Pernikahan yang awal bahagia harus goyah saat sang mantan istri dari suami Delia Ismawati kembali dari Hongkong. Mampukah Delia mempertahankan rumah tangganya dengan Husni sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khaula Azur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETIKA MANTAN ISTRI KEMBALI
Bab 9
"Eh.. tuhkan anaknya malah nangis? Kamu gimana sih, Rindu? Ibu, kan. Sudah bilang kamu harus sabar." Bu Susi mengingatkan.
"Maaf Bu! Mia, maafin Mama. Ya." Rindu jadi panik Mia masih menangis tersedu-sedu. Dua orang dewasa dan anak kecil usia delapan tahun membujuk adiknya, namun semuanya tak mampu membuat Mia berhenti menangis.
Mendengar suara motor di depan rumah, Mia langsung berdiri dari duduknya, ia langsung berlari menuju ke depan. Ternyata benar suara motor milik Delia berhenti di depan rumahnya.
Delia mencabut kunci motornya, ia terkejut begitu melihat Mia menangis tersedu-sedu di depan pintu.
"Loh, Mia. Kok nangis sayang?." Mia bertanya setelah turun dari motor.
Ibu sambung Mia dan Dita memasukan kunci motor ke dalam tas berwarna hitam yang di sampirkan di bahunya, tak lupa ia menutup kembali resleting tasnya. Delia melangkah mendekati gadis kecil itu yang masih sesegukan.
"Anak mama yang cantik ini kok nangis, kenapa?." Tanya Delia penasaran.
Diangkatnya gadis itu untuk menggendongnya. Mia diam saja, hanya Isak tangis yang terdengar ditelinga Delia.
Sementara' itu Bu Susi yang melihat Delia sudah pulang jadi deg-degan, Bu Susi, Rindu, dan Dita masih duduk di kursi ruang makan di rumah Husni.
"Pasti sebentar lagi Delia menyalahkan ibu, gara-gara tuh bocah, nangis! Kamu sih ibu, kan sudah bilang kamu mesti sabar ngadepin si Mia."
Bu Susi.
Rindu berdecak, "Ck.. Ibu kenapa jadi nyalahin aku sih?, anaknya aja yang susah diatur." Rindu tak merasa bersalah. Mereka diam saat melihat Delia datang dengan mengangkat tubuh Mia.
"Bu Susi, ini Mia nangis kenapa, ya?." Tanya Delia menatap Bu Susi, telapak tangan kanannya mengelus-elus rambut Mia, membuat gadis kecil itu tak menangis lagi.
"Itu tadi kami menyuruhnya makan siang, tapi malah nangis. Kalo kamu tidak percaya kamu bisa tanya Dita. Ya, kan. Sayang?" Bu Susi bertanya pada Dita mencari dukungan.
"Iya!." Dita jawabnya sambil duduk di kursi, bermain game di handphonenya.
"Lagian kamu gimana sih, Del? Mendidik anak aku, kok dia jadi nyebelin gini?." Rindu tanyanya, tak pelak pula menyinggung nya.
"Maaf, Mba Rindu! Tapi setahu saya Mia itu anaknya penurut, dia tidak mungkin sampai nangis, kalo gak ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman?." Jawab Delia protes.
"Jadi maksud kamu, Mia. Gak nyaman sama aku? Kamu harus sadar diri dong kalau aku ini ibu kandungnya!." Rindu dengan nada sewotnya.
"Mbak Rindu, please jangan marah-marah di depan anak-anak, aku khawatir mereka meniru apa yang mereka liat!." Delia mengingat kannya.
Bu Susi yang melihat keadaan sudah mulai tegang segera menyudahi perdebatan mereka.
"Rindu sebaiknya kita pulang saja, ayo!." Bujuk Bu Susi.
"Ibu kenapa sih, Bu? Ibu takut sama Delia?." Rindu
"Rindu, Delia benar kamu jangan marah-marah didepan anak-anak? Ayo, cepat pulang. Ibu ada acara arisan di rumah temen ibu." Pinta ibunya.
Bu Susi menarik tangan putrinya untuk bangun, dengan malas Rindu bangun dari duduknya.
"Ayo, Dita. Kita pulang!." Rindu menarik tangan Dita.
Mereka bertiga meninggalkan kediaman rumah Husni. Delia menghembuskan nafas beratnya. Delia masuk kamar putrinya. Mendudukkan Mia di tepi ranjang.
"Mia, ganti seragamnya dulu, nanti makan siang terus tidur. Ya!." Bujuk Delia.
Delia hendak meninggalkan Mia, tapi tangannya menahan tangan Mamanya.
"Mama marah sama Mia, Ya?." Mia dengan menunduk.
"Enggak, Mama gak marah sama Mia, kok!."
"Terus kenapa? Mama gak jemput Mia ke sekolah?." Mia dengan mata berkaca-kaca.
"Maafin Mama ya? Tadi tiba-tiba ada telepon dari teman mama di butik." Delia menjelaskan.
Mia berhamburan memeluk pinggangnya.
"Mia sayang banget sama mama, maafin aku ya, Ma!."
Delia membalas pelukan Mia, ia mengelus-elus punggungnya.
"Ya, sayang! Mia sudah gak marah sama Mama?."
Mia menggelengkan kepalanya.
Sementara itu, Dalam perjalanan pulang ke rumah nya, Rindu masih kesal mengingat perdebatannya dengan Delia.
"Belagu banget, sih. Delia? Mas Husni pasti belum tau kelakuan istrinya itu." Rindu, raut wajahnya sudah merah padam.
Bu Susi dan Dita diam saja enggan menanggapi ucapannya. Terlebih lagi Bu Susi menurutnya tadi anaknya sendiri lah yang salah yang sudah membuat Mia menangis, karena di bentak!.
Sebuah tangan melingkar di dada seorang pria yang sedang bercermin sambil memakai kaos casualnya. Pria itu adalah Husni. Sementara sang istri tengah memeluknya dari belakang.
Husni memegang kedua tangannya, seakan memeluknya dengan senyumnya yang khas.
"Ada apa ini, tumben manja kaya gini?." Husni.
Delia menenggelamkan wajahnya pada punggung sang suami.
"Aku bahagia banget, Mas! Akhirnya Mia sudah gak marah lagi sama aku."
"Ya, memang harus seperti itu, kamu gak salah. Yang harusnya Mia marah itu sama ibu kandungnya." Husni
Delia melepas pelukannya, kini ia berdiri berhadapan dengan suaminya.
"Aku gak ngerti deh, sama mantan istri kamu itu. Masa dia nyalahin aku gara-gara aku tanya kenapa Mia menangis?. Dia malah nyolot padahal ada anak-anak saat itu." Delia.
"Dia dari dulu memang seperti itu, Dia gak mau di salahkan. Mantan ibu mertua aja kadang angkat tangan kalau udah seperti itu." Husni.
"Heran, dulu kamu kok bisa tergila-gila sama wanita macam itu?." Delia celetuknya.
"Dulu dia gak seperti itu, dia baik kok." Husni.
"Ya, dia baik kalo di depan kamu. Hampir semua anak kampus juga tahu gimana? Judesnya dia." Delia ungkapnya.
"Yaudah. Sih! biarin aja." Husni sahutnya lagi.
Delia mengambil kedua telapak tangannya untuk di genggamnya.
"Mas, makasih ya. Mia bilang kalau kamu yang udah bujuk dia, buat gak marah lagi sama aku." Delia menatap manik suaminya.
"Cuma makasih aja, nih? Gak ada imbalannya gitu?." Kata Husni dengan manarik alisnya keatas.
"Ish.. Dasar gak ikhlas banget nolongin bini sendiri." Delia dengan bibir manyun. Husni terkekeh geli di buatnya.
"Aku ikhlas tapi masa 'iya. Sih. Kamu gak mau ngasih imbalan." Husni.
"Ingat, ya. Mas. Ini masih sore!."
"Dih. siapa juga yang mau itu, hayo jangan-jangan kamu yang mau. Ingat tadi yang kamu bilang, ini masih sore. Tapi kalau kamu gak tahan." Husni makin menggoda istrinya.
"Ih.. sumpah, ngeselin banget kamu mas." Delia
"Aww.."
Husni mengadu kesakitan saat delia mencubit perutnya.
"Sakit sayang." Husni
"Ih biarin ngeselin, sih!."
memegang tangan Delia untuk tak mencubitnya lagi. Husni justru mencium telapak tangan Delia. Husni menatap kearah Delia. Wajah Delia bersemu merona, terlihat menggemaskan di mata Husni. Di kecupnya pipi sang istri dan berbisik..
"Makasih sih ya, sayang! I love you." Husni.
Delia terpaku menatap punggung suaminya yang meninggalkannya sendiri di kamar.