[Hiatus authornya selingkuh novel]
Seorang pria membangun perusahaannya dengan tujuan mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin. Namun, semakin banyak uang yang dimilikinya, semakin tinggi kesombongannya. Pada akhirnya, kesombongannya menjadi kehancurannya. Ia dijatuhkan oleh perusahaan lain dan kehilangan segalanya.
Namun. Ia bereinkarnasi ke dunia kultivasi sebagai seorang Summoner, dengan kemampuan memanggil makhluk-makhluk luar biasa. Di dunia baru ini, ia didampingi oleh seorang Dewi yang setia di sisinya.
Sekarang, dengan segala kekuatan dan kesempatan yang dimilikinya, apa yang akan menjadi tujuannya? Apakah ia akan kembali mengejar kekayaan, mencari kedamaian, atau menebus kesalahan dari kehidupan sebelumnya?
Arc 1 — Alam Bawah ~ 43 Chapter.
Arc 2 — Alam Atas ~
Up suka-suka Author!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membantu!
Saat aku tengah menikmati sensasi benda lembut yang menempel di lenganku, tanpa sengaja kakiku menginjak ranting kering di tanah.
KRAK!
Suara patahan itu terdengar jelas, memecah kesunyian malam.
“Bodoh! Kau lihat ke mana saat berjalan, Huang?!” Ling’er berbisik tajam, jelas terdengar kesal.
Namun, semuanya sudah terlambat. Pemimpin gerombolan di depan langsung menoleh dan tanpa ragu mengarahkan pedang terbang ke arah kami.
“Gawat!”
Ling’er dengan cepat bereaksi. Dia menahan pedang itu menggunakan Qi miliknya, menciptakan perisai tak terlihat di hadapan kami.
“Itu dia! Putri yang dicari Kaisar! Kejar dia!” teriak salah satu dari mereka.
Ling’er mendesah, lalu menoleh padaku. “Tidak ada pilihan lain. Huang, sembunyilah di belakangku!”
Aku mengangguk dan mundur beberapa langkah, membiarkan Ling’er menghadapi mereka.
[Penilaian Dimulai]
Nama: Lan Jiama
Kultivasi: Raja Suci (Ranah 5)
Gelar: Pemimpin Pasukan Iblis
[Penilaian Selesai]
Lan Jiama maju dengan percaya diri, mengayunkan pedangnya ke arah Ling’er. Ling’er menyambut serangannya dengan pedang besar yang dipegangnya, menciptakan percikan api saat bilah pedang mereka bertemu.
Benturan demi benturan terdengar keras. Gerakan Ling’er sangat cepat dan sulit diprediksi. Dia terlihat jauh lebih tangkas dibandingkan Jiama, membuat lawannya beberapa kali terpaksa mundur.
Merasa terpojok, Jiama memanipulasi Qi-nya untuk mengangkat batu besar dari tanah, lalu melontarkannya ke arah Ling’er.
Namun, dengan gerakan tenang, Ling’er mengayunkan pedangnya, menghancurkan batu itu menjadi serpihan kecil sebelum sempat menyentuhnya.
Aku, yang berdiri agak jauh, memanfaatkan kesempatan untuk memanggil Prajurit Bayangan. Dengan hati-hati, aku menyembunyikan keberadaan mereka, bersiap untuk menyerang begitu Ling’er melumpuhkan Jiama.
Di medan pertempuran, Jiama akhirnya mengaktifkan teknik pamungkasnya.
“Teknik Jiwa Iblis Hitam!”
Qi-nya membubung tinggi, memancarkan aura gelap yang mengerikan. Tingkat kultivasinya melonjak drastis, setara dengan seorang Kaisar Suci (Ranah 7).
“Tuan Putri, menyerahlah! Kaisar sedang mencarimu. Jika Anda tidak kembali, istri-istri kami akan menjadi korban nafsunya. Korbankan dirimu demi kami semua!” teriak Jiama dengan nada memohon.
Ling’er tertawa sinis. “Apa hubungannya itu denganku? Kalian hanyalah pengikut rendahan, bukan siapa-siapaku.”
Dia maju menyerang. Namun, Jiama yang kini dipenuhi aura gelap dengan mudah menghentikan gerakannya. Qi-nya yang kuat mengunci tubuh Ling’er di udara.
“Argh!” Ling’er berteriak, berusaha melepaskan diri.
Jiama tersenyum puas, langkahnya semakin mendekat. “Sudah kubilang, kau tidak akan bisa melawan, Tuan Putri.”
Dia mengulurkan tangannya, berusaha menyentuh wajah Ling’er. Ekspresinya penuh dengan kepuasan menjijikkan.
Melihat itu, entah kenapa amarahku memuncak.
“Sudahlah,” gumamku sambil mengaktifkan teknikku. “Ini sudah terlalu membosankan.”
“Tsunami Pembelah Api!”
Qi merah menyala membungkus tubuhku. Dalam sekejap, aku melesat dengan kecepatan penuh menggunakan Langkah Ledakan, menghantam Jiama hingga dia terlempar mundur. Dengan pedangku, aku menghancurkan Qi yang menahan tubuh Ling’er, membebaskannya.
Aku menangkap Ling’er di udara. Namun, tanpa sengaja tanganku menyentuh sesuatu yang lembut. Ling’er terdiam, ekspresinya kaget, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa.
Menggunakan sayap merahku, aku membawa kami terbang ke langit, menjauh dari Jiama dan anak buahnya.
“Prajurit Bayangan, habisi mereka semua. Jangan biarkan satu pun lolos,” perintahku dalam hati.
Aku memanggil lebih banyak Prajurit Bayangan daripada sebelumnya, memanfaatkan Qi-ku yang kini terasa jauh lebih kuat. Saat itu, aku menyadari bahwa kultivasiku telah meningkat ke Pendekar Emas (Ranah 3), kemungkinan besar karena efek inti jiwa Elang Api.
Di langit, Ling’er akhirnya angkat bicara. “Bagaimana kau bisa melakukan itu? Dan… kultivasimu… Bukankah sebelumnya kau hanya di Pendekar Perak?”
Aku tersenyum kecil. “Itu cerita panjang. Tapi, bisakah kau tidak mengatakan ini kepada siapa pun?”
Ling’er menatapku, lalu mengangguk. “Aku berjanji.”
Dalam perjalanan panjang di langit malam, aku menjelaskan tentang kekuatanku. Aku bercerita tentang Prajurit Bayangan dan kemampuan baru yang kudapatkan. Namun, aku sengaja tidak menyebutkan soal reinkarnasi atau Yun Yun. Itu bukan sesuatu yang perlu dia tahu sekarang.
Kami terbang selama berjam-jam, ditemani angin dingin yang menampar wajahku. Ling’er hanya diam di sampingku, tatapannya lurus ke depan. Meski begitu, aku tahu dia pasti memikirkan banyak hal. Aku juga. Tapi untuk saat ini, aku memilih menikmati ketenangan ini, setidaknya sampai kami tiba di tempat aman.
Belum, belum, siap-siap aja kulabrak bentar lagi