Gibran Erlangga terpaksa menikahi Arumi Nadia Karima karena perjodohan orang tuanya yang memiliki hutang budi.
Dua tahun pernikahannya Gibran selalu perhatian dan memanjakan Arumi.
Arumi mengira dirinya wanita paling beruntung, hingga suatu hari kenyataan pahit harus ia terima.
Gibran ternyata selama ini menduakan cintanya. Perhatian yang ia berikan hanya untuk menutupi perselingkuhan.
Arumi sangat kecewa dan terluka. Cintanya selama ini ternyata diabaikan Gibran. Pria itu tega menduakan dirinya.
Arumi memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka. Saat Arumi telah pergi barulah Gibran menyadari jika ia sangat mencintai istrinya itu.
Apakah Gibran dapat meyakinkan Arumi untuk dapat kembali pada dirinya?.
Jangan lupa tekan love sebelum melanjutkan membaca. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Pemakaman Ayah
Ayah, kau mengajariku untuk menjadi kuat, tapi, maaf aku mengecewakanmu. Aku tidak akan pernah cukup kuat untuk menerima bahwa kau tidak lagi di sini.
*****************
Kehilangan orang yang paling dicintai membuat dunia terasa runtuh dan penuh keputusasaan. Apakah akan bisa melalui hari-hari tanpa kehadiran ayah? Bukan perkara gampang untuk dapat menerimanya dengan ikhlas. Itulah yang tampaknya saat ini Alana rasakan.
Ada kesedihan yang kerap hadir ketika mengingat sosok ayah. Namun, dunia terus berjalan dan kamu tak boleh terus larut dalam kesedihan.
Kamu bisa mendoakan ketenangan dan kedamaian ayahmu di sana. Saat ayah sudah meninggal dunia.
Jenazah ayah telah disolatkan dan siap dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya. Yang paling tampak terpukul atas kepergian ayah, Gibran dan Alana.
Gibran masuk ke liang lahat, ia menyambut jenazah Ayah dengan air mata yang terus mengalir. Gibran juga yang mengadzankan ayah terakhir kalinya.
Setelah itu Gibran naik lagi, ia ikut menurunkan tanah untuk menguburkan jenazah ayah. Saat tanah mulai menutupi jenazah ayah, Alana yang tadinya memeluk Arumi berlari menuju kuburan.
"Jangan kuburkan,Ayah. Aku mau ikut.Ayah ... aku ikut," teriak Alana menghentikan tangan Gibran yang memegang sekop.
"Ayah ... jangan kubur ayah, Mas. Aku mohon ...." ucap Alana bersujud di kaki Gibran.
Arumi mendekati Alana dan membantu gadis itu berdiri.
"Alana, jangan beratkan ayah dengan tangisanmu. Relakan kepergian, Ayah. Ayah udah tenang di sana. Tidak sakit lagi."
"Ini semua gara-gara Mas Gibran," ucap Alana dengan suara ditekan dan memandang Gibran dengan mata menyala.
"Alana, semua ini takdir Tuhan. Tidak ada yang bisa menentang takdir. Bukan salah Mas Gibran," ucap Arumi.
"Ini salah Mas Gibran. Ayah meninggal karena Mas. Aku benci kamu, Mas. Aku benci ...." ucap Alana sebelum akhirnya kembali pingsan.
Sebagai anak bungsu Alana emang sangat dekat dengan Ayah dan Ibunya. Dia juga sangat dekat dengan Gibran. Apa lagi sejak menikah dengan Arumi.
Arumi yang baik dan ramah cepat menarik hatinya. Ia menyayangi Arumi seperti saudara kandung.
Setelah acara penguburan selesai semua kembali ke rumah. Orang tua Arumi tadi telah hadir dan mengucapkan bela sungkawa dengan Ibu Gibran. Setelah penguburan selesai, mereka kembali.
Papa mengajak Arumi pulang, tapi wanita itu tidak mau. Ia masih ingin menemani keluarga Gibran.
Papa tidak memaksa karena ia tau, anaknya pasti akan lepas juga dari Gibran. Papa telah mendapatkan bukti perselingkuhan Gibran dari orang kepercayaannya.
Papa Arumi meminta pengacara agar mempercepat proses perceraian. Ia ingin Arumi secepatnya bebas dari Gibran.
Sampai di rumah Arumi langsung mandi. Oa menempati kamar yang biasa ia menginap. Gibran yang tidak tahu Arumi ada dilamar mandi langsung saja membaringkan tubuhnya.
Gibran menumpahkan tangisnya. Sebagai seorang pria pasti tadi ia malu jika menangis di depan orang ramai.
Arumi yang keluar dari kamar mandi mendengar suara tangis. Dilihatnya Gibran yang tengkurap menahan suara tangisnya.
Wanita itu merasa iba, ia mendekati Gibran dan mengusap punggung pria itu. Gibran membalikkan badannya merasa ada yang menyentuh. Melihat Arumi ia langsung memeluknya.
"Arumi, ini salahku. Seharusnya aku mendengar kata ayah untuk menjauh dari Joana. Aku telah membunuh Ayah," ucap Gibran dalam pelukan Arumi.
"Ayah meninggal bukan karena salah Mas Gibran. Itu sudah takdir."
"Tapi aku penyebabnya." Perasaan Arumi saat ini campur aduk. Ia merasa kasihan melihat kesedihan pria yang dulu sangat ia cintai. Bahkan sebenarnya sampai hari ini, Gibran masih menempati hatinya.
Andai saja, hubungan mereka sedang baik, pasti Arumi akan menemani Gibran tidur, dan menghibur pria itu setiap detik. Saat ini Arumi merasa suatu yang beda. Walau mereka belum resmi bercerai, tapi perasaan Arumi tidak sama lagi.
Bersambung
copy paste...😄
kok iso yo..
yg gk ketinggalan tuh sayur bayam ma bakwan jagung nya...
trs akhirnya copas skt jantung bawaan...bpknya kandung tuh ank gk mengakui jug ngasih dwt sesukanya.
tp yo wes ora popo...
nyong ttp syukak semua karya2 mu thor...
ttp syelalu sehat n sukses y thor👍