Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-11
Perbincangan terasa hangat, dengan sesekali John melemparkan candaan, sayangnya waktu terus berlalu, dan John mendapatkan panggilan dari ponselnya.
"Heh, dari nyokap, aku harus pergi ke undangan pernikahan keluarga"
"Okey, pergilah John siapa tau kau juga segera di nikahkan oleh keluarga mu" sahut Evan.
"Jaga bicaramu Ev, aku masih ingin bebas menikmati banyak wanita"
"Sampai nanti semua wanita bosan padamu?"
"Oh come on, aku terlalu nikmat Ev"
"Omong kosong!"
John lalu melambaikan tangan dan tertawa melewati pintu Apartemen.
"Hati-hati lah Nona Dry, dia laki-laki pemikat, jangan sampai cairan laki-lakinya mengotori kasurmu!"
"Shitt!" Evan mengumpat.
Dry ikut tertawa melihat bagaimana dua laki-laki itu berseteru sebelum akhirnya berpisah, ada hal yang baru dia sadari dari sini, dimana Dry tak pernah bisa bercanda dengan yang namanya teman, karena terus terang dia tak punya orang yang di percaya.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Evan merasa aneh akan tatapan Dry.
"Kalian lucu sekali" jawab Dry masih menyisakan senyuman.
"Dia memang maniak wanita, begitulah John"
"Itu masih normal, dari pada dia beralih haluan menyukai mu Ev"
"My God, aku akan membunuhnya jika berani berbuat seperti itu" jawab Evan dengan mimik wajah aneh seolah begitu jijik dengan John.
Dry seketika tertawa kembali, kali ini begitu lama, dan tanpa disadari Evan menikmati pemandangan langka, begitu cantik bagai bidadari telah keluar dari belenggunya.
"Kau sangat cantik jika tertawa Dry, aku suka"
"Hem, kalau begitu jadikan aku kekasihmu Ev"
Evan terdiam, aneh, awalnya dianggap Dry tengah bercanda, tapi sepintas terlihat, ada keseriusan disana, lalu Evan perjalanan mendekat.
"Kau serius?" Tanya Evan dengan tatapan lekatnya.
Dry mengangguk dengan senyuman tipisnya.
"Kenapa?" Tanya Evan.
"Kau cukup lumayan, bisa menghajar laki-laki kurang ajar itu dengan membuatku senang, kau juga sepertinya jago berkelahi, kau kuat dan aku suka"
"Hanya itu alasanmu?"
"Apa lagi?"
"Yakin?" Tanya Evan.
Dry nampak berpikir sejenak, lalu kemudian terbitlah senyum nya.
"Aku akan membayar mu"
"Apa?!"
Jelas Evan terkejut akan hal itu, awalnya mengira jika Dry mungkin akan mengungkapkan rasa sukanya bukan di seputar harta, tapi buktinya, kembali lagi, Dry hanya membuat Evan nampak menarik nafas panjang.
"Apa nilainya akan sangat tinggi?" Celetuk Evan dengan senyum miringnya.
"Tentu saja, bagaimana?, kau menerima tawaranku?"
"Bagaimana kalau tes Drive dulu hem?"
"Oh Shitt!, lupakan itu!" teriak Dry seketika menyelimuti dirinya lagi.
Evan tertawa sambil menjauhkan dirinya lagi, semakin lama dekat Dry ada getaran aneh yang mengguncang dadanya, walaupun itu perlahan untuk saat ini.
Tak ada makanan yang tersaji di atas meja, Evan melirik sekilas dan berjalan menyusuri sekitar ruangan yang sepertinya digunakan untuk makan.
"Kita harus bersiap untuk makan malam" ucap Evan.
"Hem, dan aku tak bisa memasak dengan keadaan seperti ini, aku akan segera memesan makanan" Dry menjawab dan segera mengetikkan sesuatu di ponselnya.
"Tidak perlu, tunjukkan dimana kau menyimpan bahan makanannya, aku akan membuatkan makanan untuk kita"
"Kau bisa?"
"Aku laki-laki yang mandiri Dry, aku tidak cukup kaya untuk selalu membeli" jawab Evan sambil mengerlingkan mata.
Ada sesuatu yang menghangat di hati Dry, sosok yang dilihatnya memang benar-benar pria yang tangguh dalam hidupnya, sangat mungkin jika dia juga bisa membantunya untuk berlindung dan bertarung bukan?, itulah yang ada dalam pikiran Dry saat ini.
Lalu Dry hanya memberikan penjelasan saja, dimana bahan-bahan yang di butuhkan Evan ada di dalam lemari es dan juga ditempat lainnya.
Pemandangan sore itu begitu lembut, Dry terasa lebih hidup, seperti menjalankan kehidupan yang sebenarnya, teringat akan kedua orang tuanya yang dulu selalu memberikan suasana hangat di dalam rumahnya.
Air mata Dry hampir menetes, namun segera dia mengalihkan pandangan dari Evan, mengingat perjuangannya mungkin masih panjang untuk mempertahankan hidupnya.
Setengah jam berlari, Dry tak menganggu Evan yang sangat menikmati kegiatannya di dapur untuk menyiapkan makan malamnya, lalu kemudian bau harum menyeruak begitu nikmat.
"Hem, wangi sekali, aku lapar" ucap Dry.
"Tunggu sebentar lagi" jawab Evan.
Dry memperhatikan, melihat Evan menghentikan kegiatannya setelah menata makanan diatas meja, lalu kemudian berjalan menghampirinya.
"Aku ingin mandi"
"Apa?!" Dry terkejut akan perkataan Evan.
"Aku belum mandi Dry, bukan mengajakmu mandi, atau kau ingin mandi bersama ku juga?"
"Ck, kamar mandi ada di kamar tamu itu, pergilah ke sana" ucap Dry yang kini bangkit perlahan dari duduknya perlahan.
Evan sengaja hanya melihat saja, tau akan apa yang dilakukan Dry juga untuk melatih otot kakinya, setelah semua dirasa aman, Evan langsung pergi ke salah satu kamar kosong dan membersihkan diri di kamar mandi.
Lima belas menitan, kini Evan sudah menyusul Dry yang rupanya sudah ada di meja makan menunggunya.
Lagi-lagi, pesona Evan mengalihkan dunia Dry.
"Shitt!, benar sekali apa yang di katakan John, dia laki-laki pemikat" ucapnya dalam batin.
Walaupun hanya berpakaian biasa saja, namun kesehatan tubuh Evan sangat bisa terlihat dengan nyata, rambut nya yang tersimpan rapi di belakang, benar-benar membuat wajah itu semakin sempurna di mata wanita.
"Kau sudah merindukanku?" Evan tersenyum setelah duduk tepat didepan Dry yang tak pernah putus menatapnya.
"Aku sudah lapar menunggu mu" sahut Dry mengalihkan pembicaraan Evan.
Makan malam pun di lakukan bersama, Dry pertama kali mencicipi, dan terkejut akan rasa khas yang benar-benar nikmat.
"Kau pernah bekerja di restoran?" Tanya Dry penasaran.
"Tidak, aku melakukan semuanya karena terpaksa ingin makan saja, jadi_, bagaimana rasanya hem?"
"Sangat nikmat dan berbeda, rempah yang terasa dan aku suka"
"Kalau begitu nanti kita bercinta"
"Aku suka masakanmu Ev, bukan yang lain"
"Oh ya?, kau tidak penasaran dengan yang lainnya padaku?"
"Hentikan pikiran kotor mu!"
Kembali Evan tertawa, membuat Dry sedikit jengkel adalah kesenangan tersendiri bagi Evan, mungkin bisa disebut Hoby barunya.
Sempurna, Dry sampai terasa kenyang merasakan perutnya yang sudah penuh menikmati makanan, lalu kemudian berjalan kembali ke sofa tengah dengan berhati-hati.
"Kau akan tinggal disini?" Tanya Evan.
"Hem, untuk sementara waktu, sebelum kembali ke Mansion"
"Kenapa tidak langsung ke Mansion saja, disini kau sendiri Dry"
"Tidak, ada kamu yang akan tinggal bersamanya ku"
"Apa?!, sebuah penawaran lagi?, apa kau juga akan membayar ku Dry?"
"Tentu saja, berapa yang kau minta?"
"Saat ini aku tidak butuh uang Dry, aku hanya butuh_" Evan menghentikan, lalu melihat kearah dada Dry yang nampak menonjol sempurna.
"Oh my God, Come on Ev, apa pikiran laki-laki hanya seputar itu saja?"
"Mungkin" jawab Evan ringan.
"Kalau begitu nikahi aku dan kau bisa melakukan hal itu padaku, bagaimana?"
Deg!
Tawaran macam apa ini?, batin Evan terkejut ditempatnya.
Hola, yuk yang gemes, mana KOMENnya?, jaban lupa LIKE, VOTE, HADIAH, dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.