MATA SAKTI MERUBAH TAKDIR

Kali ini jantung Miranda juga berdegup begitu cepat. Dirinya dan Rangga sudah sedekat ini dan sepertinya Rangga akan menciumnya. Miranda tampak bingung harus bagaimana sekarang. Jika Rangga beneran menciumnya, maka ini akan menjadi ciuman pertamanya.

"Kring..." tiba-tiba ponsel Miranda berdering.

Miranda segera mendorong tubuh Rangga menjauh darinya. Panggilan telepon berhasil memberikan solusi baginya.

"Rangga, ada telepon masuk, aku harus mengangkatnya," ujar Miranda.

Miranda segera melangkah menjauh dari Rangga. Panggilan telepon itu berasal dari Ratih ibunya. Miranda juga langsung mengangkat panggilan dari Ratih ini.

"Halo bu," ujar Miranda di telepon.

"Miranda gawat, ayahmu..." balas Ratih di telepon begitu cemas.

Mendengar nada bicara ibunya ini, Miranda juga seketika menjadi mulai merasa panik, pasti sedang terjadi sesuatu kepada ayahnya.

"Ibu ayah kenapa?" tanya Miranda.

Kemudian dengan panik Ratih mulai menjelaskan bahwa ayahnya di tangkap oleh Bastian dan jika ingin ayahnya selamat, maka harus menebusnya.

Bastian adalah pemilik sebuah kasino yang cukup besar di kota. Bastian juga terkenal dengan sikap kejamnya dan tidak segan-segan melukai orang yang berbuat masalah kepadanya.

Joni ayahnya bermain judi di kasino milik Bastian dan kalah. Bukannya berhenti ayahnya justru berani meminjam uang kepada Bastian hingga mencapai 3 milyar. Berharap dengan meminjam bisa mengembalikan kekalahannya, tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Karena terus kalah akhirnya uang yang di pinjamnya dari Bastian juga sudah habis. Alhasil dirinya yang bermodal nekad juga tidak bisa mengembalikan pinjaman tersebut.

Karena tidak mampu membayarnya, ayahnya kini sedang di tahan di kasino tersebut oleh Bastian. Bastian mengancam akan menyiksa ayahnya yang bernama Joni sampai mati, jika dalam 24 jam tidak ada keluarga yang datang untuk menebusnya.

"Apa bu, kenapa bisa sampai seperti ini?" tentu saja Miranda kaget mendengarnya.

Miranda juga mengetahui bahwa ayahnya dahulu suka berjudi. Sebelumnya ayahnya juga pernah bermasalah seperti ini, namun hutangnya hanya 50 juta saja.

Pada waktu itu Miranda menebusnya dan ayahnya berjanji untuk tidak berjudi lagi. Tapi sekarang ayahnya justru mengulanginya lagi dan bahkan berhutang hingga 3 milyar.

"Ibu juga tidak tahu, entah dari mana ayahmu mendapatkan uang untuk berjudi," jawab Ratih terdengar tidak berdaya.

"Miranda, kamu harus mencari cara untuk menolong ayahmu, bagaimana pun dia adalah orang tuamu, ibu takut Bastian akan melukainya" sambung Ratih.

Miranda juga pernah mendengar bahwa Bastian merupakan pemilik kasino yang kejam. Setiap orang yang berhutang kepadanya dan tidak mampu untuk membayar, Bastian tidak segan-segan mengikatnya dan membuangnya ke sungai.

"Baik bu, ibu tenang saja, biar aku yang mengurus ini," balas Miranda.

Kemudian Miranda mematikan panggilan telepon dari ibunya. Miranda segera menghubungi asistennya dengan buru-buru.

"Segera siapkan uang 3 milyar, tolong antarkan keruangan saya," ujar Miranda dengan cepat di telepon.

"Baik bu," balas asistennya di telepon.

Panggilan telepon itu berakhir, Miranda juga langsung memasukkan ponselnya ke sakunya. Terlihat Miranda memegangi wajahnya untuk mengatasi kepanikannya.

"Miranda, apa yang terjadi, kamu begitu panik sekali?" tanya Rangga.

"Ayah... itu..." Miranda malu untuk mengatakannya kepada Rangga.

"Ayah kenapa, aku adalah menantunya, jika terjadi sesuatu kepadanya, aku juga harus tahu," ujar Rangga.

"Ayah kalah bermain judi dan berhutang 3 milyar kepada Bastian pemilik kasino, jika tidak segera di tebus, maka mereka mengancam akan menyiksa ayah sampai mati," jelas Miranda.

Rangga sendiri tampak terkejut dan tidak menyangka ternyata ayah mertuanya adalah seorang penjudi. Padahal Miranda adalah sosok wanita mandiri dan pekerja keras yang sama sekali berbanding terbalik dengan ayahnya.

Kemudian asisten Miranda juga telah tiba dan memberikan sebuah koper yang berisi uang senilai 3 milyar.

"Rangga, aku pergi dulu untuk menebus ayah," ujar Miranda.

"Aku ikut bersamamu," balas Rangga.

Mana mungkin Rangga membiarkan istri yang sangat dia cintai pergi sendirian. Kasino adalah tempat para penjudi, di sana pasti berisi orang-orang yang tidak benar, Rangga tidak bisa membiarkan istrinya pergi ke tempat berbahaya seperti itu seorang diri.

"Baiklah, ayo kita pergi," ujar Miranda.

Kemudian mereka berdua segera berjalan dengan tergesa-gesa keluar dari kantor. Mereka berdua langsung masuk ke dalam mobil sport mewah yang sebelumnya Rangga berikan untuk Miranda.

Sepanjang jalan Rangga melihat Miranda yang begitu gelisah. Melihat itu Rangga tahu, bahwa dirinya sedang mengkhawatirkan kondisi ayahnya.

Setengah jam kemudian mereka telah sampai di depan kasino milik Bastian. Terlihat di depan kasino banyak kendaraan yang sudah terparkir.

Mereka berdua segera turun dari mobil dan langsung menuju ke pintu masuk Kasino. Di hadapan mereka berdua terdapat dua orang pria yang sedang berjaga.

"Berhenti!" ujar dua orang penjaga di depan pintu masuk Kasino.

Kedua penjaga itu menggunakan kaos singlet berwarna putih dan menunjukkan otot-ototnya yang besar dan kekar. Terlihat kedua orang itu tampak menyeramkan.

"Kalian mau kemana?" tanya salah seorang penjaga.

Miranda dan Rangga terlihat begitu asing bagi mereka dan tidak seperti seorang penjudi. Jadi kedua penjaga itu ingin mengetahui tujuannya datang ke kasino ini.

"Aku ingin bertemu dengan tuan Bastian," jawab Miranda.

"Ada keperluan apa dengan bos Bastian?" tanya salah seorang penjaga.

"Sebelumnya tun Bastian telah menghubungi ibuku karena ayahku berhutang kepadanya," jawab Miranda.

"Aku datang membawa uang untuk menebus ayahku," sambung Miranda.

"Kalau begitu ikuti aku," ujar salah seorang penjaga.

Satu orang penjaga mulai berjalan masuk ke dalam kasino di ikuti oleh Miranda dan Rangga. Sementara satu orang penjaga tetap tinggal untuk menjaga pintu masuk Kasino.

Begitu masuk Miranda dan Rangga langsung melihat pemandangan berbagai macam permainan judi. Setiap permainan di kelilingi oleh banyak penjudi yang sedang mengadu nasibnya.

Musik begitu menggema di dalam kasino itu. para pelayan dengan menggunakan pakaian seksi sambil membawa minuman keras juga tidak berhenti mondar-mandir.

Miranda tampak menggertakkan giginya karena tidak menyangka ayahnya pergi ketempat seperti ini.

Penjaga itu membawa Miranda dan Rangga menuju ke sebuah ruangan di dalam kasino tempat Bastian berada.

Sampai di ruangan itu miranda dan Rangga langsung bertemu dengan Bastian dan beberapa bawahannya. Terlihat di sana juga ada Joni yang sedang terduduk dengan wajah yang bengkak. Wajah bengkak Joni ini akibat hujan tamparan dari bawahan Bastian.

Di ruangan itu juga ada seorang pria bawahan Bastian yang terlihat begitu menyeramkan. Pria itu bernama Viktor yang mempunyai tubuh besar dengan bekas sayatan di pipinya.

"Miranda, akhirnya kamu datang juga," ujar Joni tampak lega.

Joni sebelumnya begitu sangat ketakutan sekali karena Bastian akan membunuhnya. Tapi setelah melihat Miranda datang, Joni juga sudah mulai bisa tenang.

"Miranda cepat selamatkan ayah, berikan uangnya," sambung Joni.

Joni ini sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalahnya karena perbuatannya ini. Begitu Miranda sampai, dia langsung meminta Miranda untuk menyerahkan uangnya tanpa memikirkan masalah yang di perbuat nya ini.

Sementara itu Bastian tampak menatap Miranda dengan sangat dalam. Bastian juga langsung terpana melihat kecantikan dari Miranda ini.

Miranda yang masih mengenakan baju kerjanya terlihat sangat cantik sekali. Tampilan begitu menawan seperti seorang dewi dari langit. Bastian juga tidak bisa untuk tidak menyukainya.

Bastian juga mulai menelan ludahnya sendiri. Pikiran kotor mulai terlintas di benak Bastian terhadap Miranda. Hutang 3 milyar bila harus di tukarkan dengan wanita secantik Miranda ini, Bastian juga tidak akan merasa rugi.