Prabu Jayabaya yang merasa bahwa tugasnya sebagai pemimpin yang dicintai oleh rakyat sudah usai, melakukan moksa untuk sampai di alam keabadian. Namun takdir berkata lain. Sang Maha Pencipta justru memasukkan roh nya ke dalam tubuh seorang lelaki culun dan miskin bernama Jay yang baru saja meninggal dunia karena sebuah kecelakaan aneh.
Sebagai Jay, Prabu Jayabaya merasa harus menemukan kebenaran atas kecelakaan yang direkayasa ini. Siapa dalang nya juga orang orang yang terlibat di dalamnya.
Di bantu Ratih yang menurut Prabu Jayabaya adalah titisan dari istri nya, Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay, satu persatu kebenaran akhirnya terungkap dengan jelas.
Bagaimana caranya Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay mengungkap misteri kecelakaan maut yang menewaskan Jay yang asli ini terjadi? Simak kisah selengkapnya dalam "New Journey of the Legendary King".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemampuan Beladiri
Seketika itu juga para pekerja yang sedang sibuk menggali alur bangunan yang ditemukan dalam Situs Kunjang menghentikan pekerjaan mereka. Mereka langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Kalian sudah merusak tempat pemujaan terhadap leluhur kami! Apa kalian sanggup menanggung kutukan dari para leluhur hah?! ", ucap seorang lelaki tua berjanggut panjang dengan mengenakan udeng hitam sambil melotot ke arah para pekerja ekskavasi itu.
Jay pun segera memasukkan batu hitam yang ia kenali sebagai Batu Manik Astagina ke dalam saku rompi nya. Bersama dengan pejabat cagar budaya Kediri dan perangkat desa Kunjang, mereka langsung mendekati kelompok orang orang yang menghentikan pekerjaan mereka.
" Apa maksud mu, Mbah Sumo?!
Ini adalah situs budaya yang akan direstorasi oleh balai cagar budaya provinsi. Bukankah kau sendiri sudah memberikan persetujuan saat ada sosialisasi hal ini kemarin di kantor desa?", sahut Pak Budiono, kamituwo ( kepala dusun) setempat yang kesal karena ulah Mbah Sumo, juru kunci situs Kunjang ini.
"Aku setuju untuk menjadikan tempat ini sebagai cagar budaya tetapi tidak dengan merusaknya seperti ini. Aku tahu tujuan akhir mu hanyalah ingin mencari benda-benda berharga disini bukan, Wo? Dasar pejabat serakah! Di kepala mu isinya hanya harta benda saja! ", teriak Mbah Sumo tak mau kalah.
" Iya, pasti si Kamituwo Budiono ingin mencari harta karun di situs ini! "
"Itu pasti. Disini tersimpan banyak harta berharga. Kita tak akan membiarkan mereka mengeruk benda berharga dari tempat ini. Kita lawan mereka!", riuh rendah suara para pengikut Mbah Sumo yang membuat suasana semakin memanas.
" Jangan sembarangan bicara, Mbah Sumo!
Pelaku ekskavasi ini adalah pejabat pemerintah kabupaten dan provinsi. Bukan aku. Disini aku hanya bertindak sebagai pihak pemangku wilayah, tidak terlibat dalam ekskavasi ini sama sekali!", balas Kamituwo Budiono tak kalah sengit.
Danang yang langsung down melihat situasi menegangkan ini, langsung mundur di belakang Jay. Dia langsung memberikan isyarat kepada Jay untuk bicara. Jay menghela nafas panjang sebelum maju menengahi ketegangan.
"Tenang bapak bapak semuanya, saya minta untuk tenang! Kita bicarakan ini baik-baik! Jadi tolong dinginkan kepala kalian semua... "
Suara berat nan penuh wibawa dari Jay seketika perdebatan panas antara mereka. Mbah Sumo yang semula garang, langsung diam sembari menatap Jay lekat-lekat.
'Siapa orang ini? Kenapa aku merasakan wibawa orang besar dari orang ini? Apa dia memang adalah keturunan orang besar? ', batin Mbah Sumo.
"Kau ini siapa? ", tanya Mbah Sumo segera.
" Saya Jayendra Maheswara, staff arkeologi Balai Cagar Budaya Trowulan. Saya dan kawan yang lain meminta bapak bapak semua untuk tidak salah paham dengan ekskavasi ini.
Tujuan ekskavasi ini adalah untuk merestorasi, merenovasi, memugar dan merawat bangunan Situs Kunjang ini agar tidak semakin rusak dan bisa bertahan lama. Tidak ada niat untuk merusaknya ataupun menghancurkan nya. Jika ekskavasi ini selesai, maka saya yakin bahwa tempat ini akan menjadi tempat wisata religi yang layak, tidak seperti sekarang yang hanya berupa batu berserakan seperti ini. Jadi saya minta bapak bapak semua tidak salah paham ", urai Jay panjang lebar.
" Itu pasti hanya akal-akalan kalian agar bebas menjarah tempat ini. Kalian harus mendapatkan pelajaran! ", teriak seorang lelaki bertubuh kekar sambil melompat ke arah Jay sambil mengayunkan kepalan tangannya.
Whhhuuuuugggggh!
Jay yang waspada dengan sigap menggeser tubuh nya sedikit lalu dengan cepat menggunakan kekuatan tubuh nya sedikit menabrak dada lelaki kekar itu.
Bhhuuuuuugggghhh!
Akibatnya, tubuh lelaki kekar itu terpental dan jatuh terjengkang. Melihat kawan mereka dijatuhkan, ketiga kawannya yang lain langsung mengeroyok Jay.
Tapi Jay yang sekarang bukanlah Jay yang dahulu. Kemampuan beladiri Prabu Jayabaya yang kini bersatu dengan tubuh Jay membuat Jay mampu bergerak lincah menghindari hantaman dan tendangan ketiga orang ini.
Marissa langsung mengirim pesan pada sopir sekaligus pengawal pribadi ayahnya,Teddy, untuk segera datang ke lokasi ekskavasi Situs Kunjang.
Dhhiiieeeeeesshhh!
Ooouuuuuuuuggghhhhh..!!!
Orang terakhir pengeroyok Jay terjungkal setelah dengkul kiri Jay telak menghajar perutnya. Keempat orang pengikut Mbah Sumo sang juru kunci Situs Kunjang telah tumbang semuanya, meringkuk di tanah menahan sakit.
Tepat saat itu, Teddy sopir sekaligus pengawal pribadi Marissa datang sambil berlari.
"Mana orang yang membuat masalah, Nona Marissa? ", ucap Teddy sambil celingukan kesana kemari. Marissa mendengus keras seperti benteng marah.
" Telat! Lihat itu mereka.. "
Teddy mengucek matanya melihat keempat orang tersungkur di bawah kaki Jay. Meskipun tubuh Jay tidak sekekar Teddy, tetapi nyatanya ia dengan mudah mengalahkan keempat orang itu.
"Ah tahu ada jagoan di antara orang-orang kantoran ini, aku tak akan buru-buru kemari Nona. Nasi rames ku belum habis loh, rugi aku", gumam Teddy yang langsung membuat Marissa melotot murka.
" Jadi nasi rames mu lebih penting dari keselamatan ku hah?! Kau sudah bosan bekerja pada keluarga Wijaya?! "
Bentakan Marissa langsung membuat Teddy ciut nyali. Bagaimanapun juga, di keluarga Wijaya lah tempat ia menggantungkan hidup anak istri nya.
"Ya gak gitu juga Non, maksud saya adalah... "
"Tutup mulut mu! Awas aja kalau kau berani membandingkan ku dengan nasi rames!! "
Omelan Marissa seketika membuat Teddy membuat gerakan di mulutnya seperti orang menutup resleting yang menjadi isyarat bahwa ia tidak akan bicara lagi.
Kemampuan beladiri Jay sontak membuat kagum para pekerja ekskavasi termasuk Danang dan para mahasiswa magang. Mereka tidak menyangka bahwa Jay yang kelihatannya hanya pintar dalam arkeologi namun ternyata memiliki sisi lain yang sangat maskulin.
Jay menoleh ke arah Mbah Sumo yang terpana dengan kemampuan beladiri Jay. Langkah demi langkah Jay mendekat nya membuat lelaki tua itu berkeringat dingin.
"Apa sekarang kita bisa bicara baik-baik, Mbah Sumo?! "
"B-b-bisa Pak Jayendra, bisa bisa.. ", balas Mbah Sumo dengan sedikit gagap.
" Aku tidak akan banyak bicara lagi. Selepas ini akan dibuatkan surat pernyataan dari mu bermaterai. Untuk selanjutnya, kau tak boleh mengganggu pekerjaan kami. Kami juga tidak akan memindahkan batu, arca ataupun barang lainnya yang ditemukan pada ekskavasi ini. Setelah pemugaran rampung, kau akan tetap menjadi juru kunci dari Situs Kunjang ini untuk menjaga dan merawatnya.
Apa itu sudah cukup?", mendengar ucapan penuh wibawa Jay, Mbah Sumo menganggukkan kepala.
"Cukup, sangat cukup... "
"Kalau begitu, bawa orang-orang mu ke puskesmas terdekat. Setelah mereka sembuh, kau bisa menagih biaya pengobatan pada bos kami disana. Pergilah, jangan mengganggu lagi", perintah Jay segera.
Dengan terpincang-pincang, kelompok itu segera meninggalkan tempat itu. Sedangkan semua orang yang ada di tempat itu langsung bertepuk tangan dan bersorak-sorai.
"Sudah sudah, jangan berlebihan. Kita lanjutkan pekerjaan kembali. Ayo, jangan buang waktu", ujar Jay sambil mengambil sekop kecil nya dan meneruskan pekerjaan nya di sekitar lingga yoni. Semua orang pun segera mengikuti langkah Jay.
Menjelang sore, satu sisi langkan struktur bangunan sudah terlihat. Danang tersenyum puas melihat hasil pekerjaan mereka. Begitu juga dengan para pejabat cagar budaya Kediri. Meskipun jauh dari kata rampung, setidaknya mereka telah membuka pintu bagi keberhasilan ekskavasi ini.
Jay dan Danang serta para mahasiswa magang mendapatkan tempat tinggal di rumah Kamituwo Budiono agar tidak terlalu jauh dari lokasi situs. Rumah besar bergaya lama ini mampu menampung mereka semua termasuk Teddy yang selalu tidur di mobil.
Habis magrib, Mbah Sumo datang bersama dengan salah seorang lelaki yang tadi bersamanya. Mereka ditemui Jay, Kamituwo Budiono dan Danang dengan membawa nota pengobatan dari puskesmas terdekat.
Mata Danang melebar tatkala ia melihat nota itu. Terbaca jelas angka 3 juta rupiah.
"Gila! Sebanyak ini? ", ucap Danang tak bisa menyembunyikan keterkejutan nya.
" Mau gimana lagi pak, dua teman saya retak tulang tangan kiri dan kaki kanan. Itu hanya biaya pengobatan saja, belum lainnya ", ucap si lelaki yang dihajar Jay memelas.
" Itu kesalahan kalian sendiri, main keroyok saja. Untung yang dikeroyok bisa beladiri, kalau tidak bukannya bonyok karena dipukuli kalian?
Lain kali pakai otak dulu sebelum bertindak ", ceramah Kamituwo Budiono.
" Iya Wo, kami memang salah paham. Tetapi pak Jayendra tidak akan ingkar janji kan?"
Danang menoleh ke arah Jay. Melihat anggukan kepala Jay, Danang merogoh dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang yang diminta oleh Mbah Sumo. Setelah Mbah Sumo menandatangani perjanjian, Danang memberikan uang itu.
Setelah Mbah Sumo dan kawan nya pergi, Danang mendekati Jay sambil bertanya,
"Aku sungguh ingin tahu, Jay...
Sejak kapan kau belajar beladiri? ".
semoga dalam naungan perlindungan Tuhan Gusti Allah...
sekarang anaknya raja