Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.
Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.
Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.
Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?
*
Ig: aca0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Pertemuan dengan Nando dan Cindy siang tadi membuat Siena yakin permasalahan diantara mereka tidak sesederhana memperebutkan Erlan, tetapi lebih dari itu.
"Aduuhh...pusing banget, otakku tidak bisa diajak berpikir lagi."keluh Siena meletakkan kepalanya diatas meja makan sore itu. Ia hanya sendirian di ruang makan, para maid sedang mengerjakan pekerjaan lain. Erlan belum pulang dari kantor.
" Biasanya kan kalau dalam novel arwah pemilik raga nya datang untuk membantu, ini arwah Siena kemana sih? Kenapa dia nggak pernah datang?" Siena beralih mengeluh pada arwah Siena yang entah dimana. Tapi, sungguh demi apapun, kepalanya pusing. Ia butuh sebuah petunjuk atau bisa juga cerita lengkap tentang masa remaja Siena.
Apa ia harus menanyakan pada mama Elva? Tapi bagaimana jika mama Elva curiga?
"Arrggh!"Siena membenturkan keningnya ke meja dengan gerakan pelan.
Sementara itu hari ini, Erlan sengaja pulang cepat, bukan hanya karena pekerjaannya yang sebagian besar sudah selesai tetapi juga ingin menginterogasi Siena mengenai pertengkaran wanita itu siang tadi dengan Cindy.
Bodyguard yang mengawal Erlan membukakan pintu mobil, Erlan keluar lalu melangkah lebar kedalam mansion, langkahnya cepat dan tegas khas seorang pemimpin .
Erlan baru saja hendak mencari Siena ke kamar ketika sudut matanya tidak sengaja melihat Siena sedang duduk di meja makan sembari menggerutu. Erlan tidak dapat mendengarnya, tetapi dari wajah kesal dan mulut nya bergerak Cepat pastilah wanita itu sedang menggerutu atau mungkin juga sedang mengumpat.
Erlan berhenti di pintu ruang makan, mengamati wajah Siena dengan seksama, ia tersenyum tipis kala menyadari betapa menggemaskan wajah Siena saat ini. Pipinya sengaja di gembungkan dan bibirnya mengerucut, melihat itu Erlan jadi tak sengaja membayangkan rasanya saat mencium bibir mungil itu.
Sesaat kemudian Erlan menggeleng, wajahnya kembali datar. Apa yang haru saja ia pikirkan? Ia tidak mungkin mau mencium Siena, tidak akan pernah ia lakukan.
"Siena, kita perlu bicara." Kata Erlan seraya berjalan menghampiri wanita itu.
Siena mengangkat kepalanya dan sedikit terkejut melihat Erlan ada disini, bukankah seharusnya pria ini masih di kantor, tidak biasanya dia pulang cepat.
"Mau bicara apa?"tanya Siena was-was, dalam hati menduga barangkali ada hubungannya dengan pertengkaran tadi siang di butik madam Bevali. Tapi, kan seharusnya tidak jadi masalah karena Siena tidak melawan sama sekali, Erlan pasti tahu itu, kecuali jika suaminya itu telah di butakan oleh cinta dan menutup mata akan kebenaran maka bisa jadi ia akan menerima kemarahan Erlan.
Erlan menarik sebuah kursi lalu duduk di depan Siena, ia mengeluarkan ponselnya lalu menyodorkan pada Siena, "lihat! Kenapa bisa kejadian seperti ini terjadi? Bukankah aku sudah mengatakan untuk tidak mencari masalah.
"Hei! Kau tidak lihat siapa yang mencari masalah?" Siena memutar bola matanya, kesal sekali di tuduh mencari masalah padahal sudah jelas Cindy yang lebih dulu menghampirinya dan menjambak rambutnya,
"Cindy yang mencari masalah denganku, aku bahkan sudah menghindar. Sesekali buka mata dong! Lihat siapa yang salah?" Ujar Siena menggebu-gebu, namun sesaat kemudian ia menutup mulutnya dan melirik Erlan takut.
Wajah Erlan memerah. Mampus! Dia marah, Siena hanya bisa menyalahkan diri sendiri karena dengan sangat berani berbicara dengan nada tinggi. Apa ia akan dibunuh? Lalu mati untuk kedua kalinya. Siena menggeleng, ia tidak bisa membayangkan rasa sakit kematian untuk kedua kalinya.
Rumornya kan dia orang yang kejam. Dia bisa membunuhku dengan mudah! Pekik Siena dalam hati.
Tuhan, ampuni dosa Siena.
" Baiklah." Erlan berdiri lalu meninggalkan Siena begitu saja.
"Hanya itu?" Siena melongo tidak percaya, ternyata ada yang lebih misterius dari lautan. Ya, itu Erlan, dia sulit di mengerti dan tidak bisa di pahami.
Siena berdiri lalu setengah berlari menyusul Erlan yang sudah masuk ke dalam lift, sebelum pintu tertutup Siena dengan cepat menyusul masuk, berdiri diam di sebelah Erlan.
"Kenapa tidak marah?" Tanya Siena penasaran, ia mendongak untuk melihat wajah Erlan dan ketika pria itu balas menatapnya, Siena buru-buru menunduk.
"Kau ingin aku marah?" Erlan balik bertanya.
"B-bukan. Hanya aneh saja..."
Lift berhenti di lantai tiga, Erlan mengabaikan Siena dan segera keluar lalu masuk ke kamar utama.
Siena menghembuskan nafas panjang, terkadang ia kesal sendiri dengan sikap dingin dan acuh tak acuh Erlan. Tidak bisakah pria itu bersikap manis kepada jomblo sejati seperti dirinya.
Sebagai informasi, selama tujuh belas tahun hidup Sena tidak pernah berpacaran, sebenarnya ingin tetapi tidak ada waktu untuk itu. Kehidupan pertamanya sangat menyedihkan hingga bahkan tidak punya kisah cinta monyet seperti orang lain.
Lalu, saat hidup kembali sebagai Siena, dan mendadak punya suami dan terlebih lagi yang menjadi suaminya adalah pria dingin yang tidak punya hati. Punya sih, tapi sudah diberikan kepada wanita lain. Kenyataan ini membuat Siena terkadang sakit kepala memikirkannya.
Jika aku mati lagi, aku berharap hidup kembali sebagai anak tunggal kaya raya dan masih single,
Siena berdoa penuh harap dalam hati. Tanpa sadar, ia sudah berada di kamarnya.
Siena mendudukkan dirinya di atas ranjang, ia mengambil laptop dan mulai menonton serial televisi Amerika sembari menunggu Erlan selesai mandi.
Darimana siena tahu kalau Erlan sedang mandi? Tentu saja dari suara air dari kamar mandi yang terdengar olehnya sejak masuk kamar.
Tidak lama kemudian Erlan keluar dari kamar mandi, ia hanya melirik Siena sekilas lalu berlalu pergi ke walk in closet untuk berganti pakaian.
Siena sangat fokus melihat drama jadul Amerika, The vampire diaries, serial televisi yang sangat ia suka. Ia bahkan tidak sadar, Erlan sudah selesai mandi dan mengganti pakaian. Pria itu duduk di samping Siena, mengamati wajah serius Siena.
"Cantik." Gumam Erlan tanpa sadar, Siena yang sedang asik nonton entah kenapa tiba-tiba merinding, ia merasa sedang di perhatikan.
"Duh, nggak mungkin kan vampire nya keluar dari dalam laptop..." Gumam Siena menjadi tidak masuk akal, ia mengusap tengkuknya lalu menoleh ke arah kanan darimana tatapan itu berasal.
"KYAAAA!" Siena berteriak kaget mendapati Erlan duduk sangat dekat dengannya. Erlan dengan wajah datarnya menggeser duduknya, memainkan ponsel seolah tidak ada yang terjadi.
"Bikin kaget aja," kesal Siena menutup laptop, ia sudah tidak ingin melanjutkan tontonan nya.
"Mandi."
"Hah? Apa?" Tanya Siena tidak mengerti.
"Mandi sana! Kita berangkat setengah jam lagi," kata Erlan santai.
"APA? SETENGAH JAM LAGI? KENAPA BARU BILANG?"Siena Kembali berteriak, ia tidak bisa bersiap dengan maksimal dengan waktu tiga puluh menit.
"Jika kau terus berteriak tanpa melakukan apa-apa, mungkin waktu nya sekarang hanya tinggal dua puluh lima menit lagi."
Cukup! Siena tidak mau lagi mendengar ucapan pria dingin yang sialnya adalah suaminya, Siena mendelik kesal lalu dengan kecepatan kilat meluncur ke kamar mandi.
Sudut bibir Erlan terangkat, ternyata sangat menyenangkan menjahili Siena. Erlan harus mempertimbangkan nya sebagai hobi barunya.
BRUK!
GEDUBRAK!
Baru saja pintu kamar mandi tertutup terdengar suara gaduh dari dalamnya. Seperti suara seseorang yang terjatuh.
"AAAA..." Di susul dengan teriakan Siena yang menggelegar sampai terdengar keluar kamar mandi dan memenuhi seluruh penjuru kamar. Erlan menutup kedua telinganya, dengan langkah lebar mendekat ke kamar mandi.
Siena benar-benar menyusahkan. Ada-ada saja masalah yang ditimbulkan oleh wanita itu.