NovelToon NovelToon
MR. TIAN AND THE CRAZY GIRL

MR. TIAN AND THE CRAZY GIRL

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ameliya

Greyna Joivandex, gadis berusia 18 tahun, dipaksa menikah dengan Sebastian Ferederick, direktur kaya berusia 28 tahun, oleh ibunya. Pernikahan yang terpaksa ini membawa Greyna ke dalam dunia yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dengan kekayaan dan kekuasaan yang melimpah, Sebastian tampaknya memiliki segalanya, tetapi di balik penampilannya yang sempurna, terdapat rahasia dan konflik yang dapat menghancurkan pernikahan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ameliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Baikan

Kini sudah beranjak sore hari, Grey baru saja terbangun dari tidur siangnya. Betapa terkejutnya ia melihat Tian tidur di sampingnya.

"Aaa!!!!" Tian yang terlelap pun ikut terbangun mendengar teriakan Grey.

"Ada apa, kenapa?" tanyanya melihat sekeliling apakah ada sesuatu.

"Kok om bisa sampe kesini, terus kok bisa tau kamar saya?" bingung Grey.

"Saya Sebastian Ferederick, mau kamu sembunyi di palung maria pun saya bisa temuin kamu," ucap Tian dengan sedikit angkuh.

"Prettt omong kosong!" Grey tidak percaya dengan kata-kata Tian. Ia merasa bahwa Tian hanya berbohong untuk membuatnya terkesan. Tapi, bagaimana Tian bisa tahu kamar Grey? Apakah benar Tian memiliki kemampuan untuk menemukan orang?.

Tian duduk menangkup pipi Grey dengan serius, matanya menatap langsung ke mata Grey dengan ekspresi yang tegas namun juga lembut.

"Ayo pulang, kita selesaikan ini baik-baik dirumah," kata Tian dengan nada yang stabil dan tidak terburu-buru.

"Saya akan ceritakan semuanya, kamu jangan ninggalin saya. Kamu kalo mau marah, lampiasin aja kesaya, jangan main kabur-kaburan," lanjut Tian, suaranya tetap stabil dan tidak berubah, namun ada sesuatu di dalam matanya yang membuat Grey merasa bahwa Tian sangat serius dengan apa yang dia katakan.

"Satu minggu cukup bukan untuk menenangkan pikiran kamu?" Tian bertanya dengan nada yang lembut, seolah-olah ingin memastikan bahwa Grey sudah siap untuk menghadapi kenyataan.

"Sekarang ayo kita pulang ke rumah kita," lanjut Tian, dengan nada yang lebih tegas dan memimpin. Tian berdiri dan menawarkan tangan untuk membantu Grey berdiri.

"Baiklah ayo pulang, lagi pula saya bosan makanan disini enggak enak, lebih enak masakan om" ucap Grey menerima tangan Tian dengan lembut.

Tian tersenyum mendengar kata-kata Grey. Ia merasa senang bahwa Grey sudah kecanduan dengan masakannya.

"Baiklah, ayo pulang," ucap Tian sambil membantu Grey berdiri.

Tian kemudian memeluk Grey dengan lembut, menunjukkan kasih sayangnya. "Saya juga bosan tidak memiliki kamu di rumah," kata Tian dengan suara yang lembut.

Grey merasa hangat dan nyaman dalam pelukan Tian. Ia merasa bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat dengan kembali ke rumah bersama Tian.

Malam hari. Tian sedang sibuk memasak, dan Grey sedang menonton kesibukan Tian. "Om, om, kenapa enggak marah?" tanya Grey.

"Marah soal apa?" jawab Tian. "Soal saya kabur," kata Grey. "Saya marah sama diri saya sendiri," ucap Tian sambil menyajikan nasi goreng ala resep miliknya. "Ini, makan dulu, kamu pasti lapar."

Grey menatap Tian, lalu bergantian menatap makanannya. "Terima kasih," ucap Grey sambil menyendok makanannya dan memasukkannya ke dalam mulut. "Umm, enak!"

Mata Grey berbinar. Akhirnya, setelah seminggu merasakan makanan restoran, kini ia bisa merasakan masakan Tian kembali.

Mereka berdua sedang rebahan dikasur, Grey menunggu Tian berbicara

"Satu bulan setelah kami mulai pacaran, sifat asli Jeny mulai terlihat."

"Dia suka menggoda pria lawan mainnya, dan yang lebih parah lagi, dia bahkan tidur dengan sutradara untuk mendapatkan peran utama."

"Saya masih ingat saat itu, saya melihatnya berpelukan dengan sutradara di belakang panggung. Saya merasa seperti telah dipukul oleh petir, karena aku tidak pernah menyangka bahwa dia bisa melakukan hal seperti itu."

"Aku tidak bisa percaya bahwa kamu bisa melakukan hal seperti itu," kataku kepada Jeny, saat aku menghadapinya tentang apa yang telah terjadi. "Aku pikir kamu lebih baik dari itu."

Jeny hanya tersenyum dan mengatakan bahwa aku tidak mengerti tentang bagaimana industri perfilman bekerja. "Aku hanya melakukan apa yang perlu dilakukan untuk mendapatkan peran utama," katanya.

"Kami terlihat seperti pasangan serasi di depan kamera, tapi kenyataannya, berbeda"

"Saya melihat bahwa dunia perfilman memang membutuhkan kerja keras jika ingin mendapatkan peran. Menjadi peran pembantu saja sudah bersyukur, kemudian untuk mendapatkan peran utama, banyak hal yang harus dikorbankan."

"Saya tidak bisa tidak memikirkan tentang apa yang Jeny lakukan untuk mendapatkan peran utama. Saya tahu bahwa dia rela melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya, bahkan jika itu berarti mengorbankan dirinya."

"Dan malam itu, di acara pesta Rayder, dia datang jauh-jauh dari luar negeri untuk menghadiri ulang tahun sepupunya," kataku, mengingat kembali kejadian itu. "Kami tidak sengaja bertemu, dan dia tiba-tiba meluk saya. Saat itu juga, kamu sampai di saat dia lagi meluk saya, yang menimbulkan kesalahpahaman."

"Tapi saya ingin kamu tahu, Grey, bahwa tidak ada apa-apa antara saya dan dia," kataku, berharap bahwa Grey bisa mempercayaiku "saya hanya ingin kamu tahu kebenaran tentang apa yang terjadi malam itu."

Grey melompat ke pelukan Tian, memeluknya dengan erat. "Maaf ya, Om, saya sudah bikin Om susah," kata Grey dengan suara yang lembut.

Tian memeluk Grey kembali, menenangkan dia dengan sentuhan yang hangat. "Gapapa, selagi kamu pulang dengan keadaan sehat walafiat, saya sudah senang," kata Tian dengan senyum yang lembut.

Grey menarik napas dalam-dalam, merasa lega karena Tian tidak marah padanya. Dia memeluk Tian kembali, merasa bahagia karena telah kembali ke pelukan orang yang dia cintai.

Tian mengusap rambut halus Grey dengan lembut, menatap wajahnya dengan penuh kasih sayang. "Maaf, saya sudah bikin kamu menangis semalaman," kata Tian dengan suara yang lembut.

Grey menggelengkan kepala, menolak untuk menyalahkan Tian. "Bukan salah Om," katanya dengan suara yang lembut.

Tian tersenyum, merasa lega karena Grey tidak marah padanya. Mereka berdua pun kini bisa terlelap kembali bersama, saling berpelukan dan merasa aman di dalam pelukan satu sama lain.

Dalam keheningan malam, mereka berdua terlelap dengan damai, merasa bahagia karena telah kembali bersama. Pelukan Tian yang hangat dan lembut membuat Grey merasa aman dan nyaman, dan dia tahu bahwa dia akan selalu memiliki Tian di sisinya.

Keesokan harinya, Grey dikejutkan dengan kedatangan kelima temannya. Alka dan Kiera. masuk ke dalam rumah dengan wajah yang marah dan kesal. Grey menatap Alka dan Kiera yang sudah menatapnya dengan tajam, seolah-olah ingin mencabik-cabiknya.

"S-santai dulu beb, gue bisa jelasin," ucap Grey berjalan mundur dengan perlahan. Namun, Alka dan Kiera tidak mau mendengarkan.

"Sini lo mau gue botakin! Berani banget nikah enggak ngudang kita berdua!" Alka berteriak, membuat Grey berlari ke arah Tian dan bersembunyi di balik tubuh besarnya.

"Jangan dilindungin, om! Dia yang mulai duluan! Masa nikah enggak ngudang sahabat sehidup semati?" kesal Alka mengepalkan tangannya.

Tian memandang Alka dan Kiera dengan tenang, kemudian memeluk Grey yang masih bersembunyi di balik tubuhnya. "Tenang, Grey. saya ada di sini untuk melindungi kamu."

"Ahhh, enggak seru, ayo dong om, biarin kita melampiaskan kekesalan yang terpendam," kata Alka dengan nada yang sedikit menggoda.

Tian menggeleng, mempersilahkan mereka berlima duduk di sofa. "Silakan, duduklah."

Alka memandang Tian dengan penasaran. "Lo kok bisa dapet yang premium? Pake pelet apa, gue juga mau nyoba."

Gio sedari tadi sudah menatap Alka dengan sedikit kesal. "Udah ah, pacar lo noh udah kek mau gigit orang."

Grey berdecih. "Kalian ngeliat gue seganas itu ya, sampe-sampe enggak bisa berpikiran positif."

Erland mencetuskan pertanyaan yang membuat semua orang tertawa. "Emang pernah lo jadi manusia normal?"

Grey tersenyum. "Pernah."

Fajar menambahkan pertanyaan lainnya. "Kapan coba?"

Grey berpikir sejenak sebelum menjawab. "Pas bayi."

Semua orang tertawa keras. "Yeee, si dodol!"

1
R.A9
semangat
R.A9
bagus
R.A9
Cakep,, lanjut thorrr
R.A9
update thorrrrrr
BULAN
Ceritanya seru, lanjuttt
Elle
Semangattttt
Elle
LANJUT
reffi
lanjut kak
reffi
Semangat
Bumi
Bagus kak
R.A
ceritanya bagus
Alexis
Lanjut
Alexis
SEMANGAT KAK
Cleo
Semangat nulisnya
Esma_04
ceritanya bagus kak.
semangat
QueenRaa🌺
Keren ceritanya kak✨️ Semangat up!!
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!