Leana seorang aktris yang baru saja terjun ke dunia hiburan tiba-tiba didorong ke dalam laut. Bukannya mati, Leana justru masuk ke dalam sebuah novel yang di mana ia menjadi tokoh pendukung yang lemah. Tokoh itu juga memiliki nama yang sama dengannya
Leana menjadi salah satu simpanan tokoh utama yang telah beristri. Namun tokoh utama pria hanya menganggap ia sebagai alat pemuas hasrat saja. Dan terlebih lagi, di akhir cerita ia akan mati dengan mengenaskan.
Merasa hidup sudah di ujung tanduk, Leana berusaha mengubah nasib tokohnya agar tidak menjadi wanita simpanan yang bodoh dan tidak mati mengenaskan. Di sisi lain Leana juga harus mencari cara agar keluar dari dunia novel ini.
Akankah Leana mampu melepaskan diri dari tuannya yang terkenal kejam itu? Dan bagaimana caranya agar Leana mampu kembali ke dunia asalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kewaspadaan Leana Kepada Dalton
Jarum jam menunjukkan bahwa waktu tepat tengah malam. Leana memandangi dirinya di depan cermin. Jalan cerita telah berubah, Adaline tidak melakukan hal itu dengan Dalton. Terlebih lagi insiden tadi tidak ada dalam cerita, namun kejadian itu terjadi.
Dirinya di dalam cermin itu terlihat palsu. Sebenarnya siapa dirinya? Apa dan mengapa ia bisa berada di sini? Bagaimana caranya keluar? Tempat ini bagaikan penjara. Tempat ini adalah tempat yang terasa nyata namun terlihat seperti sebuah ilusi.
Lalu dalam benak gadis itu, apakah semua ini adalah ilusinya di dalam sebuah mimpi? Atau ilusinya dalam koma yang panjang? Atau jangan-jangan ini adalah akhir dari kehidupan, di mana kamu terjebak di antara dua dunia dan tidak bisa kembali ke manapun.
"Aku harus keluar dari neraka ini. Bersikeras aku lakukan, rasanya seperti aku terjebak di tubuh ini. Rasanya ini bukan aku. Siapa kamu sebenarnya Leana?" tanya Leana di depan cermin.
Merasa pusing, Leana mengeluarkan catatan. Ia menulis seluruh isi pikirannya saat ini. Dalam hatinya Leana berharap jika Leana bisa berkomunikasi langsung dengan Leana yang ada pada Novel, ia ingin segera keluar dari sini.
"Aku ingin cari angin saja."
Tubuh mungilnya memakai piyama gaun bewarna putih. Potongan lengan yang kecil membuat bahu dan tulang selangka Leana terlihat seksi. Rambutnya kian hari semakin terawat. Aroma susu dan lavender begitu menyatu.
Sendirian Leana duduk di pinggir kolam. Rambut hitam panjang nan indah itu tertiup angin hingga membuatnya sedikit berantakan. Terlihat betis yang mulus ketika Leana melipat kedua kakinya ke samping.
Di kejauhan, di dalam mansion, di balik jendela, Dalton memperhatikan Leana. Dalton belum bisa tidur, ada sesuatu yang mengganjalnya. Melihat pemandangan ini tambah begitu mengganjal hatinya. Sadar akan apa yang dialaminya, Dalton ingin memastikan sesuatu yang jelas.
Akhirnya pria itu memutuskan turun untuk menemui Leana. Langkah demi langkah membuat hatinya kian bertanya-tanya. Seberapa menarik gadis yang akan ia temui ini? Dalton tahu jika Leana cantik, tetapi itu tidak sebanding dengan cinta Anastasia. Lalu mengapa kesenangan ini harus datang dari Leana?
Sekejap Dalton memandangi tubuh yang indah itu dibawah sinar bulan. Kolam itu memantulkan wajah yang cantik bak rembulan. Dengan jelas Dalton dapat melihat pantulan wajah Leana di dalam kolam. Sedangkan Leana menatap ke depan dan tidak menyadari Dalton yang memperhatikannya.
Setelah beberapa saat, Leana kembali memandangi kolam. Betapa terkejut dirinya ketika melihat pantulan bayangan Dalton dari sana.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Leana penuh kewaspadaan.
Lagi-lagi matanya menatap Dalton dengan begitu. Mata yang tidak pernah Dalton dapatkan dari gadis manapun.
"Aku keluar untuk melihatmu," jawab Dalton secara blak-blakan.
"Apa maksudmu? Pergilah sebelum aku membunuhmu!" ancam Leana.
Lagi-lagi sikapnya kepada Dalton selalu begitu. Sikap kasar dan arogan yang tidak pernah Dalton dapatkan dari gadis manapun.
"Apakah salah seorang bos melihat bawahannya?" tanya Dalton.
"Apakah kau sudah gila? Aku tidak ingin dilihat oleh siapapun, termasuk kau juga!"
Lagi-lagi ia enggan untuk menerima Dalton. Wajah cantiknya itu masih terlihat begitu cantik meski gadis ini sedang kesal. Sikapnya yang menyebalkan tetapi terlihat lucu dan begitu menarik.
Tidak tahu kapan pastinya, tetapi sesuatu ini begitu mengancam dirinya. Jelas, perasaan ini bukan seperti perasaannya kepada Anastasia, perasaan menggebu-gebu untuk memilikinya dan memamerkan itu kepada dunia. Perasannya kepada gadis di hadapannya adalah perasaan yang begitu sukar untuk dipahami.
"Sebenarnya kau siapa?" tanya Dalton.
"Apa? Kau benar-benar sudah gila yah! Aku akan pergi dari sini saja!" gertak Leana.
Leana berusaha berdiri, tetapi ketika ia menapakkan kakinya ke tanah, sesuatu menusuk kakinya. Leana berteriak kesakitan. Serpihan kaca berhasil menancap ke dalam kakinya. Gadis itu kehilangan keseimbangan dan jatuh ke dalam kolam.
Refleks Dalton melompat ke dalam kolam. Kaki Leana begitu sakit sehingga sulit membuatnya bergerak. Langit yang gelap membuat pandangan Dalton buram. Sebisa mungkin pria itu mencari keberadaan Leana.
Dengan menyelam lebih jauh, Dalton melihat Leana yang berusaha naik. Pria itu menggapai tangan Leana dan memeluk gadis itu untuk membawanya ke luar. Setelah naik ke permukaan air, Dalton menggendong Leana menuju ketepian.
Tubuh mereka berdua basah kuyup. Dalton tidak peduli dengan dingin tubuhnya, sekarang pria itu menggendong Leana ala bridal style ke ruang perawatan. Mata Dalton melihat telapak kaki Leana yang berdarah kemudian menatap Leana yang pucat.
Gadis yang berada dalam gendongan itu menatap Dalton dengan sedikit bingung. Tangannya terus memegang leher Dalton agar tidak terlepas. Ketika sudah sampai, Dalton meletakkan Leana di atas kasur.
Pria itu begitu cekatan mengambil kotak P3K dan memakaikannya untuk Leana. Ia mengeluarkan serpihan kaca yang tertusuk lalu mengeluarkan darahnya. Cairan antiseptik dioleskan ke telapak kaki wanita itu. Begitu telaten Dalton memasang perban untuk lukanya.
"Terima kasih," ucap Leana.
Dalton terdiam, tidak mampu mengucapkan kata apapun. Matanya melihat seluruh tubuh gadis di depannya. Pakaian mereka basah sehingga membuat lantai dan tempat tidur juga basah. Pakaian gadis itu juga terlihat menerawang. Menyadari akan ada sesuatu yang bangun, Dalton memilih membuang wajahnya.
Leana melirik lantai dan tempat tidur yang basah, cukup takut membuat keributan esok hari hingga ia berniat untuk membereskan kekacauan ini secepat mungkin.
"Aku akan membereskan ini," kata Leana berusaha bangkit.
"Diamlah di tempatmu. Jika kau menapakkan kakimu, luka itu akan lama sembuhnya," tutur Dalton.
Jantung Leana, jantung itu berdegup dengan tidak semestinya. Pertanyaan timbul dalam dirinya. Mengapa pria yang jahat ini melakukan ini padanya? Apa alasan khusus pria di depannya melakukan ini? Ini seperti bukan Dalton.
"Lalu ini?" tanya Leana menunjukkan tempat tidur yang basah.
"Istirahatlah di kamar tamu. Jika kau kembali ke tempatmu, temanmu akan lebih bingung dengan situasinya."
"Maksudmu?"
Tanpa aba-aba Dalton langsung menggendong Leana. Ia membawa Leana ke kamar tamu. Leana terdiam kaku. Rasanya bibirnya terkunci untuk mengatakan sesuatu. Gadis itu menatap Dalton. Jantungnya berdetak tak karuan.
Sesampainya di kamar itu, Dalton meletakkan Leana di sofa. Leana mengingat kenangan buruk di sini, dimana pria itu melakukan hal tidak senonoh kepadanya.
Leana hendak protes, namun pria itu masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil sebuah handuk.
"Ganti bajumu! Di dalam lemari ada baju yang muat denganmu," ucap Dalton yang langsung pergi tanpa memperdulikan apapun.
Mengherankan, Dalton bersikap seolah-olah bukan Dalton yang Leana kenali.
"Ada apa dengannya?" gumam Leana.
Tetapi ingatan buruk itu muncul menakuti gadis itu. Mungkin saja Dalton melakukan hal baik malam ini tetapi melakukan hal buruk besok pagi.
"Aku akan selalu waspada terhadapmu Dalton."