✍🏻 Spin-off Dearest Mr Vallian 👇🏻
Cinta itu buta, tapi bagaimana jika kau menemukan cinta saat kau memang benar-benar buta? Itulah yang di alami Claire, gadis berusia 25 tahun itu menemukan tambatan hatinya meskipun dengan kekurangannya.
Jalinan cinta Claire berjalan dengan baik, Grey adalah pria pertama yang mampu menyentuh hati Claire. Namun kenyataan pahit datang ketika Claire kembali mendapatkan penglihatannya. Karena di saat itu juga, Claire kehilangan cintanya.
"Aku gagal melupakanmu, aku gagal menghapus bayang-bayangmu, aku tidak bisa berhenti merindukanmu. Datanglah padaku, temuinaku sekali saja dan katakan jika kau tidak menginginkanku lagi." Claire memejamkan matanya mencoba merasakan kembali kehadiran kekasih hatinya yang tiba-tiba menghilang entah kemana.
📝Novel ini alurnya maju mundur ya, harap perhatikan setiap tanda baca yang author sematkan disetiap paragraf 🙂
Bantu support dengan cara like, subscribe, vote, dan komen.
Follow FB author : Maria U Mudjiono
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 05
Aku menelan ludah dengan susah payah mendengar nada bicara Grey, aku memang tidak bisa melihat ekspresi wajahnya, tapi sungguh aku merasa takut bahkan merinding. Aku mendengar Grey menghembuskan nafas kasar, sepertinya dia kesal mendengar jawabanku.
Grey menarik tanganku dan digenggamnya, lalu membelai pipiku hingga aku merasakan jemarinya menyentuh bibirku. Sepertinya Grey menatapku yang semakin ketakutan karena ulahnya, entah seperti apa wajahku.
"Dengar, sekarang aku adalah kekasihmu. Aku ingin memastikan kau merasa aman dan nyaman, katakan padaku jika ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman," ucap Grey. Tangannya terus membelai pipiku, aku bisa merasakan ketulusannya disetiap kata yang terucap.
"Jangan membuatku khawatir dan tidak berguna. Karena bagiku kau sangat berharga," sambung Grey. Aku terpaku mendengarnya, benarkan yang Grey katakan? Atau aku yang terlalu cepat percaya?.
"Hemm..." sahutku sambil tersenyum.
Entah kenapa aku berharap jika Grey bisa menjadi sandaran hidupku, besar harapanku untuk menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Semakin lama aku bersama dan bicara dengan Grey, aku merasa semakin nyaman.
"Apa kau tidak kesepian tinggal sendiri?" tanya Grey. Tangannya membelai rambut panjang ku dan sesekali membelai pipiku.
"Aku sudah terbiasa, aku tidak merasa kesepian. Lagi pula aku sudah lama tidak merasakan kebersamaan," jelasku. Grey tiba-tiba merebahkan kepalanya di pangkuanku.
"Sentuhlah dan ingat baik-baik ," Grey meletakkan tanganku di wajahnya.
Aku bisa merasakan rahang tegas, bibir tebal, hidung mancung, alis tebal, bulu mata lentik, bentuk matanya seperti kacang almond, jidatnya tidak lebar, dan aku bisa merasakan tulang pipinya sedikit menonjol. Sepertinya Grey adalah pria yang tampan.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Grey meraih tanganku dan menciuminya. "Apakah wajahku sesuai dengan bayanganmu?" sambungnya masih menunggu jawabanku.
"Aku rasa kau cukup tampan," ujarku sedikit malu. Grey tertawa mendengar itu, atau Grey tertawa melihat wajahku yang malu-malu, entahlah.
"Babe, pacarmu ini memang tampan. Sudah aku katakan jika kau sangat beruntung memiliki kekasih yang tampan sepertiku ini," aku mencubit pipi Grey mendengar kata-kata yang menurutku narsis itu.
"Ckckck kau tidak percaya rupanya." ujar Grey. Aku mencebikkan bibirku, membuat tawa Grey semakin keras.
Setelah pertama Grey datang kerumah, Grey jadi lebih sering datang kerumah. Bahkan Grey sengaja datang di jam makan siang hanya karena ingin makan bersamaku, aku tidak keberatan sama sekali, karena aku memang senang saat bersama Grey.
**
Aku membuka mataku melihat yang terasa berat, mungkin terlalu lama menangis hingga kelopak mataku sedikit bengkak. Aku menghirup aroma Grey yang tertinggal di bantal, ya aku masih memeluk bantal itu, entah jam berapa semalam aku tertidur.
Kehidupan baru yang aku kira akan semakin bahagia, ternyata berbalik suram bahkan gelap. Saat aku buta, aku merasa kehidupanku terang benderang karena aku memiliki Grey sebagai cahayaku. Namun setelah aku bisa melihat, kenapa kehidupan dan masa depanku terasa gelap? Apa karena Grey tidak ada di sisiku?.
"Bibi Elodi," aku terkejut melihat Bibi Elodi ternyata masih dirumah. "Aku pikir bibi langsung pulang," kataku menghampiri Bibi Elodi yang tengah memasak.
"Anak dan cucuku sedang pergi berlibur, jadi Bibi akan disini selama mereka pergi." Ucap bibi Elodi. Aku merasa sedikit lega, karena aku tidak kesepian, ada Bibi Elodi yang menemaniku.
"Nona mau sarapan?"
"Aku ingin susu hangat saja," aku menarik salah satu kursi dan duduk.
"Bibi sudah memasak sup labu,"
"Aku akan memakannya nanti,"
"Baiklah," bibi Elodi memanaskan susu untukku. "Apa Nona akan langsung berjualan?" tanyanya sambil menuangkan susu dalam gelas.
"Tidak, mungkin beberapa hari lagi." sahutku, wanita tua itu mengangguk dan memberikan segelas susu untukku.
"Apa Nona menangis sepanjang malam?" Bibi Elodi duduk diseberang meja.
"Aku merindukannya, Bibi." ujarku menundukkan kepala. Terdengar helaan nafas berat Bibi Elodi.
"Bibi tahu ini tidak mudah, tapi bibi juga tahu jika Nona bisa melewatinya." aku tersenyum tipis mendengarnya. Memang baru satu tahun aku mengenal Grey, tapi aku merasa sudah mengenalnya sejak lama hingga aku menggantungkan hidupku pada Grey. Aku tidak tahu jika pada akhirnya Grey meninggalkanku seperti ini.
Dengan dibantu bibi Elodi, aku membersihkan rumah kaca, banyak daun bunga kering dan beberapa bunga yang layu. Selama ini aku membersihkan tempat indah ini dalam kegelapan, dan baru sekarang aku bisa membersihkan tempat ini dengan menikmati keindahan bunga. Pantas saja dulu Grey sangat suka membersihkan rumah kaca, sekarang aku tahu alasannya.
Ya, lagi-lagi aku mengingat Grey. Sepertinya semua sudut dirumah ini penuh kenanganku bersama Grey, hingga dimanapun aku berada selalu ingat dengan Grey. Seperti saat ini aku sedang menatap mawar merah yang menurut semua orang adalah salah satu bunga yang cantik.
Kala itu...
**
"Kenapa kau selalu merangkai bunga mawar?" tanya Grey melihatku merangkai mawar merah.
"Rangkaian ini menjadi salah satu favorit para pelangganku, mereka bilang jika bunga mawar merah indah dan cantik. Bagaimana menurutmu?" tanyaku sambil tersenyum..Grey duduk disampingku.
"Menurutku kau lebih cantik dari pada bunga itu, aku bersyukur karena kau hanya satu dan menjadi milikku. Aku tidak perduli jika orang-orang itu mengatakan mawar merah itu cantik." Grey mengambil setangkai mawar dari tanganku. "Biarkan mereka memiliki mawar ini, asal bukan dirimu," Grey menyapukan mawar itu di wajahku. Dari kening, pipi, hidung hingga aku menekan mata menikmati apa yang dilakukan Grey.
"Aku jadi ingin mencium bibirmu yang terbuka itu," kata Grey. Aku membuka mataku, dan menyikut perut Grey membuatnya tertawa.
"Apa yang kau pikirkan hingga kau menutup mata dan membuka bibirmu?" tanya Grey membuatku malu.
"Berhenti menggodaku dan bekerjalah dengan benar,"
Cup...
Grey mencuri satu kecupan dari pipiku.
"Aku mengambil bayaranku terlebih dulu sebelum bekerja," ujar Grey sebelum aku protes.
"Apa kau juga seperti ini saat kau bekerja di bengkel?" tanyaku penuh selidik. Dari cerita Grey, bengkel tempatnya bekerja dulu adalah bengkel khusus mobil sport, tidak heran jika dulu Grey selalu membawa mobil mewah saat bertemu denganku.
"Babe, aku hanya melakukan itu padamu. Aku sama sekali tidak tertarik pada wanita lain selain dirimu," ujar Grey meyakinkanku.
"Memang apa yang menarik dariku?"
"Karena kau menjadi dirimu sendiri, aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Tapi semua yang aku katakan adalah kebenaran, jika hatimu masih ragu itu wajar, akan tetapi seiring berjalannya waktu kau pasti bisa mengerti." Grey menggenggam tanganku dan menciuminya.
"Kenapa kau selalu melakukan ini?"
"Melakukan apa?"
"Menciumi tanganku,"
"Karena akulah satu-satunya pria yang akan menciumi tanganmu, kau milikku Claire hanya milikku." Grey menarik tubuhku hingga menabrak dadanya. Aku merasakannya hembusan hangat nafas Grey setelah itu aku merasa bibir kenyal Grey menyatu dengan bibirku.
Aku masih mengerjap-ngerjapkan mataku mencerna situasi ini. Ciuman, ini adalah ciuman pertamaku dan Grey melakukannya ditempat biasa aku jualan? Sangat tidak romantis. Bagaimana jika ada pelanggan datang? Aku memang tidak bisa melihat, tapi pelangganku?.
*
*
*
*
*
TBC
Harry merasa tak bisa menempatkan diri, padahal Nick sudah menganggap Harry seperti sahabatnya. Gua rasa Sara Dan Nick bs menerima nya..