Melisa, seorang gadis biasa yang sedang mencari pekerjaan, tiba-tiba terjebak dalam tubuh seorang wanita jahat yang telah menelantarkan anaknya.
Saat Melisa mulai menerima keadaan dan bertransformasi menjadi ibu yang baik, dia dihadapkan pada kenyataan bahwa dunia ini penuh dengan bahaya. Monster dan makhluk jahat mengancam keselamatannya dan putranya, membuatnya harus terus berjuang untuk hidup mereka. Tantangan lainnya adalah menghindari ayah kandung putranya, yang merupakan musuh bebuyutan dari tubuh asli Melisa.
Dapatkah Melisa mengungkap misteri yang mengelilinginya dan melindungi dirinya serta putranya dari bahaya?
Temukan jawabannya dalam novel ini, yang penuh dengan misteri, romansa, dan komedi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teka teki cermin
Melisa menatap aneh pada pria yang berdiri di hadapannya ini. "Bukankah anda yang menyuruh saya untuk masuk ke dalam dan memeriksa, tapi kenapa anda justru bertanya kenapa saya disini? Apa anda mendadak hilang ingatan?" wanita itu menatap sinis pada pria berkacamata itu.
"Karena kau terlalu bodoh jika sendiri, aku takut kau mungkin saja bagian dari penjahat yang kau katakan itu dan sengaja menjebakku," jawab pria itu dengan wajah tanpa bersalah.
'Apa dia gila?' pikir Melisa.
"Anda benar-benar orang yang sangat luar biasa menyebalkan ya?" tanya wanita itu yang lebih seperti sindiran.
"Terima kasih atas pujiannya," jawab pria itu dengan senyum tipis.
'Kenapa aku harus bertemu dengan orang seperti ini di dunia yang juga aneh ini?' pikir Melisa.
"Krek," ketika wanita itu sedikit melamun, pria itu dengan santainya membuka pintu yang terdapat suara aneh itu.
"JANGAN DI BU..." belum sempat ia selesai berbicara, tapi pria itu sudah berhasil membuka pintu aneh itu. Tampak di dalamnya benar-benar kosong seperti biasa, hanya ada sebuah cermin besar dan juga kasur di sana. Di tambah dengan cahaya yang begitu redup karena berasal dari beberapa lilin yang dinyalakan.
"Rasanya seperti awal novel horor, jika begitu orang yang sangat ingin tahu seperti anda ini yang mati duluan," ujar wanita itu saat melihat kamar yang cukup mencekam itu.
Pria itu hanya menatap sinis padanya tanpa mengatakan apapun.
"Kau maju lebih dulu," pintanya membuat Melisa langsung menatap tidak percaya pada pria itu.
"Kenapa harus saya yang maju duluan? Kan anda yang membuka pintu ini," ujar wanita itu dengan sangat tidak terima. Ia bahkan mengernyitkan dahinya karena begitu tidak terimanya.
"Akan berbahaya jika ada jebakan di sana," jawab pria itu dengan nada yang datar.
Mendengar jawaban dari pria itu, ingin sekali rasanya Melisa memukul kepalanya dengan batu bata.
"Apa anda pikir saya adalah manusia sakti yang tidak akan terluka? Biar saya perjelas bahwa saya adalah warga sipil biasa dengan kemampuan biasa. Saya bahkan jauh lebih lemah dari anda. Jadi bagaimana anda bisa begitu tega membiarkan saya yang begitu lemah ini untuk melawan bahaya duluan," jelas wanita itu panjang lebar sedangkan pria tersebut sama sekali tidak memperdulikannya. Ia bahkan tidak melihat kearah Melisa sedikitpun. Pandangannya hanya lurus kedepan pada ruangan aneh tersebut.
"Warga biasa? Begitu lemah? Bukankah itu sangat bertolak belakang darimu?" ujar pria itu dengan menoleh sejenak pada Melisa sebelum kembali menatap lurus kedepan.
Pria itu masih mengingat betul bagaimana gadis ini seorang diri pernah membakar satu rumah bangsawan rendah dengan sihir apinya. Dengan kekuatan seperti ini, mana mungkin bisa gadis yang di hadapannya ini disamakan dengan kata 'warga biasa yang begitu lemah'.
"Anda mengatakannya seakan-akan sudah sangat mengenal saya, padahal kita hanya orang asing, jadi jangan asal berucap," ujar Melisa, pria ini seakan-akan sangat mengenalnya dan itu mulai membuat dirinya merasa curiga.
"Jangan banyak berbicara, masuklah!" perintah pria itu dengan nada yang tegas.
"Akh.."
"Eh," ia terkejut saat pria itu justru mendorong tubuhnya hingga dirinya kini telah berada di dalam kamar aneh itu. Tapi yang saat ini yang bisa dilakukan oleh wanita itu hanyalah mengumpat pria gila itu dalam hati.
'Dasar bajingan,' umpat Melisa dalam hati.
Melisa memutuskan untuk berjalan kedepan. Rasanya benar-benar sunyi bahkan suara derit kayu yang di injaknya terdengar cukup jelas.
Hingga kini akhirnya ia berdiri tepat di hadapan sebuah cermin yang setinggi dirinya. Kemudian ia dapat melihat jelas bayangan dirinya yang terpantul di sana.
"Cermin yang cukup tua, untuk apa tabib Li menyimpan benda ini?" gumam Melisa dengan menjulurkan tangannya hendak menyentuh permukaan cermin.
Hingga ia menyadari sesuatu saat melihat ukiran di bingkai cermin tersebut dan membuatnya menghentikan gerakan tangannya.
"Sialan !" umpatnya pelan, lalu berlari dengan cepat ke arah pintu keluar. Sedangkan pria itu dibuat terkejut dengan wanita itu yang tiba-tiba berlari dengan begitu cepat ke arahnya.
"Apa yang kau..." pria itu tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Melisa sudah terlalu dekat.
"Akh!" Melisa berhenti secara mendadak di depan pria itu, tapi karena kecepatannya yang terlalu tinggi, ia tidak bisa mengontrol tubuhnya sendiri.
"BRAK !" tubuh Melisa terjatuh ke depan, tapi secara reflek dia justru menarik tangan pria itu. Karena pria tersebut tidak memiliki persiapan hingga membuat dirinya justru ikut tersungkur di atas lantai bersama dengan Melisa.