Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Benar-Benar Terjerat.
Pengantin baru yang seharusnya tidur bersama, di ranjang besar itu dan ternyata tidak untuk pasangan Nathan dan Nasya. Setelah terjadi perdebatan di antara mereka tadi. Nasya yang berada di atas tempat tidur yang berbaring miring dengan selimut sampai dada dan sementara Nathan memilih untuk tidur di sofa.
Siapa yang mengangkat Nasya ke tempat tidur, siapa lagi jika bukan Nathan dan sempat mendapatkan penolakan dari Nasya. Nathan tidak peduli dan tetap membaringkan istrinya di atas ranjang dan jika Nasya mau berteriak juga tidak bisa.
Dia sudah sangat kesal dengan tingkah Nasya yang bisa-bisanya di malam pertama mereka membuat ulah. Memang semua kesalahan Nathan juga dan entah kenapa dia malah setuju dengan Santi yang sama saja telah merusak hidupnya.
Sudah pukul 02.00 pagi dan ternyata Nathan belum tidur juga, dia berbaring lurus dengan lengan yang berada di dahinya yang matanya tetap terbuka menatap langit-langit kamar. Sesekali dia menoleh ke atas tempat tidur yang tetap saja Nasya tidak bergerak dari tempatnya tetap pada posisi awal.
Nathan memejamkan mata yang ternyata dia tidak tidur sama sekali justru dia mengingat kecelakaan itu, dia berusaha untuk menyelamatkan Radit terlebih dahulu. Namun mendapatkan kesulitan untuk membuka pintu dan saat itu Nathan melihat Nasya yang masih sadarkan diri dengan berlumur darah.
Ada rasa iba melihat gadis yang tampak kesakitan itu. Nathan memilih untuk meninggalkan Radit dan menolong Nasya dan saat membawa Nasya keluar dari mobil tersebut, terjadi ledakan yang begitu kuat dan akhirnya Radit terbakar di dalam mobil itu.
Menurut Dokter Radit memang sudah tiada jauh sebelum ledakan yang artinya saat Nasya melihat Radit di mana kekasihnya itu sudah tiada. Jadi Radit meninggal bukan karena terbakar di dalam mobil. Untung saja Nathan punya pikiran untuk menolong Nasya dan paling tidak Nathan telah menyelamatkan orang yang masih hidup dan tidak terbakar keduanya.
Tetapi siapa sangka gadis yang dia selamatkan justru sekarang menjebak hidupnya. Nathan harus bertanggung jawab kepada Nasya. Terlebih lagi Nasya sengaja melakukan pernikahan itu untuk menjerat dirinya.
Mata Nathan kembali terbuka dan sekarang pandangannya pada meja panjang yang terdapat foto-foto kemesraan Nasya dan juga Radit. Nathan geleng-geleng kepala entah apa yang terjadi membuat dirinya berada dalam situasi seperti itu.
"Apa semua yang terjadi harus dipertanggungjawabkan dengan seperti ini?" ucapnya dengan suara berat dan kembali melihat ke arah Nasya yang masih saja tetap pada tempatnya dan matanya juga masih tetap tertutup.
***
Setelah Nasya dibantu suster untuk mengganti pakaian di pagi hari yang mana dia sudah terlihat sangat cantik menggunakan dress berwarna coklat dengan rambutnya yang terurai panjang. Nathan yang mendorong kursi roda Nasya menuju meja makan yang sudah dipenuhi oleh Raden Andre dan Malika.
"Nasya!" sahut Malika tersenyum melihat pasangan pengantin baru itu.
Dia sangat berharap Nathan mengerti dengan posisi Nasya dan melupakan atas kejadian tadi malam.
"Ayo sarapan bersama Nathan," ajak Raden.
Nathan menganggukkan kepala. Dia sudah memposisikan Nasya pada makanan yang di depannya dan Nathan juga langsung duduk di samping Nasya.
"Nathan ini pertama kali kamu sarapan di rumah kami. Apa kamu memiliki kebiasaan sarapan di rumah bersama orang tua kamu, sarapan seperti apa dan siapa tahu saja tidak cocok dengan sarapan di rumah kami. Kamu bisa mengatakannya," ucap Malika yang memang sangat ramah yang sejak awal membuka tangan lebar atas kedatangan Nathan di rumahnya.
"Sarapan saya sama saja dengan sarapan biasa. Jadi tidak ada hal yang berbeda atau yang istimewa," jawab Nathan.
"Syukurlah kalau begitu!" sahut Malika
Malika yang terlebih dahulu mengambilkan nasi goreng untuk Nasya dengan telur ceplok kesukaan Nasya dan kemudian Malika juga mengambilkan ke piring Nathan.
"Tante tidak usah saya sendiri saja," tolak Nathan yang merasa tidak enak harus diperlakukan sedikit istimewa.
"Tidak apa-apa Nathan. Kamu sudah menjadi menantu di rumah ini dan perlakuan saya akan tetap sama seperti kamu dan Nasya," ucap Malika yang tetap melanjutkan memberikan nasi goreng.
Nathan hanya menghela nafas pelan. Apa yang bisa dia lakukan jika Malika sudah membuat makanan itu di dalam piringnya.
"Kita sarapan bersama. Nasya kamu bisa makan sendiri bukan?" tanya Raden.
Nasya menganggukkan kepala yang membuat Raden tersenyum.
"Hari ini ada jadwal Nasya untuk terapi. Kamu temani adik saya sampai selesai terapi," sahut Andre yang tetap saja berbicara dengan suara dingin.
"Sampai jam berapa?" tanya Nathan.
"Nasya terapi jam 10.00 pagi sampai jam 05.00 sore," jawab Malika.
"Tapi saya ada pekerjaan. Saya akan mengantarkan Nasya dan nanti akan menjemput Nasya," ucap Nathan dengan jujur yang memang tidak mungkin 24 jam terus saja bersama Nasya.
"Apa-apaan kamu. Apa ini yang namanya bertanggung jawab hah! saya juga bisa mengantarkan adik saya dan menjemput adik saya. Tetapi kamu suaminya dan punya kewajiban untuk menunggu Nasya, menemaninya terapi, agar kamu melihat semua yang kamu tahu betapa sulitnya adik saya untuk kembali normal!" tegas Andre.
"Andre sudahlah! Nathan baru saja berada di rumah kita dan semua secara singkat yang kita tidak mengetahui secara detail tentang Nathan. Nathan juga pasti memiliki pekerjaan. Kamu jangan langsung mendesak Nathan untuk menemani Nasya. Pelan-pelan kita lakukan semuanya dan harus saling menghargai," sahut Malika dengan bijak.
"Baiklah! Saya akan menemani Nasya," sahut Nathan yang akhirnya tidak punya pilihan lain.
"Nathan saya hanya mengenal Ayah kamu sebagai Dokter di rumah sakit Fatmawati. Tetapi saya tidak tahu apa pekerjaan kamu apakah kamu juga seorang Dokter?" tanya Raden.
"Tidak! Saya bukan seorang Dokter. Saya memiliki Perusahaan makanan dan minuman. PT food drink," jawab Nathan.
"Itu berarti kamu juga memiliki kesibukan dalam bisnis yang memang kamu tidak bisa menemani Nasya terus melakukan terapi. Nathan bukan berarti kamu menikah dengan Nasya dan kamu juga harus mengorbankan pekerjaan kamu. Kamu memiliki tanggung jawab yang besar. Jadi biarkan kami yang akan menemani Nasya untuk menjalankan terapi," sahut Malika yang sangat pengertian sekali kepada Nathan.
Nasya mendengarnya terlihat ekspresi wajahnya kurang setuju dan bahkan suara hentingan sendok terdengar yang membuat pandangan Nathan menoleh ke arahnya. Itu sebagai pertanda protes dari Nasya.
"Tidak apa-apa. Saya baru saja menikah dan cuti itu adalah hal yang biasa untuk pernikahan. Lagi pula Nasya juga tidak setiap hari terapi dan saya akan bertanggung jawab untuk terapi Nasya mulai saat ini," sahut Nathan yang benar-benar meladeni keinginan Nasya.
"Bagus! Kau juga akan kehilangan waktumu dalam bekerja hanya untuk mengurusku," batin Nasya yang benar-benar ingin mencuri seluruh kehidupan Nathan yang selama ini sudah sangat nyaman dijalankan Nathan.
"Kami benar-benar minta maaf Nathan atas ketidaknyamanan kamu tentang semua ini. Kami tau semua ini tidak mudah untuk kamu dan kembali lagi ini sudah ditakdirkan," sahut Malika.
"Kenapa harus meminta maaf? Apa yang terjadi adalah karena kesalahan dia. Dia memang memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab," sahut Andre yang sama saja dengan adiknya yang ingin mengikat Nathan di dalam kehidupan Nasya agar tidak bisa melakukan apapun.
Untung saja Nathan orang yang sangat sabar dan terbukti dia hanya menurut saja apapun yang dikatakan Andre dan lebih lagi dengan tingkah Nasya yang ada saja.
Bersambung......