Kata orang pernikahan adalah salah satu hal yang paling membahagiakan. Tapi ternyata mereka salah. Menikah dengannya dan hidup bersama dengannya adalah awal dari sumber sakit yang kurasakan. Awal dari luka yang tak pernah sembuh dan sakit yang selalu tak berujung. Bahagia? Apa itu? Rasanya itu seperti mimpi disiang bolong. Jika itu mimpi, maka mimpi itu ketinggian. Tapi.. Bolehkan aku menggapai mimpi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink berry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehilangan (2)
Orion menatap foto yang terpajang di dinding ruang kerja nya. Foto yang ia ambil beberapa tahun yang lalu. Jauh sebelum Kaluna mengenal nya. Kaluna nya masih begitu cantik ternyata.
Senyum tipis terukir di bibir nya. Tatapan nya terpaku pada senyum lembut Kaluna. Mata hazel nya yang yang berbinar tanpa merasa takut. Kaluna yang dulu ternyata memang seceria itu anak nya.
Dulu Orion hanya melihat Kaluna dari kejauhan. Menatap nya dalam diam. Sebelum dendam itu menyerang dan menguasai egonya. Orion mulai memikirkan cara bagaimana bisa menyakiti Kaluna secara langsung.
Kaluna yang dulunya selalu di tatap Orion dengan penuh kelembutan mulai berubah menjadi tatapan kebencian. Ternyata dendam bisa merubah segalanya.
Pertemuan pertama nya dengan Kaluna adalah hal yang tidak akan pernah dilupakan oleh Orion. Ingatan itu akan tetap melekat pada ingatan Orion.
Sore itu, hujan menuruni bumi dengan deras nya membasahi seluruh jalanan kota. Orang-orang berlarian ke tempat yang lebih teduh untuk melindungi diri mereka dari terpaan air yang akan membasahi pakaian mereka.
Berbeda dengan gadis muda yang masih memakai seragam sekolah nya dengan memakai payung berwarna pink. Jika semua orang lebih memilih untuk menyelamatkan diri nya masing-masing, berbeda pula dengan diri nya. Gadis itu lebih memilih seorang nenek yang terjatuh di jalan karena tidak sengaja di senggol oleh pengendara sepeda motor.
Payung itu tidak cukup untuk melindungi diri nya dari tampias air hujan. Percikan air mengenai tubuh nya. Membuat hampir sebagian baju nya basah karena payung nya lebih dia pakaikan ke nenek tersebut.
Gadis itu dengan senyum lembut nya membantu nenek itu berdiri dan memapahnya ke halte terdekat. Semua aktivitas gadis itu, tak luput dari perhatian Orion. Senyum hangat yang gadis itu berikan dan tatapan tulus nya, sangat jarang Orion temui di dunia yang lebih mementingkan diri nya sendiri.
Orion bisa saja mengabaikan gadis itu dan memilih pulang memasuki mobil mewah nya yang sudah menunggu sejak tadi. Tapi ia menghentikan kegiatan nya dan lebih berfokus pada gadis itu.
Asisten yang sejak tadi di samping Orion tidak dapat menghentikan kegiatan majikan nya. Bagi nya, tidak mengganggu Orion adalah hal terbaik untuk nya saat ini. Mengingat sejak tadi mood pria itu kelihatan buruk ketika memimpin rapat pagi tadi.
Semua karyawan yang berlalu lalang memberi nya salam dan berakhir di abaikan begitu saja oleh nya. Orion hanya melirik dengan ekor mata nya yang dingin tanpa ekspresi.
Orion tidak memperdulikan orang di sekitar nya. Bagi nya yang terpenting saat ini adalah gadis kecil itu. Orion tidak bisa mengalihkan perhatian nya barang seinci pun. Kaluna berhasil membuat tatapan mata nya terkunci.
Ada sesuatu yang menarik dari gadis itu yang sulit untuk Orion abaikan. Pertemuan yang ia pikir hanya sebatas kebetulan semata, ternyata berhasil memporak-porandakan hati nya mulai saat itu.
Saat Kaluna selesai dengan nenek tersebut, ia menepuk-nepuk lengan baju nya yang cukup basah. Ia terlalu asik membantu nenek tersebut sampai tak sadar baju nya telah basah. Kaluna menghadap ke arah jalan raya. Mata nya melihat seorang pria yang menurut nya usia nya cukup jauh di atas nya sedang melihat ke arah nya.
Kaluna tidak ingin ke pedeaan, tapi pria itu seperti sedang memperhatikan nya. Tatapan mereka bertemu, Kaluna bisa melihat ada tatapan dingin nan tajam di sana. Tatapan pria itu cukup menyeramkan juga pikir nya.
Ia mulai mengalihkan pandangan nya dan melihat sekitar guna menutupi keterkejutan nya. Tapi seperti nya tidak untuk pria itu. Hujan sudah mulai reda, Kaluna memutuskan untuk meninggalkan tempat ini. Ia memilih jalan memutar dari pada harus menyeberangi jalan dan harus bertemu pria itu.
Kaluna belum cukup berani untuk menatap nya secara langsung. Padahal tidak mengenal nya, tapi tatapan pria itu cukup mematikan hanya untuk melihat orang lain kan? Dan Kaluna harus menghindari nya. Kaluna juga tidak ingin berurusan dengan pria itu. Akan terlalu menyeramkan pikirnya.
Tapi, takdir tidak ada yang tahu kan? Bisa saja hal yang sangat kita hindari saat ini, bisa jadi di kemudian hari menjadi hal yang paling sulit untuk kita melepaskan diri. Konsep takdir tidak ada yang tahu kan?
Sebenarnya jalan memutar membuat perjalanan nya menuju ke rumah menjadi jauh. Tapi demi kenyamanan nya, dia memilih nya. Sekali lagi, demi kenyamanan diri nya.
Orion yang melihat Kaluna membalikkan badan dan meninggalkan tempat itu hanya bisa menatap punggung nya tanpa ekspresi. Orion pikir, pertemuan nya dengan Kaluna hanya pertemuan semata yang tidak di sengaja.
Tapi ia salah, Kaluna sekarang sudah menjadi bagian dari hidup nya. Baik dalam kebahagiaan maupun penyesalan. Tapi untuk saat ini, lebih ke penyesalan. Kenangan pertemuan pertama nya dengan Kaluna yang manis menurut nya adalah sebagai pengingat bahwa semua kehancuran ini dia lah penyebab nya.
Berawal dari pertemuan indah dan berakhir dengan kehilangan dan kesakitan yang mendalam bagi diri nya. Sebuah awal yang ia hancurkan dengan tangan nya sendiri.
Kenangan itu masih berputar di kepala nya. Kenangan manis yang tidak akan Orion pernah lupakan. Tawa manja Kaluna ketika memeluk diri nya, wajah malu Kaluna yang ketika ia puji dan pelukan hangat mereka di bawah selimut setelah malam panjang mereka. Semua itu terasa begitu nyata bagi Orion, namun juga begitu terasa jauh, seperti pasir yang terlepas dari genggaman tangan nya.
Tangan nya mulai terangkat, jemari nya mulai mengusap lembut bingkai foto Kaluna. Ia mulai menelusuri wajah Kaluna berharap ini semua adalah mimpi buruk bagi nya. Berharap ketika ia bangun, Kaluna datang untuk menyapa nya dengan lembut dan tersenyum hangat seperti biasa nya.
Kenangan indah itu, Orion baru merasakan nya sebentar. Walau dulu itu masuk dalam list rencana nya, tapi sekarang bagi diri nya itu adalah keindahan yang ingin ia ulang lagi setiap saat. Kaluna... Orion sangat merindukan nya sekarang.
"Kaluna.." suara yang mulai serak. "Kamu bahagia? Sekarang udah ngga ngerasain sakit lagi ya? Udah ngga ketemu Mas yang suka mukulin kamu lagi ya? Sekarang sudah tenang banget ya sayang?" perlahan air mata itu mulai menetes lagi membasahi pipi nya. Tangis itu tak terbendung lagi. Tangisan Orion begitu pilu bagi siapa pun yang mendengar nya.
"Maaf sayang" dengan bibir bergetar. "Kaluna.. Mas, rindu sayang" tangisan itu begitu menyesakkan bagi Orion. Nafas nya mulai tercekat. Tangisan yang ia tahan-tahan selama beberapa hari ini, akhirnya malam ini pecah kembali.
Ini titik terendah bagi seorang Orion Ivander Damian. Dia-