Persahabatan antara Celine dan Damian harus ternoda karena kesalahan satu malam yang mereka lakukan.Mereka harus memulai "hubungan" baru tanpa direncanakan dan tanpa rasa cinta.
Cerita ini hanya hayalan author aja yaa,dan karya pertama dari author receh ini.
Mohon dukungannya, saran dan kritiknya.
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ichapurie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Eeuungghhh...
Celine melenguh, Damian yang kebetulan sudah bangun dari setengah jam lalu, tampak lucu melihat tingkah istrinya, bagaimana tidak Celine melenguh tetapi tetap mendusel ke dadanya.
Merasa gemas Damian pun mencapit kecil hidung lancip Celine.
"Hubby masih ngantuk, cape ini karena kamu."
"Iya hun, tapi ini udah jam setengah 5 sore lho."
"Honey malam ini Jovan, Arsen, sama Stella ngajak kita meet up mau ga?"
"Hhmm... Boleh deh."
"Yaudah ayo mandi."
"Kamu duluan aja by."
"Bareng aja, hemat waktu, ini sekalian kumis sama jambang aku udah mulai tumbuh sekalian cukurin."
"modus kamu by."
"bener, janji mandi aja kok, gak macem-macem."
Mereka pun masuk ke kamar mandi bersama.
Pukul 8 malam, Jovan, Arsen, dan Stella sudah berada di sebuah càfe dengan nuansa cozy.
Stella sibuk dengan ponselnya, dan nampak lebih diam. Arsen yang melihatnya pun menegurnya.
"Kesambet loe, dari tadi diem aja, dari gue jemput elo, perasaan elo banyak diem, apa jangan-jangan elo lagi cosplay jadi cewek kalem."
Stella pun memukul lengan Arsen, "Berisik."
Stella kembali fokus ke ponselnya.
"Kenapa stel, gue takut kalau elo jadi anteng kayak gini, kemarin ayam tetangga tiba-tiba diem, eh besoknya mati." kelakar Jovan.
"Sialan loe, nyamain gue sama ayam."
"Mana ini pengantin baru?" tanya Jovan
"Nah itu mereka." ucap Arsen sambil menunjuk arah pintu masuk.
Terlihat dua sejoli yang bergandengan tangan, dan menghampiri ke arah meja tempat teman mereka berada.
"Hai semuanya, maaf ya kita telat." sapa Celine..
"Gandengan terus kayak truk aja." canda Jovan.
"Maklum bro, kalau udah halal tuh kayak magnet, nempel terus maunya." jawab Damian santai.
"Stel gimana PPDS nya lancar?" tanya Celine
"Alhamdulilah Cel, sebentar lagi gue mau tugas residence, untung masih deket cuma di Malang."
"Wah, hebat lho umur 25 tahun udah mau spesialis."
"Elo juga hebat, gue yakin suatu saat elo pasti jadi desainer yang hebat, apalagi ada bapak Damian yang mendampingi."
"Aamiin." ucap Celine seraya mengelus punggung tangan Damian.
Mereka pun larut dalam obrolan, dari obrolan santai, sampai ke bisnis dan pekerjaan.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10 malam.
Damian melihat arlojinya, dia sadar saat ini membawa istrinya yang sedang hamil muda, tentu dia tidak bisa sebebas dulu, yang bisa pulang sampai larut malam.
"Guys gue pamit ya, udah jam 10 nih, kapan-kapan kita meet up lagi."
"Wah iya udah jam 10 malem, kasian bumil kalau kemaleman." jawab Stella.
Setelah Damian, dan Celine berpamitan mereka pun pulang ke Rumah.
"Stel balik bareng gue aja yuk, kita kan searah." ajak Jovan.
"Ay...." baru ingin menjawab tapi ucapan Stella sudah dipotong Arsen.
"Stella pergi bareng gue, jadi balik juga bareng gue." ucap Arsen tegas.
"yaudah Stel, next time aja, takut laki lo ngamuk."
"Apaan sih lo van, benar sih kata Arsen kan gue berangkat bareng dia, balik juga sama dia."
Mereka pun meninggalkan cafè, dan berpisah di parkiran.
Arsen dan Stella memasuki mobil Arsen.
Drrt..
Drrt..
Ponsel Stella bergetar, Stella membuka kunci ponselnya, ternyata ada pesan dari mamanya.
Stella kembali diam, pikirannya menerawang.
Arsen melirik kearah Stella "Gue perhatiin malam ini elo banyak diem Stel, apa ada sesuatu?"
"Gue bingung sen, papa sama mama mau jodohin gue."
Ciittttt....
Arsen tiba-tiba mengerem mendadak.
"Eh gue masih pengen hidup ya." sentak Stella.
"Sorry..sorry, tadi itu ada kucing nyebrang." Arsen beralibi.
Stella pun membenarkan kembali posisi duduknya, sambil menggerutu.
"Eh tadi elo bilang kalau dijodohin, bokap nyokap loe kan dokter, masa masih jaman jodoh-jodohin."
"Itulah Sen, mereka lihat umur gue udah mau 25, ditambah mereka tahu Damian udah nikah, jadi mereka tambah nyuruh gue nikah."
"Tapi kan loe lagi PPDS."
"Mereka mau jodohin gue sama anak teman kuliah papa waktu di FK, dia dokter juga, jadi mungkin kalau sama-sama dokter kan lebih mengerti kalau seandainya nanti gue sibuk pas residen, dan mungkin pernikahan mempertahankan darah murni."
"Berarti loe setuju?" tanya Arsen menyelidik.
"Hhmm sebenarnya nggak Sen, cuma mama bilang kalau gak mau dijodohin, gue harus bisa cari sendiri, ya elo tahu gue paling males pacaran."
"Apa gue bawa Jovan aja ya ke rumah, pura-pura jadi pacar gue."
Cciittt...
Arsen mengerem mendadak lagi mendengar pernyataan Stella.
"Astagfirulloh sen, elo dendam banget ya sama gue, udah 2 kali ini jidat gue kepentok dashboard, untung gak amnesia."
"Maaf Stel, itu tadi ada kodok nyebrang." jawab Arsen asal.
Stella hanya mendengus kesal, untung jalanan sudah sepi, karena waktu yang sudah menunjukan jam 11 malam.
"Stel, elo gak salah mau jadiin Jovan, pacar bohongan?"
"Baru wacana, itu juga kalau Jovan mau, tahu sendiri dari SMP dia takut banget sama bokap gue hihihi." Stella teringat ketika SMP kelas VII, Jovan ke rumahnya mengajaknya main hujan, tetapi malah kena semprot papa Stella, semenjak itu Jovan takut kalau bertemu papa Stella.
"Stel... Gimana kalau kita pacaran?"
"Hah... Apa?"