NovelToon NovelToon
Olimpiaders & Lover

Olimpiaders & Lover

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:842
Nilai: 5
Nama Author: Zuy Shimizu

sinopsis:
Nama Kania Abygail tiba tiba saja terdaftar sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional.

Awalnya Kania mensyukuri itu karna Liam Sangkara, mentari paginya itu juga tergabung dalam Olimpiade itu. Setidaknya, kini Kania bisa menikmati senyuman Liam dari dekat.

Namun saat setiap kejanggalan Olimpiade ini mulai terkuak, Kania sadar, fisika bukan satu - satunya pelajaran yang ia dapatkan di ruang belajarnya. Akan kah Kania mampu melewati masa karantina pra - OSN fisikanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zuy Shimizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#Chapter 13: Ancaman Dari Sang Boneka

"Rasa cemburu melukai kita dengan belati rasa keraguan diri."

\#\#\#

"Kok firasat gue nggak enak, ya?"

Liam mengelus dadanya sendiri berkali-kali. Sudah berulang-ulang ia menghela nafasnya. Namun entah kenapa rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

Adiknya? Estelle? Ah, tidak. Liam mencari alasan lain yang membuat batinnya terasa begitu tidak nyaman. Pemuda itu membenamkan kepalanya di lipatan kedua tangannya, dan di saat yang sama, seseorang terlintas di pikirannya.

Kania Abygail...

Pemuda bersurai merah itu seketika tersentak. Ia terbangun dan menatap sekeliling ruang tengah. Jawabannya baru saja terlintas, namun ada apa?

"Astaga, gimana nih?"

Liam mengigigt bibir bawahnya. Sejenak ia berpikir, ia harus melihat Kania, memastikannya baik-baik saja, namun bagaimana caranya?

"Bodo amat ah," Liam segera bangkit dan menyambar jaketnya. Sembari berlari menuju ujung koridor, Liam mengenakan jaketnya. Entah kenapa Liam merasa ada yang hendak mencelakakan Kania di toilet wanita yang berada di ujung koridor.

---- Olimpiaders ----

Cantik, batin Kania.

Ia diam-diam melirik seorang gadis yang sepertinya sepantaran dengannya. Gadis yang sedang mencuci tangannya di sebelah Kania itu membuat Kania terkagum.

Bagaimana tidak, mata yang bulat besar, bibir yang merah oleh polesan gincu serta rambut pirang itu membuatnya nampak seperti sebuah boneka besar. Ia yakin, lelaki yang melihatnya pun akan memuji dalam hati.

"Leona Adeline," gadis itu tiba-tiba berucap.

Kania tersentak kecil dan langsung mengalihkan pandangannya. Sepertinya gadis pirang itu sedang bicara padanya. Namun saking gugupnya, Kania tidak tahu harus mereaksi seperti apa.

"Gue ulangi, Leona Adeline barang kali lo lupa." ujar Leona sembari menutup keran lalu mencipratkan sisa air di tangannya pada kaca di hadapannya. Gadis itu tersenyum tipis, lalu menatap Kania. "Karena sesaat setelah ini, yang bakal bikin hidup lo lebih asik, itu gue."

Kania menatap Leona dengan tatapan heran. Ia tidak paham artinya. Kania hanya bisa bungkam sembari diam-diam meneguk ludah.

Leona pun kembali tersenyum, bahkan kini hingga matanya menyipit. "Kenapa? Udah bisu duluan? Belum gue apa-apain loh,"

Ngeri! Kania meneguk ludahnya. Ia semakin mematung begitu suara langkah Leona dalam sepatu boot berderap. Gadis itu memang terbilang terlalu rapi untuk seseorang yang akan tidur.

Leona melangkah perlahan mendekati Kania, membuat Kania terpojok ke dinding. Leona pun menyeringai. Ia menyentuh dagu Kania perlahan. "It will be long night, Abygail."

"Maksud kamu apa sih?" Kania memberanikan diri untuk bertanya.

Namun Leona kembali menarik senyum manisnya. "Coba tebak," pancingnya. "Kania Abygail, ngelewatin satu kelas akselerasi. Usia 16 tahun dengan tanggal kelahiran 26 Juni. Punya riwayat asma dan phobia... tempat sempit dan gelap."

Kania tersentak, gadis itu membulatkan matanya sempurna. "D-dari mana kamu-"

"Shhh," Leona meletakkan telunjuknya di bibir Kania. "Udah gue bilang, gue ini Leona Adeline. Anggap aja malam ini jadi hukuman karena lo udah deketin Evan. Asal lo tau aja, Evan itu punya gue. Yang deketin dia, artinya cari masalah sama gue."

"Aku-"

"Diem! Gue. Nggak butuh. Argumen lu." Leona menekankan setiap katanya. "Gue kasih tau, cara lo selamat setelah ini adalah, dengan jauhin Evan. Mudah kan?"

Kania tak menyahut. Antara takut, kesal, dan tak percaya, semua begitu tercampur aduk kini. Renatta benar, kini ia melihat di depan mata, begitu ganasnya fans Evan.

Ah, tidak, mungkin bukan fans. Tapi kalau pun Evan sudah dimiliki, seharusnya pemuda itu sadar diri dan tidak sembarangan mendekati Kania. Kalau sudah begini, hanya ada salah paham.

Plak!

"JAWAB! SEBELUM GUE BUAT BISU BENERAN LO!"

Kania memegangi pipinya yang kini terasa panas. Kania tidak percaya, bahkan baru malam ini ia mendengar nama Leona Adeline, dan pemilik nama itu sudah berani menamparnya. Terlebih lagi, Kania tidak percaya bahwa setiap detik di toilet wanita ini adalah nyata.

"Paham, nggak!?"

Kania mengangguk pelan. Matanya menatap kosong ke bawah sembari memegang pipinya.

Leona pun tersenyum. Ia mengarahkan dagu Kania kembali ke hadapannya. "Good, bit*h." ujar Leona tepat sebelum ia membuang dagu Kania dengan kasar dan pergi dari toilet wanita begitu saja.

Begitu Leona telah benar-benar hilang dari pandangan, kaki Kania yang sedari tadi melemas akhirnya membuat tubuhnya terjatuh di lantai kamar mandi. Kania menitihkan air matanya dengan tatapan kosong.

Ini hal baru baginya, menemui seseorang yang begitu kasar bahkan bisa dibilang tak punya etika. Di rumah Kania selalu dijaga dan diperlakukan begitu baik. Dan saat Kania keluar dari tempurungnya untuk menemukan dunia baru, hadirlah sosok seperti Leona.

✩₊̣̇. To Be Continue

1
Bông xinh
Mantap tenan!
Felix
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Esmeralda Gonzalez
Bikin baper 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!