NovelToon NovelToon
Tetangga Gilaku

Tetangga Gilaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali / Enemy to Lovers
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Karangkuna

"Meskipun aku ditodong dengan pisau, aku tidak akan pernah mau menjadi pacarnya. Kalau begitu aku permisi."

"Apa?! Kau pikir aku bersedia? Tentu saja aku juga menolaknya. Cih! Siapa yang sudi!"

Raga heran kenapa setiap kali di hadapkan pada gadis itu selalu akan muncul perdebatan sengit. Bri jelas tak mau kalah, karena baginya sang tetangga adalah orang yang paling dibencinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karangkuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22

Hubungan mereka bisa dibilang perlahan membaik, meski tetap diwarnai konflik kecil. Malam itu Bri pulang dari kantornya dan tiba di rumah sudah sangat larut. Untung dia sudah membeli makanan diperjalanan tadi. Bri memarkirkan mobilnya di pinggir rumahnya ketika mendapati mobilnya sulit untuk masuk ke dalam karena ada beberapa motor lain yang diparkir tepat di depan rumahnya.

Entah ada acara apa di rumah sebelah itu pikirnya,  ia melihat ada banyak motor terparkir di depan rumahnya tetangganya juga. Bri kesal dan ingin sekali meluapkan amarahnya saat itu namun ia sudaj tidak punya tenaga lagi, ia terlalu lelah. Keesokan paginya, setelah mandi dan bersiap-siap ia bergegas ke rumah Raga.

"Raga!"

Raga membuka pintu dengan wajah malas. "Kau ini seperti alarm pagi, tahu tidak?"

"Apa kau sadar bahwa teman-temanmu memarkir motor mereka di depan rumahku tadi malam?"

"Oh," Raga menguap. "Ya, maaf. Mereka tidak punya tempat lain, ada sedikit acara dirumahku."

"Itu bukan urusanku," kata Bri tajam. "Kalau terjadi lagi, akanku kempeskan bannya."

Raga tertawa kecil. "Aku yakin kau tidak sejahat itu."

"Jangan coba-coba," ancam Bri, meskipun pipinya memerah.

"Ayolah Bri, kenapa kau selalu marah pada hal yang sepele. Cobalah untuk sedikit lebih tenang dan bersikap seperti manusia lainnya," ucao raga serata bersandar di pintunya.

Bri yang berang menatapnya dengan tajam. "Maksudmu aku tidak seperti manusia pada umumnya?"

"Kau seperti primata yang suak berteriak marah. Seperti Gorila."

Bri yang sudah tidak tahan lagi segera mengangkat tangannya dam menjambak rambut Raga dengan erat.

"Apa kau bilang? Aku mirip Gorilla?" Bri meluapkan emosinya dengan sempurna. Sementara Raga kesakitan berusaha melepaskan genggaman Bri pada rambutnya.

"Lepaskan! Kau gila ya? Lepas kataku!"

"Selamat pagi Mas Raga, Mbak Bri." Pak Surya tiba-tiba muncul di belakang Bri menyapa mereka sambil tersenyum. Bri yang merasa seperti sedang tertangkap basah buru-buru melepaskan genggamannya dari atas kepala Raga.

"Pak selamat pagi," balas Bri ramah. Raga yang tampak kesakitan sedang mengusap kepalanya yang ia yakini bahwa kulit kepalanya saat ini sudah terluka akibat kuku Bri.

"Kenapa ini, pagi-pagi sudah bertengkar," tanya Pak Surya yang anehnya malah tampak santai.

"Tidak ada apa-apa pak. Hanya sapaan hangat antar tetangga," jawab Bri yang disambut tatapan sengit Raga.

Pak Surya berusaha memaklumi. "Kalian ini dari kecil sampai besar masih bertengkar terus."

"Saya sepertinya sudah terlambat kerja. Mari pak." Bri pun bergegas meninggalkan tempat itu sambil sesekali melirik jam tangannya.

Siang itu, Raga merasa gelisah. Biasanya, kucing kesayangannya, Biu, akan mengeong berulang kali saat dia hedak pergi kerja. Namun, kali ini tidak ada suara dengkuran atau ekor yang melilit kakinya.

Ia menyisir seluruh sudut rumah, memanggil-manggil nama Biu dengan nada cemas. Kamar, dapur, bahkan di dalam kamar mandi sudah diperiksa, tetapi hasilnya nihil. Dengan jantung berdegup cepat, ia segera melangkah keluar rumah, menelusuri halaman depan, berharap Biu hanya sedang bersembunyi di sekitar sana.

"Inikah saatnya kau memutuskan untuk melarikan diri? Apa makanan yang kuberikan kurang?" gumamnya dengan nada khawatir.

Raga mencoba mengingat kebiasaan kucingnya. Biu sering berkeliaran di sekitar rumah, kadang bermain di bawah pohon mangga, sesekali berlarian mengejar kupu-kupu di pekarangan tetangga. Ingatannya kemudian tertuju pada satu tempat—pekarangan Bri.

Dengan langkah tergesa, Raga melompati tembok pembatas rumah menuju pekarangan rumah Bri. Hatinya semakin tak tenang. Jika Biu benar berada di sini, mengapa ia tidak kembali?

Tanpa pikir panjang, ia mulai mencari di antara tanaman-tanaman Bri. Tangannya menyibak dedaunan, mengintip ke balik pot, bahkan berjongkok untuk mengintai di bawah bangku kayu.

"Cepat keluar. Aku tidak sedang ingin bermain petak umpet denganmu," gumamnya dengan nada frustrasi.

Namun, malapetaka justru terjadi. Dalam ketergesaan, Raga tak sengaja menyenggol salah satu pot besar. Tanaman yang tampak begitu subur dan tertata rapi itu kini ambruk ke tanah. Beberapa batangnya patah, tanahnya berhamburan, menciptakan pemandangan yang kacau. Raga menelan ludah. Ia tahu Bri akan murka melihat ini.

Bri turun dari mobil dengan gerakan lelah. Sepatu kerjanya sedikit menyeret di atas paving halaman rumah, pertanda betapa panjang harinya di kantor. Dengan satu tangan, ia meraih tas kerja yang terasa semakin berat di bahunya, sementara tangan lainnya sibuk mencari kunci rumah di dalam saku. Ia menghela napas, siap untuk beristirahat. Gerakan tangannya terhenti ketika matanya melihat salah satu tanaman kesayangannya rusak berantakan. Daun-daunnya tercabik, tanahnya berserakan. Jantungnya berdegup kesal.

"Siapa yang berani melakukan ini?" tanyanya pada diri sendiri.

Tatapannya menyapu sekeliling, mencari jejak pelaku. Dan di antara tanah yang berserakan, matanya menangkap sesuatu yang mencurigakan—tumpukan kecil berwarna cokelat dengan bau menyengat.

Bri mengernyit, mendekat, dan langsung menutup hidungnya. "Astaga! Ini kotoran kucing!" Rahangnya mengeras.

1
Siska Amelia
okayy update kok dikit dikit
lilacz
dari segi alur dan penulisan membuat aku tertarik
lilacz
jgnn lama-lama update part selanjutnya ya thor
Karangkuna: terima kasih untuk dukungannya :)
total 1 replies
ulfa
wah genre favorit aku, dan ceritanya tentang enemy to lovers. ditunggu next part ya kak. semangat /Smile/
Karangkuna: happy reading, terima kasih sudah mampir :)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!