Dua orang asing yang terpaksa menikah kontrak hanya demi tujuan yang sama, pergi ke London!!!
Noah yang seorang CEO kaya, membutuhkan seorang istri agar sang kakek memberikan izin untuk pergi ke London? Why..? Sementara Hari membutuhkan uang untuk bisa pergi ke makam sang ibunda yang berada di London. Namun sifat keduanya benar-benar seperti Tom and Jerry yang selalu bertengkar dan saling mengejek.
Di saat hubungan keduanya semakin dekat. Kedatangan kekasih Noah di masa lalu membuat pernikahan mereka semakin renggang.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PMM! : BAB 05
KEPUTUSAN HARI
Keadaan Mall begitu ramai saat memasuki senja. Hari berjalan santai, pikirannya tidak jauh dari kata uang, nasib buruk, dan pernikahan! Malang sekali.
Wanita itu terus berjalan lesu sedikit menunduk hingga ke pintu keluar Mall tanpa melihat lurus. Brugg! Baru saja bahu kanan Hari bertabrakan dengan bahu kekar seorang pria berkarisma yang mengenakan kemeja putih jas hitam.
“Haisshh!!!” Dengus kesal Noah saat merasa bahu kanannya di trombol begitu saja, apalagi dengan seorang wanita mungil.
“Semua wanita sama saja.” Gerutu Noah sesaat melihat punggung wanita itu yang seolah tidak terjadi apapun dan masih berjalan lurus.
Pria itu kembali berjalan, sedikit memutar bahu kanannya yang terasa kemang. “Tenaganya kuat juga.” Gumam Noah heran.
.
.
.
“Noah!” Panggil Tiara yang sedari tadi menunggu si Harrison datang.
Pria itu berjalan mendekat sampai Tiara bangkit dari duduknya dan hendak memeluk tubuh temannya sekedar melepas rindu sesama sahabat masa kecil.
“Tidak perlu! Itu memalukan.” Tolak Noah sedikit malas membuat Tiara sedikit mencibirkan bibirnya dan mereka sama-sama duduk.
“Haahh. Kau masih sama ya!” sindir Tiara. Mereka duduk berhadapan dengan meja bundar sebagai penghalang.
“Katakan! Aku masih sibuk, jadi cepat.”
“Dia baru saja pergi! Aku punya saran dan aku sudah menjelaskannya pada teman ku itu!” ucap Tiara masih tersenyum ramah.
Noah menatap bingung, berharap saran Tiara tidak sekonyol dulu— seperti saat dimana wanita itu pernah menyuruh Noah bersembunyi dari para penjaga kakeknya di tong sampah, lalu apa yang terjadi? Tong sampah itu diangkut dan di bawa ke pusatnya-- tentu yang banyak sampahnya dan semua itu karena saran dari Tiara.
“Aku harap saranmu tidak lebih konyol lagi, Tiara.” Peringatan mutlak keluar dari mulut Noah, dia tak mau dibuang ke tong sampah lagi.
Mendengar itu, Tiara tersenyum kecil seraya menggeleng.
“Tidak, dan ini akan berhasil! Aku yakin 100%!” ucap wanita cantik berambut pirang.
“Jelaskan?” pinta Noah menatap tajam.
Tiara mulai mengambil napas dalam-dalam karena tahu akan watak Noah bila mendengar sarannya kali ini.
“Kau dan temanku akan menikah!”
“APA????”
...***...
Berada di rumah panti asuhan, Hari dapat melihat suasana ramai di sana, ada kakak Viona dan bibi Raya juga di sana.
Wanita berponi itu menarik napas lalu tersenyum selebar-lebarnya. “Halo semua!!” Sapa Hari dengan penuh semangat sehingga semua mata kini tertuju kepadanya.
“Selamat ulang tahun Kisame! Wah, kau sudah bertambah besar ya!” Seperti biasa Hari selalu bersikap ramah kepada anak-anak tadi.
“Apa yang bertambah besar? Kami masih umur 6 tahun.” Ketus Deidara sedikit sindiran.
“Kakak juga terlambat, pestanya sudah selesai!” Lanjut Itachi membuat Hari tersenyum gugup, nampak peluh yang keluar dari pelipisnya.
Wajah datar anak-anak nakal itu selalu memojokkan Hari.
“Ah, tidak masalah! Kakak tahu, aku minta maaf ya Kisame! Dan TA-DA....” Hari mengeluarkan sebuah boneka hiu berwarna kuning, sedikit membungkuk menunjukkannya ke arah anak bernama Kisame.
“Aku yakin ini boneka hiu satu-satunya yang kau punya' kan! Oh, panggil dia Baby Shark!” girang Hari.
“Kakak tidak lihat. Ituuu!!” Tunjuk Sasori, sehingga Hari mengikuti arah tunjuk itu dan melihat betapa banyaknya hadiah berupa boneka hiu di kotak keranjang.
Lagi, wanita itu kalah dari anak-anak nakal itu. Viona, Raya dan Mami Salleh tertawa kecil melihat Hari yang malang yang selalu kalah dari anak kecil.
“Hfffuuu!” wanita cantik berponi itu menghela napas panjang, membuat anak-anak tadi menertawainya.
Sementara langit semakin larut. Setelah bercakap ringan dengan orang-orang dewasa di panti, Hari memilih bersantai di sofa sebelum ia pulang. Rasa penasaran akan marga Harrison membuat Hari mulai melihat biodata lengkapnya di Mbah Google!
“Tidak ada foto pemiliknya.” Gumam Hari masih menscroll ponselnya, melihat betapa kaya-nya keluarga Harrison itu, yang merupakan pemilik bisnis alat-alat elektronik canggih yang berhasil mereka ciptakan sendiri. Tentu saja jiwa misquen Hari meronta saat membaca detail harta keluarga tersebut sampai sebuah foto pemilik perusahaan Harrison Corp terpampang di akhir cerita.
Mata Hari seketika melebar melihat foto seorang pria tua berambut putih dengan senyuman lebar.
“Ap-apa? Jika dia pemiliknya, berarti aku akan menikah dengan pria tua??” syok Hari menatap sedih.
“Hahahaha!!!! Kakak Hari akan menikah!” Terkejut saat suara seorang anak berteriak kencang serta berlari keluar menuju Mami Salleh, kakak Viona dan bibi Raya berada.
Tentu saja Hari langsung panik dan ikut berlari keluar mengejar anak itu.
“Kakak Hari akan menikah!” Ucap Obito kepada ketiga orang dewasa yang awalnya asik berbincang kini menatap bingung ke arah Hari yang terlihat panik dengan senyuman kikuk.
“Kau akan menikah?” tanya Viona kaget kepada adiknya.
“Te-tentu ti— ”
“I— ya! Dengan seorang kakek!!” potong Obito yang masih tersenyum lebar tanpa dosa.
Ikkk!! Hari benar-benar apes malam ini. Sebisa mungkin wanita malang itu menjelaskannya kepada ketiga orang tadi, ya... Meski harus dengan berbohong dan merasakan siksaan di perutnya yang seperti diremas. Tapi syukurlah Viona dan Tante Raya percaya dengan ucapannya.
-‘Dasar mulut anak kecil! Jujurnya kelewatan.' Batin Hari menutup kedua matanya dengan kaki lemas dan senyuman miris menahan sakit di perutnya akibat berbohong.
.
.
.
Malam ini, wanita itu memilih menginap di panti karena besok dia akan pergi ke Harrison Corp atas perintah Tiara, juga keinginan teman prianya yang ingin bertemu dengannya. Apakah dia benar-benar harus menikah hanya karena ingin pergi ke London?
Rumah panti menjadi sepi dan hening di saat semua anak sudah tertidur lelap setelah puas mempermalukan Hari. Tak berselang lama Mami Salleh keluar, menghampiri Hari yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri.
Pria normal itu duduk di sebelahnya, tersenyum sambil menatap ke langit malam.
“Soal pernikahan itu, benar' kan?” teba'kan yang benar keluar dari Salleh.
Hari tak bisa berbohong pada pria itu, sejak tinggal di rumah panti, ia selalu melontarkan semua ceritanya kepada Mami Salleh. Anggap saja pria tua itu seorang duda, dan hal mengejutkannya adalah.... Anak-anak panti itu adalah anak kandung Salleh, namun setiap anak berbeda ibu. Sangat wow bukan!
Dan ibu dari anak-anak itu sudah meninggal dengan gaya dan cara masing-masing. Ada yang meninggal karena tersedak bubur, meninggal karena jatuh ke selokan ada banyak lagi cara meninggal mereka dan tersisa lah Mami Salleh, lebih tepatnya Papa Salleh.
“Mencari uang itu sulit. Jangan miskin, karena tidak akan ada yang menamparmu dengan uang. Begitulah aku.” Jelas Hari menerima nasibnya. Salleh terkekeh kecil.
“Aku akan menikah, tapi ini pernikahan kontrak.” Hal itu membuat Salleh terkejut dan saling tatap dengan manik Hari itu.
“Kau yakin. Pernikahan bukan mainan, mungkin saja yang menjadi mainan akan menjadi milikmu! Apa kau sudah siap?!”
Hari terdiam, sejujurnya dia tidak siap. Tapi, keadaan sudah terlanjur.
“Tolong jangan beritahu kakak dan bibi.”
Salleh menyentuh puncak kepala Hari seraya tersenyum simpul. “Baiklah!” ucap pria itu.
...🛫📍🛬...