NovelToon NovelToon
Li Shen Sang Penghancur

Li Shen Sang Penghancur

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Romansa
Popularitas:508.6k
Nilai: 4.1
Nama Author: DANTE-KUN

Li Shen, murid berusia 17 tahun dari Sekte Naga Langit, hidup dengan dantian yang rusak, membuatnya kesulitan berkultivasi. Meski memiliki tekad yang besar, dia terus menjadi sasaran bully di sekte karena kelemahannya. Suatu hari, , Li Shen malah diusir karena dianggap tidak berguna. Terbuang dan sendirian, dia harus bertahan hidup di dunia yang keras, mencari cara untuk menyembuhkan dantian-nya dan membuktikan bahwa ia lebih dari sekadar seorang yang terbuang. Bisakah Li Shen bangkit dari keterpurukan dan menemukan jalan menuju kekuatan yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chp 24

Kota Qinghai adalah salah satu kota terbesar di wilayah barat daya daratan ini, terkenal sebagai pusat perdagangan, seni bela diri, dan teknologi maju. Kota ini berdiri di sekitar Danau Lingxiao, dengan jalan-jalan utama yang lebar dan dihiasi batuan granit yang disusun rapi. Di sepanjang jalan, bangunan tinggi dengan arsitektur tradisional bercampur modern mendominasi pemandangan. Beberapa gedung besar menggunakan atap melengkung dengan ukiran naga atau burung phoenix, sementara lainnya telah dilengkapi teknologi lampu listrik yang memancarkan cahaya putih kekuningan di malam hari.

Jalanan kota selalu sibuk, penuh dengan pedagang, pemburu, dan murid sekte atau klan yang hilir mudik. Pasar terbuka menjadi pusat perdagangan terbesar, menjual barang-barang seperti senjata, pil obat, hingga batu spiritual. Beberapa toko terlihat menggunakan papan neon sederhana yang menyala terang untuk menarik perhatian pembeli.

Danau Lingxiao sendiri menjadi pusat perhatian kota, dikelilingi taman-taman indah dengan pepohonan hijau yang rindang. Ada jembatan batu putih yang menghubungkan daratan dengan paviliun besar di tengah danau, markas utama Sekte Lingxiao.

Di sisi lain kota, ada area yang menjadi pusat akademik, di mana perpustakaan besar dan lembaga pelatihan bela diri berdiri megah. Perpustakaan Qinghai, salah satu tempat yang akan dikunjungi Li Shen, adalah bangunan bertingkat tiga yang terbuat dari kayu berkualitas tinggi dan dihiasi ornamen ukiran burung. Cahaya lampu di dalamnya membuat tempat ini tampak hangat dan nyaman, bahkan di malam hari.

Li Shen berjalan santai di sepanjang jalan utama, mengamati keramaian kota Qinghai. Tatapannya sesekali tertuju pada teknologi yang digunakan di kota ini, seperti tiang lampu listrik yang berdiri di sepanjang jalan dan toko-toko yang menggunakan lampu neon sederhana.

“Cukup maju untuk sebuah kota kultivator,” gumamnya, mengingat banyak tempat yang ia kunjungi sebelumnya masih bergantung pada lentera minyak.

Langkahnya membawanya ke depan Perpustakaan Qinghai, sebuah bangunan besar yang terlihat megah namun sederhana. Ia masuk melalui pintu kayu besar yang terbuka, diiringi suara derit lembut.

Di dalam, perpustakaan itu penuh dengan rak-rak kayu yang menjulang tinggi, dipenuhi gulungan dan buku. Beberapa murid muda berkumpul di meja panjang, membaca atau berdiskusi dengan serius. Suasana di sini tenang, hanya terdengar suara langkah kaki dan desah napas.

Li Shen berjalan ke meja resepsionis di mana seorang pria tua dengan jenggot putih tipis duduk di sana, sibuk mencatat sesuatu di sebuah buku besar.

“Selamat datang di Perpustakaan Qinghai,” kata pria tua itu tanpa mengangkat kepalanya. “Apa yang bisa kubantu?”

Li Shen menatap pria itu, suaranya tenang. “Aku mencari teknik bela diri.”

Pria tua itu mengangkat alis, lalu menatap Li Shen dengan sedikit rasa penasaran. “Kau seorang kultivator baru? Atau hanya ingin memperbaiki dasar-dasarmu?”

“Aku hanya penasaran dengan apa yang dimiliki perpustakaan ini,” jawab Li Shen santai.

Pria tua itu mengangguk, lalu menunjuk ke sebuah lorong di sebelah kanan. “Teknik bela diri ada di lorong itu. Tapi kebanyakan hanya teknik tingkat rendah atau menengah. Jika kau mencari sesuatu yang lebih tinggi, kau harus mendapatkan izin khusus dari sekte atau klan besar di kota ini.”

Li Shen hanya mengangguk tanpa banyak berkata. Ia berjalan menuju lorong yang ditunjukkan. Di sepanjang rak, ia melihat gulungan-gulungan teknik yang diberi label seperti ‘Teknik Tinju Dasar’, ‘Langkah Bayangan’, dan ‘Serangan Angin Tiga Tingkat’.

“Rendah, ya,” gumamnya pelan.

Seorang pemuda yang sedang membaca di dekatnya mendengar gumaman itu dan menoleh. "Kalau kau mencari teknik tingkat tinggi, ini bukan tempatnya," katanya dengan nada santai.

Li Shen menoleh, memperhatikan pemuda itu. "Oh? Lalu di mana aku bisa menemukannya?" tanyanya, meskipun ia sudah tahu jawabannya.

Pemuda itu mengangkat bahu. "Biasanya di markas sekte atau klan besar. Tapi jangan harap kau bisa mendapatkannya tanpa kontribusi besar. Di kota ini, mereka tidak akan membagikan sesuatu yang berharga dengan mudah."

Li Shen hanya mengangguk. "Begitu, ya. Terima kasih atas informasinya."

Pemuda itu tersenyum tipis. "Sama-sama. Tapi, kurasa sudah kau tahu itu, bukan? Sikapmu tidak seperti orang yang kebingungan."

Li Shen hanya tertawa kecil tanpa menjawab. Setelahnya, ia mengambil salah satu gulungan dari rak, membacanya sebentar untuk memastikan tingkatannya benar-benar seperti yang dikatakan pria tua tadi.

Saat keluar dari perpustakaan, Li Shen merenung. “Kota ini memang penuh persaingan. Tapi semakin tinggi tantangan, semakin menarik.”

Ia melanjutkan perjalanannya, pikirannya mulai memikirkan langkah berikutnya di kota besar ini.

-------

Langit malam di Kota Qinghai dihiasi ribuan bintang yang memancarkan cahaya lembut di atas Danau Lingxiao. Lampu-lampu listrik sepanjang jalan menerangi kota, menciptakan suasana yang hangat dan hidup. Di sebuah sudut distrik perdagangan, Li Shen berjalan santai menuju sebuah bar sederhana namun ramai. Dari luar, tawa keras dan suara musik tradisional bercampur modern terdengar hingga ke jalan.

Bar itu bernama “Paviliun Ember Tumpah”, sebuah nama yang cukup aneh menurut Li Shen, tapi entah kenapa menarik perhatian. Ketika ia melangkah masuk, aroma alkohol bercampur makanan panggang langsung menyergap hidungnya. Di dalam, suasana jauh lebih hidup. Beberapa pria besar duduk di meja panjang, saling bersorak, sementara di sudut lain, sekelompok musisi memainkan alat musik dengan riang.

Li Shen memilih duduk di kursi bar. Seorang pelayan muda dengan wajah penuh semangat menghampirinya.

“Apa yang ingin kau pesan, Kakak?” tanya pelayan itu.

“Minuman terkuat yang kau punya,” jawab Li Shen singkat.

Pelayan itu tersenyum lebar. “Kau yakin? Minuman terkuat kami dijuluki ‘Tendangan Naga Buntung’. Banyak yang pingsan setelah satu gelas.”

Li Shen hanya mengangkat bahu. “Bawa dua gelas. Kita lihat apakah naga itu benar-benar kuat.”

Pelayan itu terkekeh dan segera kembali dengan dua gelas besar berisi cairan berwarna merah tua yang memancarkan aroma tajam. Li Shen mengambil salah satu gelas dan meneguknya perlahan. Rasanya seperti api yang membakar tenggorokan, tapi ia hanya meringis kecil.

Seorang pria besar dengan perut buncit dan pipi kemerahan yang duduk di meja sebelah melihatnya. “Hei, anak muda! Kau minum ‘Tendangan Naga Buntung’? Apa kau ingin mati muda?”

Li Shen menoleh, matanya setengah menyipit. “Aku masih hidup setelah satu tegukan. Sepertinya nagamu hanya seekor kadal.”

Pria itu terbahak, suaranya menggema di seluruh ruangan. “Kau punya nyali, Anak Muda! Ayo duduk di sini. Minum bersama kami!”

Li Shen mengangkat gelasnya dan berjalan mendekat. Meja itu dipenuhi lima orang, semuanya dengan tubuh besar dan tawa yang menggelegar. Mereka segera memberinya tempat duduk.

“Kau dari mana, Anak Muda?” tanya pria besar itu, yang tampaknya adalah pemimpin dari kelompok itu.

“Dari tempat yang jauh,” jawab Li Shen sambil menuang minuman ke gelasnya. “Aku hanya seorang pengembara.”

“Pengembara, ya?” Salah satu pria, yang lebih kurus tapi dengan wajah licik, terkekeh. “Biasanya pengembara itu punya cerita menarik. Kau pasti punya sesuatu untuk diceritakan!”

Li Shen berpikir sejenak, lalu mengangkat gelasnya. “Baiklah. Pernahkah kalian mendengar tentang seekor ayam yang mengalahkan seekor harimau?”

Kelompok itu saling memandang bingung. “Tidak mungkin!” kata pria buncit.

Li Shen tersenyum tipis. “Itulah yang kupikirkan juga. Tapi ternyata ayam itu adalah kultivator yang menyamar, dan harimau itu... yah, dia hanya seekor harimau biasa. Aku melihatnya sendiri.”

Semua orang di meja itu terdiam, lalu tiba-tiba meledak dalam tawa. “Kau benar-benar pandai bercerita, Anak Muda! Ayo, mari minum untuk cerita anehmu!”

Gelas-gelas diangkat, dan malam itu menjadi semakin riuh. Mereka mulai bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing. Salah satu dari mereka adalah seorang pedagang rempah, yang lain seorang pembuat senjata, dan ada juga yang ternyata mantan murid sekte kecil.

Di tengah gelak tawa, salah satu pria tiba-tiba berdiri dan menantang Li Shen. “Hei, kau kelihatannya cukup kuat. Mau bertaruh siapa yang bisa minum lebih banyak?”

Li Shen menyipitkan mata. “Kau yakin ingin melawan seorang pengembara? Aku sudah minum dengan orang-orang yang lebih besar darimu.”

“Jangan sombong! Pelayan, bawa lima botol lagi!”

Kompetisi kecil itu pun dimulai. Setiap gelas diangkat dan diminum dengan cepat, diiringi sorakan dari orang-orang di sekitar. Li Shen, yang sebenarnya sudah terbiasa dengan berbagai jenis alkohol selama perjalanannya, dengan mudah menghabiskan minumannya.

Pria besar itu, di sisi lain, mulai goyah setelah botol ketiga. Saat botol keempat tiba, ia terjatuh ke lantai dengan wajah merah padam, membuat semua orang di bar tertawa terbahak-bahak.

“Sepertinya kau butuh pelatihan lagi,” kata Li Shen sambil menepuk bahunya.

Malam itu, Li Shen benar-benar menikmati suasana kota Qinghai. Di tengah tawa, cerita, dan minuman, ia merasa untuk sesaat lupa tentang tujuan utama dan perjalanannya. Meski hanya sementara, kebersamaan seperti ini membuat perjalanannya lebih berwarna.

1
Luo Zan Thian
Ya, setelah kau kuat
Kembalilah dan bela orang² yg telah mencampakkanmu hari ini
Iwan Ridwan
Luar biasa
kang baca
ceritanya kok kayak dipaksakan sekali ya... hanya dikasih modal kekuatan tapi kok seakan akan sudah hebat ya.. padahal belum pernah berguru ilmu atau jurus.
Oppo Pontianak
Buruk
nggambleh
nahlo author nyolong2 tau2 mc punya cin2 penyimpanan
YOHANES CLIMACUSA HERU WIDYANTORO
Luar biasa
Agung Arsianto
tau tau punya jurus pedang ilahi....😓
AXYs
Gudang harta kekaisaran pastinya banyak hartanya dong.. bisa emas perak lukisan guci dll.
Ini 5000 an emas.. misquen yaak.. 😂🤣
AXYs
Yaaa jarahan hilang dong 😂🤔🤣😉
Steven Salim
ternyata Lira lebih pintar dari MC, mengambil cicin penyimpanan ( harta milik lawan yg sudah meninggal )
Jerry Koraag
autor jomblo wkqkwk/Facepalm/
Max Dillon
kata tak nak menarik perhatian orang lain, tapi tunjuk kekuatan untuk dilihat oleh orang ramai....tidak kah mc seolah mengajar budak baru lahir????? Thor..... kurangkan imaginasi bodoh mu itu..... kalau tidak mahu menarik perhatian orang lain.... lakukan tindakan diam-diam....👎👎👎👎 hilang sudah nafsu nak terus baca bila imaginasi penulis macam membodohi para pembaca.🤮🤮🤮🤮🤮
Irex Owan
Luar biasa
Joung Putra Elltam
Lumayan
Joung Putra Elltam
Luar biasa
Sapdiani Sapdiani
selipkan cerita 18+ walau hanya kissing, biar gak monoton
Edy Sulaiman
kenapa di usir,tidak bisanya berkultivasi seharusnya tugas Sekte utk membuat murid menjadi kuat.ini kebalikan, Sekte hanya merekrut murid yg kuat dan berbakat..jadi gunanya guru diSekte utk apa.
AXYs
Huuhh baunyaaaaa.. ga mandi waiib 🙈🙈🙈
OI
pendatang kultivasinya sudah bisa terbang ya wkwkwkkw ranah nya langsung tinggi org aslinya kalah
OI
perjalanan mc dlm menaikan ranah terlalu mulus hanya lewat artefak langsung bisa pindah alam
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!