arogan.
"Jika seandainya aku bisa memutar waktu kembali, maka aku tidak mau menjadi seperti ini...." ujarnya ditengah ambang kematian.
"Dimana aku...."
"Qian! Lihatlah ayahmu sudah kembali!"
"Aku menjadi kecil?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamuflase
Wanita yang merupakan seorang permaisuri itu memperhatikan wajah Jun Hui. Dia dapat melihat ada kemiripan dengan sosok yang dikenalnya.
'Memang lebih mirip Hui Ying. Tapi senyum dan hidung nya seperti Ling Zhi.... Atau aku salah?' tapi rasa pesimis nya berubah ketika dia melihat sesuatu dari Jun Hui, hal itu membuat dia tersenyum tipis.
'Dia memang putra Ling Zhi.'
"Kalau begitu, coba tanya pada ibumu.... Apa dia mengenal wanita yang bernama Ling Zhi?" Setelah mengatakannya, dia melanjutkan langkah dengan suaminya meninggalkan Jun Hui yang cukup bingung dengan pembicaraan itu.
"Mari jenderal....." Sapa Wang yang membuat Jun Hui tersadar.
"Iya."
*********************
Di kediaman jenderal......
"Senangnya senangnya...." Qian bersenandung sembari memberikan pembalasan kecil pada neneknya. Kedua tangannya membulatkan buah beri, tepatnya beri palsu. Bagaimana tidak, Qian memotong jahe dengan bentuk bulat dan mewarnai nya dengan warna persis seperti beri.
"Satu atau dua sudah cukup kan? Lidahnya yang pedas itu akan ku buat tidak berkutik. Sudah berbohong, pemarah lagi!" Mendengar langkah kaki, Qian segera pergi tanpa meninggalkan jejak.
Terlihat pelayan membawa buah beri yang akan disajikan untuk nenek. Ketika wanita tua itu merasa gelisah dan sakit kepala.... Dia akan memakan buah beri. Melihat kepergian pelayan itu, Qian tertawa cekikik karena tidak sabar membayangkan ekspresi neneknya.
"Cepat masuk! Kenapa masih berdiri disana! Langkah mu lamban sekali!" Ucap Nenek dengan ketus. Meksipun kepalanya sedang terasa pening, tapi mulutnya tetap bicara pedas. Pelayan itu bergegas masuk dengan tertunduk dan sebaik mungkin menyajikan.
Ada delapan beri di piring. Tentu saja tidak akan terlihat mana yang palsu. Lagipula nenek tidak akan melihat dengan baik, dia hanya fokus makan dan memarahi. "Manis nya.... Beri hutan selalu membuat ku tenang. Pijit lagi! Rasanya masih pusing!"
"Iya nyonya."
"Ada apa adikku ini kesini?" Tanya Yong Zheng melihat kehadiran adiknya dengan pita rambut yang melambai tersapu angin yang selaras dengan gaun biru nya.
"Aku mau melihat kakak. Aku dengar dari ibu, kaki kakak sudah bisa melangkah..." Ucap Qian, tentunya sikap polos nan manis Qian ada udang nya.... Apalagi kalau bukan mendengar teriakkan neneknya yang akan segera terjadi.
Karena kebetulan sekali, tempat Yong Zheng terapi kakinya berdekatan dengan tempat sang nenek. Qian duduk manis di bawah pohon tallow yang rindang dan besar. Daunnya akan berubah menjadi merah terang yang menarik di musim gugur.
Tetapi sesekali matanya menoleh ke arah kediaman neneknya. "Apa aku harus berhitung? Mungkin dari lima? Atau sepuluh?" Ucap Qian sesekali dia tersenyum dan melambaikan tangan pada kakaknya.
"Mungkin aku harus hitung dari lima saja." Sedangkan dari sudut pandang Yong Zheng, adiknya itu tampak menyanyi dengan wajah manis nya.
"Mari Tuan muda, kita coba lagi." Yong Zheng mengangguk.
"Lima, empat, tiga, dua, satu......"
"Pedas! Pahit! Air! Mana air! Ce..
Ce -pat!" Teriakan nenek langsung menggema membuat Yong Zheng hampir terjatuh dan untungnya disambut oleh tabib nya.
"Hati-hati tuan muda."
"Akhirnya...." Ucap Qian kegirangan.
"Rasakan itu! Aku tidak akan membuat nenek hidup dengan tenang." Rasa amarah bercampur sesal melintasi kepala Qian. Karena selain selir dan putrinya, neneknya juga memiliki pengaruh yang besar bagi penderitaan nya.
"Terkadang aku berpikir, apakah dia memang nenek ku?"
Tabib langsung memeriksa keadaan nenek. Tenggorokan wanita tua itu terasa begitu panas sehingga dia jadi kesulitan untuk bicara. "bagaimana tabib?" tanya Yeong setelah mendapatkan kabar.
"Nyonya Ling Hua harus berkumur-kumur setiap 3 jam sekali dengan ramuan ini. Selain itu, lebih baik istirahat yang cukup dan juga hindari makanan yang mengakibatkan tenggorokan nya meradang." jelas tabib, sedangkan Nenek terbaring dengan rasa panas di tenggorokan nya.
Bersambung.......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🙏
suka bgt baca ceritamu thor